52. Nobar
---
Enjoy the reading!!!
---
Dalam perjalanan diantar supir pribadi, Hendery sibuk berbalas chat dengan Tata.
Hendery: biasalah, cowok kan apa-apa suka cepet. Oh ya, jadinya kita mau jalan ke mana?
Tata: hahaha iya deh, cowok emang apa-apa suka cepet. Kita mau nobar, gimana?
Hendery: oke! Rumah lo ada di mana? Biar gue jemput
Tata: nggak usah, kita langsung janjian di bioskop aja
Hendery: padahal gue sekalian aja jemput lo. Nggak apa-apa, nggak usah ngerasa nggak enak
Tata: masalahnya kalau lo jemput, bakal sia-sia aja
Hendery: lah? Kenapa gitu?
Tata: soalnya gue udah di jalan, nih
Hendery: oh, oke deh kalau gitu. Kita ketemu di bioskop aja
Tata: ditunggu
Hendery menutup percakapan. Ia mengalihkan pandangannya ke jendela, melihat pemandangan jalanan yang saling berkejaran. Ia tersenyum penuh semangat, membayangkan akan betapa seru dan bahagianya ia jika berada di dalam bioskop.
Menonton dengan Tata berdua. Berbagi popcorn, lalu di satu waktu, tangan keduanya tak sengaja saking bersentuhan saat akan mengambil popcorn. Mereka saling tersentak, lalu saling menatap dengan dalam dan penuh arti.
Berkat dorongan dari sesuatu, keduanya saling mendekatkan diri. Perlahan namun pasti. Napas Tata semakin terasa dekat di wajah Hendery, berhembus dan membelainya, membuat Hendery mabuk bukan kepalang.
Kemudian, mata Tata perlahan memejam, seperti menunggu Hendery menyambutnya.
"Den Hendery!" seru Pak Supir. Membuat bayangan di benak Hendery buyar seketika. "Udah nyampe bioskop, nih. Mau turun, nggak?"
Hendery menipiskan bibirnya. "Kalau mau ngasih tau bisa mundur dikit apa waktunya. Ganggu banget," gerutu Hendery seraya keluar dari mobil dan segera berjalan masuk bioskop.
"Hendery!"
Namanya langsung diserukan oleh Tata dari arah belakang. Hendery segera mengembangkan senyumnya, kemudian berbalik. Tata ada di tempat pembelian popcorn, tapi ia tak sendiri.
Tapi ia tak sendiri.
TAPI TATA NGGAK SENDIRI.
Bagaimana Winwin, Kun dan Lala hadir di sebelah Tata, pemandangan dan kenyataan itu sangat mengganggu Hendery. Kalau Hendery tidak bisa menahan diri, ia sudah pasti mengutuk Winwin, Kun dan Lala menjadi batu di sana. Namun, Hendery bukan titisan Ibu Malin Kundang sehingga ia tak bisa membuat seseorang menjadi batu.
Hendery mendekat seraya memasang senyuman lebar yang tentunya sangat dipaksakan.
"Hai, Hendery," sapa Kun singkat.
Hendery mendengus kecil. "Hai."
"Hai, Hendery," sala Winwin ikut-ikutan.
"Hai." Hendery semakin keki.
"Hai, Hen—"
"HAI LALA!" Hendery jadi nge-gas karena menurutnya, momen berharga yang harusnya terjadi antara dirinya dan Lala menjadi gagal karena kehadiran tiga orang itu.
"Sue deh, bikin kaget aja," kata Lala seraya memegang dadanya yang langsung berdebar-debar kaget. "Lo kenapa, sih?"
"Nggak apa-apa." Hendery membalas santai. "Gue emang gini. Emangnya kenapa?"
"Popcornnya udah selesai." Tata tahu-tahu mengambil tangan Hendery dan meletakkan satu kotak popcorn di atasnya. Tata tak sadar, perlakuannya membuat Hendery panas dingin. "Ini semua udah ditanggung oleh Yang Dermawan Kun, jadi lo nggak usah bayar."
Hendery menatap Kun, Winwin, Lala dan Tata yang ternyata sudah memegang wadah popcorn masing-masing. "Kalian berempat dari kapan udah ada di sini?"
"Setengah jam lebih dulu dari lo," jawab Tata. "Pertamanya kan Lala pengen nonton sama Kun, terus Kun juga pengen nonton. Malem tadi Kun pesenan tiket, tapi kepencet lima tiketnya, harusnya dua. Jadi, Lala ajak gue, gue Winwin karena Winwin satu jaipong sama gue, gue juga agak lo karena kemarin-kemarin lo ajak jalan."
Hendery mengangguk-angguk paham. Mencoba tersenyum meski rasanya sangat sulit. "Oke. Gue ngerti."
"Ayo cus, filmnya bentar lagi diputer," ajak Lala seraya mendekatkan diri pada Kun, sengaja. "Ayo, Kun!"
Kun tersenyum dengan mengangguk. Secara alami, Kun membiarkan Lala mengaitkannya tangannya pada lengannya. Dari belakang, mereka terlihat seperti pasangan yang baru resmi bersama.
Hendery menyusul Tata dan Winwin yang telah berjalan bersama. Mau menyelipkan diri di antara keduanya, Hendery sudah merasa lelah sendiri. Lagipula jalannya memang pas untuk berdua saja, jadi Hendery pasrah aja sendirian di belakang.
Namun, Hendery percaya, sekian sulit rintangan untuk bersama, semakin kuat juga perasannya. Perasaan yang mungkin hanya Hendery yang merasakannya.
Miris.
Sementara itu, di depan, Lala mengerutkan keningnya saat tiba-tiba Kun menghentikan langkahnya. Padahal tidak apa-apa dan pintu masuk bioskop masih lima langkah lagi.
"Kenapa, Kun?" tanya Lala heran.
"Ada kawanan semut yang mau lewat," jawab Kun singkat.
Lala ikut menurunkan pandangan. Ternyata benar. Ada sebaris semut yang sedang lewat. Namun, kerutan di kening Lala tidak hilang begitu saja, ia kembali menatap Kun dengan heran.
"Kenapa nggak dilangkahi aja, Kun?"
"Tunggu sebentar, yang paling kecil pasti kaget kalau tiba-tiba ada yang langkahi," balas Kun. Setelah terdiam sebentar, ia kembali bicara. "Nah, sekarang baru boleh lanjut langkah."
"Emangnya lo punya Indra ke enam ya, Kun?" tanya Lala dengan senyuman takjub saat kembali melangkah bersama Kun.
"Nggak juga, sih. Tapi ya gitu." Selepas berkata begitu, Kun berhenti berjalan lagi.
Lala ikut berhenti karenanya. "Kenapa lagi, Kun? Ada semut lagi?"
"Baca doa dulu." Kun menunduk seraya memejamkan matanya. "Soalnya di bioskop banyak setannya."
Bersama dari awal sampai saat ini, kapanpun dan di manapun, Lala selalu belajar hal baru yang positif dari Kun dan Lala semakin jatuh hati padanya. Sepertinya, Lala tidak memilih tempat yang salah untuk berlabuh.
***
Aku mau tanya sesuatu, deh
Menurut kalian sendiri, saat kalian ikut sebuah kompetisi, tujuan kalian itu apa??
Oke, tengqyu
Yudabayy!!!
Yu dadah babayy~~~
Tue 15 Sep 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
11 IPA 4 • NCT 127 X WAYV
Fanfiction--- Ini kisah kelas XI IPA 4 yang merupakan kelas biasa-biasa saja. Sampai mereka semakin dekat, semakin berselisih, saling bersaing, merebutkan perempuan yang sama dan sakit hati. Ini hanya kisah remaja biasa. Tentang jatuh cinta dan patah hati...