37. Nembak
---
Double up ah
---
"Enteng banget itu mulut," balas Taeyong kesal. "Gimana kalau ternyata orang yang kita pilih itu bukan ww?"
"Gimana kalau ternyata orang yang kita pilih itu ww?" tanya Haechan percaya diri. "Kita pilih Mark dulu. Gue curiga karena dia diem terus dari tadi."
"Lah?! Kok jadi gue?" tanya Mark tak terima. "Lo sahabat gue, Chan. Tega bener lo nuduh gue. Kalau misalnya diem jadi indikasi seseorang jadi ww, Jhonny, Yuta, Jungwoo, Tata, Lala, sama Kun juga daritadi diem."
"Gue diem karena gue cuma warga," balas Tata cepat. "Salah ngomong, gue koid kayak itu orang," lanjut Tata seraya menunjuk Doyoung dengan dagunya.
"Gue juga." Lala ikut-ikutan.
"Gue diem karena gue lagi berdzikir." Kun menyuarakan pembelaan diri. "Apapun kegiatannya, selingi dengan dzikir biar dapat pahala."
"Kalau gue diem aja karena lagu hafal Asmaul Husna sama artinya," tandas Jaehyun.
"Gue bukan ww, pokoknya." Jhonny yang biasanya diam akhirnya bersuara.
"Gue—"
"Semuanya aja ngaku bukan ww." Haechan berdecak kecil. "Pasti gitu, sih. Makanya sekarang kita pilih Mark dulu. Percaya gue."
"Woi!" seru Mark tak terima. "Biasanya yang musuh-musuh gini ww-nya! Bunuh Haechan aja, guys!"
"Lo nerawang siapa tadi?" tanya Yaya pada Taeyong, jelas berupa bisikan.
Bulu kuduk Taeyong menegang, tapi ia berusaha bersikap normal dan membalas dengan bisikan di telinga Yaya. "Gue liat Yangyang. Dia warga."
"Yah." Yaya jelas kecewa. "Coba nanti cek Tata. Dia keliatan jahat di mata gue."
"Oke."
"Waktu diskusi selesai, ya." Xaxa angkat suara. "Sekarang pilih satu orang buat dibakar!"
Hampir semua orang menunjuk Mark atas hasutan Haechan. Karena itu, hasilnya Mark menjadi arwah pada permainan berikutnya. Mark mati dan perannya adalah werewolf.
"Kata gue apa." Haechan berkata bangga. "Firasat gue emang nggak salah."
"Buat kali ini kita beruntung," balas Taeyong.
"Pinter juga lo." Mark tersenyum penuh arti pada Haechan. "Awas, lo begini karena lo ww juga."
Perkataan Mark membuat beberapa orang yang menatap Haechan dengan percaya mulai ragu.
"Ngaco lo." Haechan tertawa sarkas.
"Yang mati diem." Xaxa menatap tajam pada Mark.
"Ampun, God." Mark tertawa kecil.
"Oke, malam tiba." Xaxa kembali mengatakan arahan. "Untuk penyihir, silakan ambil keputusan. Kepada penerawang, pilih satu orang untuk diperiksa. Oke. Pagi tiba."
Semua orang segera membuka matanya.
"Nggak ada yang mati tadi malam," kata Xaxa.
"Siapa nih yang harus kita bakar?" tanya Yangyang mulai semangat. "Chan," katanya pada Haechan.
"Bentar, gue mikir dulu." Haechan memejamkan matanya sejenak.
"Gimana hasilnya?" tanya Yaya pada Taeyong.
Taeyong menggeleng.
"Oke bagus."
"Hah? Kok bagus?"
"Lo diem aja kalau nggak ngerti. Pas malem selanjutnya lo cek Kun."
Taeyong biasanya tidak suka disuruh-suruh tanpa alasan yang jelas, tapi karena Yaya, ia mengangguk tanpa mendebat.
"Kita bunuh Lucas." Haechan mengeluarkan keputusannya setelah lama berpikir, membuat Lucas yang namanya disebut langsung membulatkan matanya tak terima.
"Kok gue, Asu?!" Lucas hampir berdiri.
"Tenang, bro." Hendery menepuk punggung Lucas, lalu menatap Haechan. "Kok jadi Lucas, Chan? Lucas kan penyihir begonya."
"Anj." Lucas mengumpat pada Hendery.
"Menurut lo Doyoung yang kena racun?" tanya Haechan. "Yang kena racun itu Winwin, yang dimakan ww itu Doyoung. Kalian semua tau, dari awal Lucas udah nunjuk Doyoung jadi ww. Jelas, dia punya dendam karena itu. Gimana?"
Hendery mengerutkan keningnya, menatap Lucas. "Gitu, Cas?"
"Nggak lah, Ego. Gue racun Doyoung, terus sembuhin Tata." Lucas menjalankan. "Suer, gue nggak bohong. Plis, percaya gue."
Hendery menganguk. "Gue percaya sama lo."
"Nah, mereka berdua tuh ww-nya." Haechan langsung menyimpulkan. "Ketahuan banget bukan?"
"Yang ada lo deh yang ww-nya." Lala angkat suara setelah daritadi hanya menyimak. "Lo, Lucas sama Hendery ww-nya."
"Aneh lo." Haechan berdecak. "Jelas-jelas gue bukan ww karena gue yang temuin ww, Mark. Sekarang gue temuin satu ww lagi. Dia Lucas."
"Kok lo tau Lucas ww?" tanya Yuta heran. Dia merasa ada yang aneh. "Jangan-jangan lo emang ww-nya, kan?"
"Lo tau, ada peran penerawang di sini." Haechan menukas percaya diri. "Itu gue."
"Heh! Durhaka banget lo ambil peran orang sembarangan!" seru Taeyong terpancing. "Gue penerawangnya di sini!"
"Nah, itu yang suka ngaku-ngaku biasanya ww juga." Haechan membalas santai.
"Gue liat Tata tadi, dia baik." Taeyong melotot.
"Nggak." Haechan menggeleng. "Gue liat Lucas, dia ww."
"Gue penyihir!" seru Lucas meluruskan.
"Ww-nya udah ketahuan." Haechan bertepuk tangan. "Lucas, Hendery, Taeyong. Sekarang tinggal pilih, mau bakar siapa dulu."
"Gue maunya bakar lo." Lala menukas dengan senyum miring. "Gimana, dong?"
"Waktu diskusi habis! Pilih satu orang buat dieksekusi!" seru Xaxa memecah sesi diskusi yang sedikit berubah menjadi persitegangan adu mulut.
"Lo pada bakal menyesal," kata Haechan serius, sebab dia menjadi sasaran kematian saat ini
"Oke, orang yang paling banyak dipilih akan mati. Haechan mati sebagai pemburu yang mana dapat menunjuk satu orang untuk ditembak." Xaxa menjelaskan.
"Hah? Bukannya pemburu itu lo?" tanya Taeyong heran, pada Yaya yang langsung tersenyum manis, membuat Taeyong langsung meleleh.
"Sebenarnya gue warga," jawab Yaya dengan tawa kecil. "Maaf, ya."
Taeyong tersenyum tipis. "Nggak apa-apa."
Xaxa berdeham. "Silakan pilih satu orang buat ditembak, Haechan."
"Gue maunya nembak lo." Haechan menatap Xaxa dengan penuh arti. "Boleh?"
***
Sejauh ini, kalian penumpang kapal yang mana, nih????
KAMU SEDANG MEMBACA
11 IPA 4 • NCT 127 X WAYV
Fanfiction--- Ini kisah kelas XI IPA 4 yang merupakan kelas biasa-biasa saja. Sampai mereka semakin dekat, semakin berselisih, saling bersaing, merebutkan perempuan yang sama dan sakit hati. Ini hanya kisah remaja biasa. Tentang jatuh cinta dan patah hati...