43. Gue juga Sakit

116 15 10
                                    

43. Gue juga Sakit!

---

Aku up satu lagi sebagai hadiah :)

Ini masih lanjutan Yaya-Taeyong

Buat penumpang kapal yang lain harap bersabar yaaaa

---

"Lo nggak apa-apa, Yong?" tanya Doyoung setelah encok Taeyong telah ditangani oleh ahlinya beberapa saat yang lalu.

Kegiatan olahraga masih berlangsung di lapangan sana sementara Taeyong yang ditemani Doyoung serta Yaya yang ditemani Xaxa berada di UKS untuk mendapatkan penanganan pertama atas luka yang dialami masing-masing.

Meski tak meringis keras atau mengaduh panjang lagi, Taeyong tetap merasakan rasa sakit yang sama saat ia pertama kali jatuh. "Gue pengen pulang, Doy. Tolong telepon supir pribadi gue."

"Emang sakit beneran itu?" tanya Doyoung ragu. Meski begitu, ia tetap mengambil ponsel Taeyong dan menelepon nomor sopir pribadi teman karibnya itu.

"Kalau nggak sakit, napa gue baring di sini, Ege," balas Taeyong seraya memutar bola matanya.

Doyoung menipiskan bibirnya, lalu menjawab panggilan telepon yang telah tersambung. Doyoung mengatakan Taeyong ingin segera dijemput dan percakapan selesai tak lama kemudian. Doyoung menatap Taeyong lagi.

"Yong, 'itu' lo ikut kambuh juga nggak?" tanya Doyoung khawatir.

Taeyong menggeleng lemah. Ia memejamkan matanya seraya menggerakkan tangannya pelan, mengusir Doyoung. "Lo jangan banyak bacot lagi. Udah, balik lagi ke lapangan, sana. Gue bisa sendiri."

Hati Doyoung sakit. Sungguh. Melihat sahabatnya sakit dan pura-pura tak mau dipedulikan olehnya membuat Doyoung merasa dirinya tidak seberarti itu untuk Taeyong. Bukan berarti Doyoung mengganggap Taeyong berarti juga, sih, tapi ya ... begitulah. Hubungannya dengan Taeyong tidak seremeh kelihatannya.

Sebenarnya mereka punya hubungan yang sulit dikatakan oleh kata-kata.

Doyoung kesal karena Taeyong mengusirnya saat wajah itu terlihat kesepian. Namun, Doyoung tak mempermasalahkan lebih lanjut. Ia segera berdiri dari duduknya. "Kalau butuh bantuan jangan sungkan-sungkan langsung panggil gue, Yong."

"Hm." Taeyong hanya bergumam dengan mata yang masih terpejam.

Gue selalu ada buat lo, lanjut Doyoung dalam hati. Ia terlalu malu untuk menyuarakannya langsung.

Doyoung akhirnya berjalan keluar UKS laki-laki. Jadi, UKS sekolah itu ada dua. Laki-laki dan perempuan. Kayak toilet. Kata kepala sekolah, UKS dijadikan dua adalah untuk menghindari yang tidak-tidak seperti pacaran atau pura-pura sakit sama-sama.

Tak langsung ke lapangan, Doyoung masuk ke UKS perempuan dan mendatangi bangsal di mana Yaya yang telapak tangan dan sikunya terluka duduk. Kehadirannya yang tiba-tiba membuat Yaya dan Xaxa mengalihkan pandangannya pada Doyoung.

"Gue ke lapangan duluan ya," pamit Doyoung merasa perlu. "Sorry, Ya, gara-gara Taeyong—"

"Nggak apa-apa, Doy." Yaya langsung memotong karena ia merasa tak membutuhkan permintaan maaf dari Taeyong. Sejak kenal dan memerhatikan Taeyong dan Doyoung, Yaya merasa Doyoung menjadi pengacara Taeyong tiap kali Taeyong melakukan kesalahan.

Yaya tak suka itu. Bagaimana Taeyong otoriter dan semena-mena, ia tak menyukainya.

"Harusnya bukan lo yang minta maaf," lanjut Yaya. "Aw, pelan-pelan, Xa. Perih," rengeknya saat Xaxa menotol luka di lututnya.

"Sorry," kata Xaxa tak enak.

"Lo luka gara-gara Taeyong. Gue temennya. Gue merasa bersalah aja," balas Doyoung. "Kalau misalnya Taeyong nggak mau minta maaf, gue harap lo nggak kesel ke dia karena gue udah minta maaf wakilin dia."

11 IPA 4 • NCT 127 X WAYVTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang