40. Barang Couple---
Penumpang kapalnya Yaya-Mark ada?
---
Sebenarnya Taeyong tidak paham mengapa dirinya ikut membeli penggaris semangka yang lebih mirip dengan penggaris untuk anak-anak seharga lima ribu rupiah dari Lala. Memang tak seberapa, tapi Taeyong merasa tidak ada gunanya membeli ini. Juga, ini pertama kalinya Taeyong membeli alat tulis sendiri, biasanya ia dibelikan Ayahnya.
Barang ini sebenarnya tidak lebih dari sampah untuk Taeyong.
Namun, saat melihat ekspresi senang Yaya, jelas perasaan Taeyong berubah. Penggaris semangka ini jelas berarti sangat lebih dari sampah. Barang ini sangat spesial dan berharga.
Senyumnya terkembang lebar saat menatap penggaris semangka itu.
"Yong, lo jangan senyum-senyum begitu dong," kata Doyoung yang berada di sebelah Taeyong. Secara tak sengaja, ia melihat anehnya Taeyong menatap penggaris semangka di depannya. "Gue jadi takut, sumpah. Kenapa sama penggaris lo bisa senyum selebar itu gitu."
Taeyong memutar bola mata, langsung memeluk kepala Doyoung dengan penggaris semangkanya. Membuat Doyoung mengaduh dan mengumpat pelan.
"Lo nggak bakal tau dan ngerti gimana rasanya." Taeyong menatap Doyoung tajam. "Karena gue juga nggak tau dan nggak ngerti diri gue sendiri. Jadi, lo diem aja."
Doyoung menaikkan satu alisnya.
"Udahlah nggak usah sok mikir keras lo," decal Taeyong kesal sendiri.
"Oke." Doyoung mengangguk-angguk seraya membuang napas panjang. "Yang lebih waras ngalah."
Tanpa mendengarkan tanggapan Doyoung dan memikirkannya lebih dalam, Taeyong kembali melihat penggaris semangka barunya seraya sesekali melirik ke arah Yaya di ujung sana.
Sementara itu, Hendery yang baru saja datang langsung mendapatkan lambaian tangan dari Lala, kode untuk Hendery mendekat. Hendery mempercepat langkahnya, menaruh tas di kursinya secara asal-asalan untuk kemudian mendekatkan diri ke meja Lala yang di sampingnya ada Tata.
"Hai, Tata," sapa Hendery dengan cengiran lebar.
Tata mengangguk seraya tersenyum kecil. "Hai, Hendery."
"Nih gelangnya, Dry," kata Lala seraya menyodorkan dua gelang bermanik-manik love yang didominasi warna pink pada Hendery. "Gimana? Cocok nggak sama ekspetasi lo? Ini dipilihin sama Tata, lho."
Mata Hendery langsung berbinar. "Serius? Dipilihin sama Tata?"
Lala mengangguk. "Iya kan, Ta?"
"Iya." Tata membalas santai, menatap Hendery tepat di mana. "Gimana? Bagus nggak?"
"Bagus banget!" seru Hendery senang. Ia segera mengeluarkan uang untuk diberikan pada Lala. "Langsung gue beli. Makasih, ya! Dadah, Tata!"
"Oke." Tata mengangguk. Saat Hendery sudah duduk di kursinya, ia bicara pada Lala. "Padahal cuma beda lima langkah aja, tapi masih aja dadah-dadahan itu anak. Aneh bener."
Lala ikut tertawa karenanya.
Di bangkunya, Hendery langsung menyita perhatian Lucas yang sebenarnya tengah menyalin tugas matematika milik Jungwoo yang duduk di belakangnya. Jungwoo awalnya ogah meminjamkan tugasnya, sebab tak terima hasil pemikirannya selama dua hari dua malam didapatkan begitu saja oleh Lucas. Namun, Lucas memberi imbalan berupa traktir seblak dekat kawasan rumah Lucas nanti siang, jadi Jungwoo setuju memberikan hasil kerjanya.
"Lo beli gelang buat lo sendiri atau buat adek cewek lo?" Tanya Lucas penasaran.
Hendery yang awalnya masih mengagumi dengan sepenuh hati gelang pink itu menatap Lucas segera. "Gue nggak punya adek cewek."
"Berarti," Lucas membulatkan matanya seraya menutup mulutnya yang menganga, sangat kaget, "itu buat lo sendiri?"
"Nggak lah," balas Hendery cepat. "Ini tuh barang couple buat gue sama seseorang."
"Seseorang?"
"Iya. Seseorang yang punya tempat yang spesial di hari gue." Hendery menyentuh dadanya dengan tatapan sendu yang membuat Lucas merasa mual melihatnya.
"Jijik, iw, melankolis banget lo."
"Lo tentu bakal bilang gitu karena lo nggak merasakan apa yang gue rasakan," balas Hendery serius. "Dan lo tentunya nggak bakal bisa menerimanya sampai lo ngerasain sendiri gimana serunya, senengnya dan berdebar-debarnya hati ini waktu lo jatuh cinta."
Setelah mendengar itu, Lucas langsung ngacir ke toilet karena perutnya tiba-tiba demo. Sesuatu di dalamnya meraung-raung, meminta untuk segera dikeluarkan.
"Lah? Itu anak kenapa, sih?" tanya Hendery heran sendiri saat melihat teman sebangkunya bertingkah aneh. Lalu, ia membuang napas kecil. "Yah ... kapan sih Lucas nggak aneh? Bomat lah dia mau ngapain, pokoknya pulang sekolah gue bakal gas Tata!"
"Jakandor!" Hendery menipiskan bibirnya seraya mengepalkan tangannya dengan penuh tekad. "Jangan kasih kendor!"
Tak jauh dari tempat Hendery duduk, seseorang yang tengah berbunga-bunga juga ada. Di sampingnya, Yaya terlihat sangat aneh bagi Xaxa. Saat Xaxa melihat arah tatap Yaya sesekali, barulah Xaxa paham sesuatu.
"Ya," tegur Xaxa.
Yaya segera membalas Xaxa. "Iya, kenapa, Xa?"
"Lo suka Mark, ya?" tanya Xaxa langsung. Dari kecil, Xaxa memang tidak diajarkan basa-basi, jadi kadang orang-orang tak suka dengannya, menjauh darinya karena sakit hati, tersinggung ataupun tak nyaman. Karena itu, Xaxa terbiasa sendiri.
Yaya tertawa hambar. Lalu, menggaruk tenggulun yang sebenarnya tak terasa apa-apa. "Emmm, gimana ya, Xa ... gue juga nggak tau."
"Kok gitu?" Kening Xaxa mengerut.
"Gue nggak tau gue suka sama Mark atau nggak, tapi dia keliatan lebih menarik aja dari yang lain." Yaya tersenyum malu-malu, ia tak pernah merasa seperti ini sebelumnya. "Gue suka denger waktu dia ketawa, gue suka liat senyumnya, gue candu sama suaranya, gue pengen terus liat dia sepanjang hari. Apa artinya semua itu, Xa? Gue nggak tau."
Xaxa tersenyum senang. "Lo lagi jatuh hati, Ya. Selamat."
"Oh, ya?"
"Iya." Xaxa mengangguk, menjadi semangat. "Apa sekarang jantung lo berdebar-debar?"
"Iya," jawab Yaya polos. "Kan gue masih idup."
Xaxa hampir memutar balik matanya karena jengah. "Maksud gue, apa sekarang jantung lo berdebar-debar lebih dari biasanya?"
"Nggak, tuh." Yaya menggeleng seraya mengerjap-ngerjap bingung. "Emangnya kenapa?"
"Yah, artinya itu lo cuma kagum aja." Xaxa membuang napas kecewa. "Mark emang unik, sih. Menurut gue, lo nggak jatuh hati sama Mark, tapi lebih ke kagum aja."
"Tapi, gue maunya suka sama Mark," aku Yaya dengan memelas. "Gimana caranya buat begitu? Gue kayaknya suka sama Mark dan gue maunya emang begitu, Xa."
Xaxa menggaruk pelipisnya dengan bingung. Semakin mengenalnya, Yaya ternyata punya kepribadian yang unik. Karena tak mau mengecewakan Yaya, Xaxa pura-pura paham saja dan menyetujui kemauan Yaya.
"Kalau gitu, tinggal lo ngaku suka aja sama Mark. Apa susahnya?" saran Xaxa.
"Ya malu dong, Xa," rengek Yaya. "Kalau gue tiba-tiba ngaku suka, yang ada gue dicap aneh sama Mark!"
"Ya udah, kita rencanain aja pelan-pelan PDKT-nya. Gue bantuin, deh."
"Wah! Makasih Xaxayang!"
***
Hayu digas, pencet bintang buat yang belum
Biar aku gas hari ini sampai chapter 42
Thu 10 Sep 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
11 IPA 4 • NCT 127 X WAYV
Hayran Kurgu--- Ini kisah kelas XI IPA 4 yang merupakan kelas biasa-biasa saja. Sampai mereka semakin dekat, semakin berselisih, saling bersaing, merebutkan perempuan yang sama dan sakit hati. Ini hanya kisah remaja biasa. Tentang jatuh cinta dan patah hati...