35. Werewolf
---
Permainan ini dimainkan berdasarkan pengalaman saya bermain werewolf di hago yaa
---
"Doy, itu tuh lagi pada ngapain, sih? Fokus amat." Taeyong bertanya pada Doyoung saat melihat teman-teman fokus pada ponsel masing-masing sambil sesekali meringis, mengumpat atau berpikir serius. Biasanya anak kelas berisik dengan ocehannya masing-masing.
Kelas jadi hening begini membuat Taeyong merasa aneh.
"Ngapa? Iri lo?" Doyoung malah balik bertanya. Heran sendiri karena biasanya Taeyong tak peduli dengan orang lain, tak peduli dengan apa yang orang lain lakukan.
"Penasaran aja."
"Itu permainan werewolf," jawab Doyoung. Baru-baru ini ada aplikasi game online yang lagi panas-panasnya. Hampir semua orang memainkannya. Yang paling banyak dimainkan itu bernama werewolf.
"Hah? Apa?" Kening Taeyeong mengerut dalam.
"Werewolf, Ege." Doyoung berdecak agak kesal karena Taeyong kudet banget. "Itu permainan psikologis. Jadi, kita dikasih peran gitu. Ada yang jahat, ada yang baik. Yang baik bertugas mencari dan membunuh yang jahat, yang jahat bertugas membunuh yang baik dan sembunyi biar nggak ditangkap."
"Oh, seru kayaknya." Taeyong tersenyum penuh semangat, bangkit dari duduknya dan mendekati meja Lucas dan Hendery yang tampak paling seru wajahnya saat bermain. "Woi, ikutan main dong!"
"Udah pas! Nggak bisa nambah!" jawab Hendery cepat.
"Ck!" Taeyong menendang meja Hendery dan berpaling pada Mark yang ada di sebelahnya.
"Si Kehed," umpat Hendery pelan karena kekurang-ajaran Taeyong padanya. Mau membalas terang-terangan, tapi takut.
"Woi, ikutan main, dong!" seru Taeyong langsung.
"Main apaan?" tanya Mark kebingungan.
"Main werewolf."
"Nggak ada." Mark membalas lembut. Anak itu kepribadiannya memang seperti malaikat. Baik hati gakuna. "Udah pas, Yong. Kalau mau, main aja sampai random people."
Taeyong membuang napas keras-keras, kemudian berbalik pada Jungwoo yang berada tak jauh di dekatnya. Yuta selalu teman sebangku Jungwoo pergi entah ke mana pada jam kosong yang entah ke berapa kalinya. "Woi, gue mau main, dong."
Jungwoo tak membalas, terlalu fokus bermain.
Taeyeong memutar bola matanya, kemudian merebut ponsel Jungwoo karena dirinya bukan tipe orang yang menyerah begitu saja saat keinginannya tidak tercukupi. Jungwoo yang diperlakukan begitu terkaget-kaget, tapi tidak melawan.
"Akhirnya, gue bisa main," kata Taeyong. Ia duduk dengan santai di sebelah Jungwoo dengan senyum lebar. "Hehe, seru juga, ya. Woi, Hendery lo warga jelata juga ngapa ngaku-ngaku jadi werewolf anjir, koid kan lo akhirnya. Yasinan dah ntar malem."
"Ah, nggak seru, Njir. Jadi warga itu nggak menantang," kata Hendery di bangkunya. Ia memang sengaja memilih gali kuburan dari pada hidup seperti zombie.
Jungwoo yang merasa dunianya hancur oleh Taeyong, tak kuasa menahan air matanya. Ia terisak, menangis begitu saja. Wajahnya menunduk. Hal itu tertangkap oleh Yaya setelah ia dibunuh oleh pemburu karena mencurigakan. Awalnya Yaya ingin mencerca Lucas yang tak becus berperan, tapi batal saat melihat sahabat kecilnya menangis.
Yaya segera menyentuh bahu Jungwoo hingga Jungwoo menatapnya. Yaya mengerutkan keningnya saat melihat wajah basah Jungwoo. "Lo kenapa, Woo?"
"Hape gue diambil Taeyong, Ya, hiks," sedih Jungwoo dengan suara pelan.
Yaya langsung bangkit, menggebrak meja depan Taeyong hingga Taeyong latah dan menjatuhkan hape Jungwoo tanpa sengaja.
"Hape gue!!!!!" Tangis Jungwoo meledak, ia segera mengambil ponselnya dengan air mata berjatuhan. Jungwoo mengusap-usapnya, untung tidak kenapa-kenapa.
"Eh, masalah lo apa, sih?" tanya Yaya kesal.
Taeyong melotot pada Yaya. "Lo yang cari masalah-masalah! Gara-gara lo, hp dia jatoh!"
"Lo yang duluan ngambil hp-nya!"
"Karena gue mau main juga!" seru Taeyong tak mau kalah. "Lo pada nggak ajak gue, jadi gue terpaksa ngambil cara yang ekstrim!"
"Biasanya lo juga nggak peduli sama kita-kita, kenapa sekarang pengen ikutan?" tanya Yaya tak mengerti, kesal juga karena biasanya Taeyong sama sekali tak acuh dengan apa yang dilakukan anggota kelasnya.
Taeyong kebingungan harus bilang apa. Sebenarnya ia melihat Yaya begitu serius, jadi ia penasaran. Ia ingin ikutan juga, tapi gengsi. Lalu akhirnya dimarahi begini. Taeyong berpikir agar lama sebelum akhirnya menjawab.
"Emangnya gue nggak boleh main sama temen kelas sendiri?" tanya Taeyong, mendadak melankolis seperti saat ia melakukan orasi sebagai ketua kelas.
Yaya memutar bola matanya. "Biasanya lo nggak main, Ege!"
"Ya, gue mau berubah. Gue mau jadi lebih baik—"
"Alah, caduk angsa," potong Yaya kesal setengah mati. "Udah deh lo, jangan ganggu kita-kita main. Rese banget, sih!"
Taeyong cemberut, menatap Yaya dengan pandangan berkaca-kaca. Yaya melihatnya dengan jijik, pasti Taeyong cuma pura-pura.
"Heh, akting busuk lo itu nggak mempan lagi, ya, buat gue karena gue udah—"
"JUNGWOO, HUAAAA!!!" Taeyon menangis dengan dramatis di bahu Jungwoo. Ketua kelas itu mencengkram tubuh Jungwoo erat-erat, menyalurkan kesedihannya. "Rasanya sesek banget ini dada waktu dibilang gue akting busuk, pengganggu dan rese buat temen-temen semua di kelas. Padahal, gue udah mau coba buat berubah dan jadi orang baik buat kalian-kalian. Gue cuma ...."
Jungwoo yang menjadi korban Taeyong lagi-lagi merasa terkejut dan membeku.
Yaya menatap Taeyong dengan sorot mata malas. Mau dilihat dari sisi manapun, air mata Taeyong itu hanyalah air mata buaya. Oalah. Fake. Tahi. Caduk angsa.
Sementara itu, anak-anak kelas melihatnya dengan heran, kemudian merasa agak bersalah karena sebelumnya tak memerhatikan Taeyong serta tak mengajaknya turut untuk bermain.
Taeyong mengelap air matanya dengan wajah sedih. "Gue cuma mau main werewolf sama kalian. Nggak boleh, ya?"
Yaya memutar bola matanya. Mau menjawab saat tiba-tiba suara-suara terdengar.
"Boleh, Yong! Ayo, main!"
"Ayo, Yong! Sesi pertama udah beres, ayok join aja!"
"Ayo, Yong, cepet!"
"HEH, GIMANA KALAU KITA MAIN WEREWOLF-NYA BENERAN? BUKAN PAKE HAPE, TAPI TATAP MUKA LANGSUNG GITU, PASTI SERU!"
Tiba-tiba, Xaxa yang biasanya sangat pendiam dan kalem, berseru semangat, menyuarakan isi otak emasnya.
***
Siapa yang di kelasnya pernah main ginian???
Suer ya, jadi God itu capeknya gakuna. Orang-orang yang main pada debat mulut, capek teriak-teriak buat 'udah, udah! Sekarang waktunya vote! Silakan vote orang yang dicurigai sebagai ww!'
Ah, pokoknya rame bener deh masa sekolahnya tuh
Sejarah gara-gara pandemi .....
Ah, ngomongin pandemi, sedihnya nggak larut-larut:(((
Pokoknya jaga kesehatan aja ya, temen-temen^^^
Mon 7 Sep 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
11 IPA 4 • NCT 127 X WAYV
Fanfiction--- Ini kisah kelas XI IPA 4 yang merupakan kelas biasa-biasa saja. Sampai mereka semakin dekat, semakin berselisih, saling bersaing, merebutkan perempuan yang sama dan sakit hati. Ini hanya kisah remaja biasa. Tentang jatuh cinta dan patah hati...