46. Cowok Tuh Harus Gentle!

71 14 8
                                    

46. Cowok Tuh Harus Gentle!

---

Up tiga aja deh

---

Jungwoo selalu menjadi anak kesayangan bagi kedua orangtuanya. Begitupula bagi teman sekaligus tetangganya. Jungwoo terbiasa mendapatkan kelembutan, karenanya sifatnya juga ikut lembut.

Namun sayang, yang ia terima dari kelembutan yang ia berikan itu adalah berupa bullyan dari beberapa teman sekelasnya. Mau itu berupa verbal maupun nonverbal. Baik berupa fisik ataupun psikis. Jungwoo selalu menerima itu, lalu dia menangis, kemudian menceritakannya pada Yaya dan Dejun, kemudian dua teman sekaligus tetangganya itu akan membelanya.

Hidup Jungwoo pasti damai kembali setelahnya.

Jungwoo berpikir begitu, tapi saat naik kelas sebelas di SMA, ia menerima perlakuan buruk itu lagi. Jungwoo berusaha menahannya, tapi sudah tak kuat lagi.

Bagaimana para laki-laki diam-diam membicarakannya, menertawainya dan mengumpat padanya, bagaimana para perempuan menganggapnya lemah dan meremehkannya, Jungwoo menerima itu. Namun, sekarang ia sudah tak kuat lagi.

Malam itu, Jungwoo menangis dan menceritakan semua penderitaan yang selama ini ia terima pada Yaya dan Jungwoo lewat group chat.

Kemudian, paginya, saat di kelas, Yaya langsung ngamuk ke Lucas, Hendery dan Yangyang.

Tak peduli yang lainnya terganggu dan menatapnya dengan penuh tanda tanya.

"Lo bertiga kok tega banget bikin Jungwoo sebagai tumbal buat preman?!" tanya Yaya marah besar. "Untung Jungwoo nggak kenapa-kenapa. Kalau dia kenapa-kenapa, udah pasti lo bertiga tinggal nama sekarang!"

"Ya, karena Jungwoo sekarang nggak kenapa-kenapa, kenapa lo marah?" tanya Hendery dengan polosnya.

Yaya mengepalkan tangannya kuat-kuat, menahannya untuk tidak melayangkan bogem ke pipi Hendery. Gini-gini, Yaya sabuk hitam taekwondo. "Lo kalau ngomong pake otak dikit, dong. Apa Jungwoo itu barang bagi kalian?"

"Bukan gitu, Ya," kata Lucas berusaha menjelaskan. "Lo salah paham. Pasti Jungwoo cerita yang aneh-aneh ke lo, ya."

"Jangan salahin Jungwoo. Udah tau lo salah, masih aja nyolot." Yaya melotot tajam. "Kalau kata Kun, lo itu seburuk-buruknya makhluk, Cas."

"Emang," tukas Yangyang setuju, membuat dirinya menjadi pusat perhatian tiga orang lainnya, "emang Lucas yang paling buruk antara gue sama Hendery. Dia yang jadiin Jungwoo tumbal buat Ten. Dia yang dorong punggungnya kayak gini nih," jelas Yangyang seraya mendorong punggung Hendery setelah menarik tangannya hingga Hendery terdorong ke depan dan mentok ke pelukan Jaehyun yang baru saja datang, mempraktekkan dorongan Lucas pada Jungwoo sore kemarin.

Tak peduli Hendery menatapnya dengan kesal dan tak terima, membuat Jaehyun kebingunan serta menjadikan hati Lucas terluka karena dijadikan kambing hitam atas segalanya, Yangyang menatap Yaya dengan penuh keseriusan. "Nah gitu, Ya. Semuanya salah Lucas."

Yaya langsung menatap Lucas dengan tajam. "Udah gue kira. Lo emang seburuk-buruknya makhluk, Cas."

Lucas menipiskan bibirnya, lalu berdecak frustasi. "Oke. Gue ngaku. Oke. Gue terima. Oke. Gue yang salah. Oke. Semuanya salah gue. Tapi," Lucas menatap Yaya dengan penuh arti, "kalau lo jadi gue, lo bakal ngapain?"

"Bakal gue laporin Ten si preman itu ke RT," balas Yaya cepat.

"Masalahnya RT-nya itu bapaknya Ten, Ya," tukas Lucas putus asa.

"Kalau gitu, bakal gue laporin ke RW."

"RW-nya itu Om-nya Ten!"

"Bakal gue laporin ke lurah atau camat kalau gitu!"

"Sayang banget, lurahnya itu kakeknya Ten," balas Lucas gemas.

Yaya jadi jengkel. "Bakal gue laporin polisi langsung kalau gitu."

"Kalau mau lapor polisi, lo harus langkahi mayatnya Ibunya Ten yang jadi kepala polisi di sana."

Yaya tak bisa berkata-kata lagi.

"Nah, lo bingung kan," kata Lucas dengan senyuman kecil. "Gue juga kemarin sama bingungnya. Yang penting Jungwoo nggak celaka, kan? Gue juga bakal ganti uangnya Jungwoo yang diambi Ten. Jadi, bukannya harusnya lo nggak labrak gue lagi?"

Yaya menatap Lucas tak senang. "Lo belum minta maaf."

Lucas senang karena akhirnya Yaya tidak semarah tadi. "Oke, gue bakal minta maaf sama Jungwoo. Jadi, semuanya clear, kan?"

Yaya mengangguk kecil setelah lama berpikir.

***

"Gue mau ngomong, Woo."

Jungwoo yang sedang membersihkan kaca jendela kelas dengan Winwin menolehkan kepalanya kepada Lucas yang tengah mengepel lantai depan kelas. Jarak mereka hanya beda dua keramik saja.

Bisa disimpulkan, saat ini mereka sedang piket setelah lima menit berlalu sejak bel pulang sekolah berbunyi.

"Lo fokus bersihin kaca, gue juga bakal fokus ngepel," kata Lucas datar. "Lo dengerin aja gue ngomong apa."

Jungwoo tak menjawab, hanya mendengarkan seraya menggerak-gerakan tangannya untuk membuat kaca jendela kelas mengkilap seperti tanpa kaca.

"Gue bukannya benci sama lo sebenernya, gue ngomong gini karena gue merasa perlu aja," kata Lucas serius. "Lo tuh cowok, Woo. Cowok itu harus gentle. Kalau lo lembek kayak tadi, punya masalah aja harus diselesaikan sama Yaya yang notabenenya adalah cewek, bakal diliat apa kaum cowok sama dunia? Makhluk yang sembunyi di ketek cewek? Makhluk yang cuma nangis pas ada masalah? Makhluk yang nggak bisa berdiri sendiri? Jujur, gue marah sama lo yang diem aja daripada Yaya yang nyolot tadi pagi."

Jungwoo merasa dadanya sesak. Seperti ada sesuatu yang menusuk-nusuknya.

"Gue mau lo jadi gentle aja, Woo." Lucas tersenyum tipis meski Jungwoo tak mungkin bisa melihatnya. "Sekali lagi, bukan gue benci sama lo. Gue ngomong begini karena lo temen gue dan gue lo mau berubah. Berubah jadi cowok sesungguhnya. Yang gentle, yang nggak gampang nangis, yang nggak sembunyi di ketek cewek."

Lucas berhenti mengepel karena ia perlu siap-siap untuk mengatakan kelanjutannya. Lucas menarik napas panjang, lalu membuangnya pelan-pelan.

"Gue harap, gue yang ngomong begini nggak bakal lo curhatin lagi ke Yaya kayak kejadian kemarin sore." Lucas berdeham. "Terserah lo mau terima khotbah gue atau nggak. Makasih karena udah dengerin sampai selesai."

***

Ada temen kayak Lucas nggak di sekitar kalian???

11 IPA 4 • NCT 127 X WAYVTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang