"Ah, andai Mark juga kayak gitu, pasti gue seneng banget, deh."
Yaya iri sekali dengan kisah cinta Xaxa setelah mendengar ceritanya.
"Jangan sedih gitu lah, Ya." Xaxa menepuk-nepuk punggung Yaya dengan senyuman menguatkan. "Kalau jodoh, kalau takdir, pasti ada jalannya."
"Gemes gue tuh sama Mark." Yaya membuang napas panjang. Ia berani terang-terangan bicara karena Mark sedang belajar di perpustakaan bersama Haechan untuk remedial. Jadi, aman.
"Udah tiap hari gue tunjukkin perasaan gue lewat perhatian. Udah gue modusin gue biar berduaan. Udah gue berdoa juga tiap malem. Tapi, kenapa hasilnya belum ada juga, ya?"
Xaxa tak bisa menjawabnya. Ia juga kebingungan.
"Apa gue harus kasih Mark pelet?" Tiba-tiba sebuah ide terbentuk di benak Yaya.
"Janganlah," sergah Xaxa cepat. "Kalau pake pelet, nggak bisa disebut cinta."
"Teri gue kudu ottoke?"
"Tunggu."
Yaya menjatuhkan kepalanya ke atas meja dengan lesu. "Sampai bulan ada dua juga gue nggak yakin Mark bakal kayak Haechan ke lo. Kenapa, ya?"
"Kenapa nggak yakin? Bisa aja Mark besok nembak lo, kan?"
Perkataan Xaxa membuat cahaya muncul, menerangi ruang hampa nan gelap sama relung hati Yaya. Berkat itu, Yaya lebih semangat dan sabar lagi untuk menunggu dan menunggu.
***
Saat ini Taeyong berserta gengnya, termasuk Haechan tengah berkumpul di kantin lantai dua untuk menyusun strategi menyerang musuh yang diminta Haechan.
"Siapa lo bilang?"
Taeyong tak percaya dirinya mendengar nama musuh dari Haechan yang sudah terkenal dengan kekuasaannya. Baik di luar maupun di dalam sekolah. Jika angkatan kelas sebelas ada Taeyong, maka angkatan kelas dua belas ada Taeil.
"Kak Taeil, Yong." Haechan mengeraskan rahangnya. "Dia harus dikasih pelajaran. Kemarin dia bikin ... ekhm, pacar gue ... i-iya pacar gue ... jatoh dan gue nggak bisa maafin itu."
Kening Taeyong mengerut tajam. "Pacar?"
Doyoung yang duduk di sebelahnya ikut tertarik. "Lo bisa punya pacar juga, Chan?"
"Bisa lah, gue nggak kayak lo, Doy," balas Haechan sengit. "Sama Tata aja ditolak. Padahal Hendery keliatan mulus-mulus aja tuh PDKT sama Tata."
"Itu beda masalahnya ya," tukas Doyoung tak terima, lalu menunjuk Taeyong dengan penuh kebencian, "lagian gue dituduh sama oknum T, nih! Nggak ada akhlak emang."
"Lo-nya aja yang nggak cerdas," bela Taeyong tak mau disalahkan.
"Dah lah, jangan bahas begituan." Haechan menukas tegas. "Sekarang, keputusan lo gimana? Apa lo bakal mundur gitu aja karena takut?"
Harga diri Taeyong langsung tersentil. "Enteng banget lo ngomong."
"Masalahnya ini nggak bisa gue selesain sendiri, Yong. Please, bantu. Gue nggak bisa biarin Kak Taeil seenaknya."
"Bucin tingkat dewa, tuh!" seru salah satu anggota geng Taeyong.
Haechan tersenyum miring, melihat sumber suara dengan serius. "Lo bakal kayak gue kalau ada di posisi gue."
"Chan, masalahnya ini Taeil, lho." Taeyong bersuara agak kecil. "Gue respect sama dia dari awal. Mana bisa sekarang langsung nyerang. Nggak ada etikanya banget."
"Kalau dia gangguin Yaya, apa lo bakal diem aja?" Haechan mengepalkan tangannya. "Ah, nggak. Kalau dia suka sama Yaya dan mau ngerebut Yaya dari lo, sementara Yaya nggak nyaman gara-gara dia, apa lo masih bisa mikir respect-respect itu?"
Taeyong mengerutkan keningnya. "Kenapa lo bawa-bawa Yaya?"
Taeyong tak suka orang yang sok tahu dengan perasaannya.
"Sekali liat--"
"Jangan bawa-bawa Yaya." Taeyong mengeraskan rahangnya, lalu berdiri dan menatap Haechan penuh ambisi. "Kalau itu masalah lo yang sebenernya, kita nggak usah mikir lama-lama buat nyerang Taeil. Nggak usah khawatir sama respect-respect lah! Tai ayam!"
Taeyong memimpin sekelompok orang yang telah menjadi anggota gengnya sejak masuk sekolah ini. Doyoung ada di sebelah kanan, seperti biasa. Sementara Haechan ada di sebelah kirinya, berjalan dengan senyum penuh kemenangan bahkan sebelum ia berjuang.
Sebab Haechan seyakin itu pada Taeyong. Yakin untuk menang.
***
Dua hari ke depan author ujian, mohon doanya kawan-kawan
18102020
KAMU SEDANG MEMBACA
11 IPA 4 • NCT 127 X WAYV
Fiksi Penggemar--- Ini kisah kelas XI IPA 4 yang merupakan kelas biasa-biasa saja. Sampai mereka semakin dekat, semakin berselisih, saling bersaing, merebutkan perempuan yang sama dan sakit hati. Ini hanya kisah remaja biasa. Tentang jatuh cinta dan patah hati...