02. Kim Doyoung

358 35 4
                                    

02. Kim Doyoung

Biasnya siapa, nihhhhh?

---

Masuk ke SMA NCT 127 WAY V INI sebenarnya bukan keinginan Doyoung sendiri.

Doyoung bukan anak biasa yang masuk ke sekolah sembarangan. Ayahnya Jaksa Agung dan ibunya pemegang saham terbesar sebuah bank swasta yang sudah membuka cabang di seluruh Indonesia. Doyoung jelas harus masuk ke sekolah terpandang, berkualitas internasional dan mahal.

Takdirnya berubah terbalik saat teman dari ayahnya membuka sebuah sekolah swasta bernama SMA NCT 127 WAY V. Doyoung menghormati ayahnya, menghormati teman ayahnya juga, jadi mau tak mau dia bersekolah di sana.
Sebenarnya sekolah ini tidak jelek-jelek amat. Justru luar biasa karena sejak sepuluh tahun yang lalu SMA ini dibuka, namanya semakin melejit karena beragam prestasi.

Namun, bagi Doyoung, SMA ini biasa-biasa saja. Tak ada yang spesial bagi Doyoung karena dia telah mendapatkan sekolah SMP mewah di Thailand dan SMA ini tidak sebanding dengan WC sekolah SMP Doyoung di Thailand.

Sekolah ini biasa-biasa saja, tapi anehnya menjadi sekolah favorit teratas. Doyoung tak tahu apa yang menyebabkannya begitu, tapi ia tak mau cari tahu banyak.

Bagi Doyoung, menyelesaikan sekolah di sini secepatnya adalah tujuan utamanya. Setelah sekolah di sini, Doyoung akan pergi ke Amerika untuk melanjutkan pendidikan seperti kata ayah.

Awal-awal ia masuk ke sini, Doyoung mengenal Taeyong karena mereka satu kelas dan satu bangku. Mereka semakin dekat karena kelas keluarga mereka setara. Bersama-sama, keduanya sering memainkan buah, bersenang-senang dan menghambur-hamburkan uang tanpa takut apapun.

Meski begitu, Taeyong kerap kali menjadi lawannya dalam kompetisi. Seperti memilih siapa yang lebih kaya, bersaing untuk menjahili guru, bertaruh tentang siapa yang menang saat keduanya menyuruh dua budak untuk saling bertarung dan kompetisi-kompetisi lainnya.

Doyoung senang karena ia punya teman sepermainan seperti Taeyong, tapi ... sekelas lagi?

"Kayak nggak ada orang lain lagi," keluh Doyoung seraya duduk di sebuah kursi. Beberapa anak sudah masuk ke kelas XI IPA 4, tapi jajaran depan masih kosong. Doyoung duduk di salah satu kursi terdepan. "Ngapa, sih? Lo lagi, lo lagi, Yong."

Taeyong membuang napas jengah, sama bosannya dengan Doyoung. Ia meletakan tas bermereknya dan duduk di meja yang terpisah dengan Doyoung, masih sebelahan sebenarnya. "Yah, gue juga mikirnya gitu. Kenapa harus lo lagi, Doy? Kayak nggak ada orang kaya yang lain aja."

"Ya, gimana, Yong," balas Doyoung seraya lagi-lagi membuang napas panjang. Menatap malas ke arah pintu kelas, melihat wajah-wajah yang akan satu kelas dengannya dua tahun ke depan. "Di sekolah ini, cuma kita berdua yang kaya. Yang lainnya di bawah kita."

Taeyong menganguk, mengangkat kedua kakinya ke atas meja, duduk santai seperti raja. "Kira-kira di kelas ini, budak-budaknya pada seru nggak, ya?"

"Noh, lo liat dia," kata Doyoung secara menunjuk seseorang.

Mata Taeyong bergerak, melihat seorang laki-laki yang memang memiliki postur tubuh yang agak bungkuk dan kelihatan cupu. Selain itu, laki-laki itu berbincang bersama perempuan dengan lebaynya. Senyum Taeyong terukir miring, penuh siasat dan melihat ke arah Doyoung kembali. 

"Mentalnya tahu banget kayaknya," kata Taeyong senang.

Doyoung tersenyum lebar. "Dideketin sekali udah peyek kali."

Taeyong dan Doyoung kompak tertawa keras. Tawa mereka membuat beberapa anak berhenti berbincang dan menatap ke arah mereka berdua dengan tatapan terganggu. Namun, mereka hafal siapa Taeyong dan Doyoung, jadi mereka diam saja.

"Sasaran pertama sudah ditemukan," cetus Taeyong senang. "Langsung cus?"

Doyoung menggeleng pelan. "Besok aja. Sekarang baik-baik dulu, perkenalan dulu."

Taeyong menyatukan jari telunjuk dan jempolnya, membentuk huruf O.

"Permisi, gue mau duduk."

Tiba-tiba, seseorang duduk di sebelah Taeyong dengan santainya. Laki-laki itu membuka tasnya dan bermain ponsel tanpa memperdulikan Taeyong sudah membulatkan matanya dengan wajah mulai marah.

Doyoung pun memasang ekspresi serupa. Ia langsung berdiri dan menggebrak meja, mewakili apa yang Taeyong rasakan.

"Heh, lo nggak tau kita siapa? Berani-beraninya duduk di deket tempat sultan!"

***

Next : Jung Jaehyun

11 IPA 4 • NCT 127 X WAYVTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang