Hari yang ditunggu-tunggu Tata dan Winwin tiba. Pagi hari ini, mereka akan melakukan seleksi perlombaan yang mereka nanti-nantikan sejak dari jauh hari.
"Nggak bakal ada KKN, kok, Win," kata Tata menenangkan. "Lo nggak perlu khawatir. Cuma persembahkan apa yang lo bisa aja. Kalau emang mata pelatih nggak ada gangguan, lo pasti kepilih buat lomba. Gue yakin."
"Lo harusnya semangatin diri lo sendiri," balas Winwin dengan tangan gemetar karena gugup. "Lo juga kan mau ikutan seleksi."
"Gugun gue bisa ilang kalau gue punya temen." Tata tersenyum pada Winwin. "Sekarang, lo ada di posisi itu. Hadirnya lo di sini udah lebih dari cukup buat jadi semangat gue."
Ada sesuatu yang tumbuh dalam hati Winwin saat mendengar suara Tata yang lembut itu. Apalagi senyum manisnya, mata jernihnya dan rambut hitam panjangnya.
Tata jelas merupakan tipe idealnya Winwin.
***
"Kalau udah selesai piket, langsung pulang, ya," kata Haechan pada Xaxa sebelum ia berangkat latihan futsal dengan teman-temannya. Hari ini ia full latihan futsal sehingga tidak bisa mengantarkan Xaxa atau menjaganya seharian seperti biasa. "Hati-hati juga, selalu sama Yaya, ya.
Xaxa tersenyum kecil. "Iya."
"Ya udah, aku pergi duluan kalau gitu."
"Semangat," kata Xaxa seraya mengepalkan tangannya ke udara. "Dan hati-hati."
"Siap, Bosque!"
Jhonny yang baru saja datang dan duduk di kursinya, menatap kedua orang yang bersahutan dengan penuh rasa bahagia itu dengan senyuman tipis.
***
"Mark!" panggil Lucas saat melihat Mark tengah berjalan masuk ke dalam gerbang sekolah.
Mark berhenti melangkah dan berbalik untuk menghadap Lucas. "Apa?"
"Bareng! Tungguin!" seru Lucas sebelum dengan kaki panjangnya, melangkah cepat ke arah Mark.
"Mau bayar utang pulsa, nggak?" tanya Mark langsung, begitu Lucas bisa menyaingi langkahnya.
Lucas memutar bola matanya. "Ya ampun, baru aja kemarin gue ngutangnya, Mark. Kasih kelonggaran, lah, gue lagi kanker stadium 4, nih."
"Hah? Serius?" Mata Mark membulat sempurna.
"Eh?" Lucas lebih-lebih membulatkan matanya karena tak menyangka Mark akan semudah ini untuk dikibuli. "Iya, Mark. Gue lagi kesusahan, nih. Gue harap lo bisa ngerti lah, ya."
Mark langsung mengangguk dan mengambil tangan Lucas untuk ditepuk-tepuk, mungkin memberi Lucas kekuatan. "Iya, iya, gue bakal kasih lo kelonggaran. Sampai satu tahun kalau memang. Gue harap lo tetep semangat, ya, Cas! Kalau ada apa-apa, tinggal bilang aja ke gue. Oke?"
Lucas tersenyum lebar, penuh siasat seperti emoticon bukan gosong yang tengah tersenyum. "Siap, Mark! Makasih ya karena udah simpati ke gue. Tapi, gue harap lo nggak bilang-bilang kalau gue lagi kanker, ya."
"Siap laksanakan, Cas!"
Lucas bisa saja tersenyum senang dan lebih kemenangan saat ini, sebab ia tak tahu bagaimana embernya mulut Mark.
***
"Pagi, Yaya," sapa Taeyong saat Yaya melintas di depannya.
"Hai, Taeyong," balas Yaya.
Wajah ramah Taeyong berubah tajam saat melihat Jungwoo melintas di depannya. "Apa lo liat-liat?"
Jungwoo langsung menunduk.
"Halo, Guys!" seru Yangyang yang baru saja masuk ke kelas lengkap dengan tas dan beberapa helai kertas di tangannya. Suaranya yang keras membuatnya jadi pusat perhatian. Itu bagus, karena Yangyang memang sedang haus perhatian. "Seminggu lagi gue ada konser, nih! Buat informasi lebih lanjut, gue bagiin selebarannya, ya!"
"Eh, buset, datang-datang kayak angin puting beliung aja," komentar Doyoung setelah dapat selebaran dari Yangyang.
"Kaget gue, untung jantung nggak copot, ya!" seru Taeyong ketika Yangyang memberikan selembar padanya. Taeyong melipat-lipat kertas dari Yangyang itu dan menepukkannya pada kening Yayang. "Kampret lo!"
"Sorry, Bos," ringis Yangyang dengan senyuman lebar tanpa dosa.
Yangyang lanjut membagikan selebarannya. Sampai tiba di tempat Lala, ia merapikan rambutnya sekilas sebelum tersenyum jumawa. "Pagi, La. Jangan lupa datang, ya, buat lo gratis, deh."
Lala menerima selebaran itu dan membacanya sekilas. "Nggak ada Dowon, ya?"
"Yah, kan ada gue, La," balas Yangyang agak kecewa.
"Kalau sempet gue datang, deh, soalnya hari Minggu tuh suka banyak orderan," balas Lala.
"Oke, sip!" seru Yangyang seraya mengedipkan sebelah matanya.
Dengan langkah riang, ia melanjutkan kegiatannya sampai selebaran di tangannya habis.
***
"Kelas jadi sepi gini banyak yang ikut seleksi lomba," keluh Yaya pada Jungwoo yang sibuk scroll di aplikasi Tiktok.
Mulai dari Hendery yang ikut seleksi olimpiade matematika, Haechan yang latihan futsal untuk pertandingan, Winwin dan Tata yang seleksi lomba tari, Yangyang yang latihan untuk perform band Minggu besok, Jaehyun yang baru siang tadi izin untuk latihan marawis bersama Kun, Jhonny yang juga izin untuk pengarahan lomba karate bulan depan, kemudian Yuta dan Doyoung yang juga dispen karena rapat OSIS untuk mempersiapkan pensi. Gitu-gitu, Doyoung punya jabatan, ia adalah bendahara OSIS. Jangan lupa Xaxa juga ikut tidak hadir di kelas selama dua hari karena menjadi asisten Bu Deva, pembina ekskul matematika yang memimpin seleksi olimpiade.
Saat ini, kelas IPA 4 hanya terdiri dari 6 orang, Yaya, Xaxa, Jungwoo, Lucas, Taeyong, Shapira dan Lala. Rasanya seperti anda menjadi Ironman. Imbasnya, guru-guru malas masuk untuk menjelaskan materi dan hanya memberi tugas mengerjakan soal sekenanya.
Memang sedih, tapi mau bagaimana lagi, Yaya jadi senang, punya banyak waktu untuk menulis puisi atau menghafalkan lirik lagu untuk ia tampilkan di channel YouTube Hendery jika Hendery berhasil.
Dari semua yang dispen, Yaya merasa Hendery adalah yang paling merasa tertekan karena seleksi yang ia ikuti dua hari lamanya. Yaya hanya bisa berdoa sana untuk laki-laki itu.
"Baguslah, tenang," balas Jungwoo seraya menggedikkan kedua bahunya.
"Tapi sepi banget kayak kuburan, Woo," keluh Yaya lagi. Ia menumpang dagunya dengan bosan. Sejak Xaxa diberikan amanah untuk membantu seleksi lomba olimpiade karena ia anggota ekskul matematika, Yaya tak punya teman ngobrol. "Kalau boleh pulang, udah gue pulang duluan, deh. Nggak jelas banget sekolah sekarang."
"Yang penting ada Wi-Fi," kata Jungwoo tanpa mengalihkan pandangannya dari ponselnya. Terlalu asyik tenggelam di dalamnya.
Yaya berdecak kecil. "Nggak seru banget lo."
"Ya, mau ke kantin nggak?" ajak Taeyong tiba-tiba.
"Kantin?"
"Iya. Mau nggak?" ajak Taeyong lagi.
"Woo—"
"Jangan ajak dia," potong Taeyong cepat. "Lo aja. Ayok."
"Ditraktir nggak?" tanya Yaya penuh harap.
"Buat lo, apasih yang nggak?" Taeyong ingin membalas begitu dengan percaya diri, tapi justru inilah yang keluar dari mulutnya, "iya, gue traktir. Ayok!"
Yaya langsung bangkit berdiri dengan semangat. "Asyik!"
***
Haloo halo
Apa ada yang tertarik dengan geng Tress?
23112020
KAMU SEDANG MEMBACA
11 IPA 4 • NCT 127 X WAYV
Fanfiction--- Ini kisah kelas XI IPA 4 yang merupakan kelas biasa-biasa saja. Sampai mereka semakin dekat, semakin berselisih, saling bersaing, merebutkan perempuan yang sama dan sakit hati. Ini hanya kisah remaja biasa. Tentang jatuh cinta dan patah hati...