06. Lucas
"Dahlah, kamu cepet berangkat sekolah sana, biar ini Bunda yang urus!" seru Bunda saat Lucas tak sengaja menyenggol gelas hingga pecah berhamburan dari meja makan.
"Yaudah kalau gitu, Lucas berangkat, ya!" seru Lucas panik. Sebentar lagi sekolahnya masuk.
"Iya, iya, sana!"
"Makasih, Bunda!" Lucas mencium tangan Bunda dan segera berlari keluar.
Bunda berdecak dan berjongkok untuk memunguti pecahan kaca di lantai. Anaknya yang satu itu memang ceroboh, tapi Bunda tak bisa memarahinya karena terlalu sayang.
Tak seberapa lama, Lucas kembali berlari ke hadapannya.
Kening bunda mengerut. "Kenapa, Cas?"
"Bunda," kata Lucas dengan suara yang imut-imutkan sambil menengadahkan tangannya. "Minta uang. Lucas lupa tadi."
Bunda memutar bola matanya, segera menaruh pecahan kaca di tangannya ke sebuah piring bekas. Setelahnya, ia merongoh saku dasternya. Mengambil beberapa uang di sana.
"Nih."
"Makasih, Bunda. Sayang, deh."
"Sana berangkat, nanti tekat, berabe lagi."
"Iya, Bun." Lucas mengangguk dengan senyuman lebar. "Lucas berangkat!"
"Hati-hati!"
Lucas buru-buru memesan ojol. Setiap pagi, selalu saja ada insiden yang membuatnya panik. Takut telat. Beruntung tadi Ayah serta tiga adiknya belum bangun, jadi rumahnya tidak dipenuhi oleh teriakan-teriakan tidak perlu yang mengganggu tetangga.
Sejurus kemudian, Lucas sampai di sekolah. Ia merasa hidup saat bersekolah di sini karena banyak sekali kejadian yang membuatnya tertawa. Ada saat temannya tergelincir saat Lucas mengepel, temannya kejedot kaca jendela saat Lucas membukanya, temannya terantuk tiang gawang saat berlari atau teman yang diolesi penghapus papan tulis saat sedang tidur hingga menjadi lutung.
Lucas menikmati kehidupan sekolah yang seperti itu.
Jadi, saat dibagi kelas baru, Lucas sangat menantikan kejadian-kejadian lucu. Saat masuk, Lucas agak kecewa karena tak ada yang menarik perhatiannya.
Beberapa perempuan seperti biasa, menatapnya penuh kagum karena ketampanan yang ia punya. Kata Bunda, saat mengandungnya, Bunda bermimpi sedang berbaris paling depan saat pembagian ketampanan. Makanya, wajah Lucas seperti itu.
Lucas tertawa saja.
Lucas juga menyukai wajahnya. Saking menyukai wajahnya, saat ditembak oleh seorang perempuan, Lucas dengan tegas menjawab, "Sorry. But, gue nomu nomu suka sama gue sendiri. Gue nggak merasa lonely meski nggak punya pacar, jadi ... bye!"
Meski sudah terkenal begitu, ciwi-ciwi masih mengantre di depan Lucas untuk mendapatkannya. Sungguh keajaiban.
Lucas berjalan dengan bangga, kemudian menemukan seseorang yang sedari tadi fokus pada kameranya. Lucas merasa familiar dengan wajahnya, jadi ia memutuskan untuk duduk di kursi sebelahnya.
Namun, ada seorang perempuan yang duduk di sana. Jadi, Lucas menepuk pundaknya dan mengatakan bahwa ia ingin duduk di tempatnya.
"Kalau mau duduk ya nggak usah pukul-pukul juga!" seru perempuan itu seraya bangkit dan menyentuh pundaknya yang menjadi susuran empuk tepukan Lucas.
"Gue nggak pukul, gue nepuk doang. Tok! Gitu," balas Lucas. "Lebay banget dasar perempuan."
"Ck." Perempuan itu kesal dan duduk kembali ke kursinya tanpa memperpanjang perdebatan.
"Yo," sapa Lucas pada teman sebangkunya. "Gue Lucas. Lo namanya siapa?"
Saat laki-laki itu menoleh ke arah Lucas sehingga Lucas bisa melihatnya dengan jelas dari dekat, matanya membulat sempurna. Mulutnya terbuka dan tangannya segera menutup mulutnya sendiri karena luar biasa kaget.
"BADROLLLL?!?!?!"
***
Lucas punyanya siapa, nih???
Next: Hendery
Jangan lupa buat vote dan komen supaya author cepet update bab baru wkwkwk
KAMU SEDANG MEMBACA
11 IPA 4 • NCT 127 X WAYV
Fanfiction--- Ini kisah kelas XI IPA 4 yang merupakan kelas biasa-biasa saja. Sampai mereka semakin dekat, semakin berselisih, saling bersaing, merebutkan perempuan yang sama dan sakit hati. Ini hanya kisah remaja biasa. Tentang jatuh cinta dan patah hati...