97. Gegana

47 10 0
                                    

Adakah yang kangen???

***

Taeyong yang berjalan berdua saja dengan perempuan bagaikan kepiting rebus yang menari-nari di pantai. Sudah kupingnya memerah, tangannya tak bisa berhenti bergerak ke sana ke mari karena gugup.

Malu memang, jika harus Taeyong akui, bahwa ia benar-benar tak pernah jatuh cinta pada seorang perempuan, ia juga tak pernah jalan berdua dengan perempuan yang ia sukai.

Kalau perlu Taeyong jabarkan, saat ini ia sedang dilanda kecemasan, kepanikan, kegugupan, juga kebahagiaan. Semuanya bercampur aduk sampai Taeyong tak sadar dirinya sudah berada di kantin.

"Yong!" seru Yaya, menyadarkan Taeyong dari gegana-nya.

"Eh, iya?" gugup Taeyong.

"Gimana, nih?" tanya Yaya dengan wajah agak kesal. "Jadi nggak lo traktir gue? Daritadi ditanya nggak nyaut-nyaut. Heran, deh."

"Sorry, gue lagi banyak pikiran," balas Taeyong seraya terkekeh kecil.

Yaya membuang napas panjang. "Mikirin apa sih emangnya?"

"Ada deh, lo nggak perlu tau," tukas Taeyong cepat. "Gue jadi traktir lo, kok. Kita ke lantai dua aja, makanan di sana lebih elit."

Dengan mata berbinar-binar, Yaya mengikuti langkah Taeyong menuju kantin lantai dua yang didedikasikan untuk kaum atas saja.

"Gue nggak pernah ke lantai dua, lho, Yong," cerita Yaya dengan semangat. "Makasih udah ajak gue ke sini."

Taeyong menyesal karena telah memonopoli tempat ini jika bisa membuat Yaya sesenang ini saat diajak ke kantin lantai dua.

Karena jam pelajaran masih berlangsung, pengunjung kantin di lantai dua sama sekali tidak ada. Jelas, tanpa Taeyong, tempat ini tidak boleh diinjak oleh sembarang orang.

Sepinya kantin lantai dua membuat Yaya sedikit terperangah. Beda dengan meja-meja yang kosong, stand penjualan yang berderet memenuhi sisi kanan dan kiri, sedia untuk melayani.

Taeyong membawa Yaya untuk duduk di meja kosong paling tengah. Yaya duduk dengan gugup, pasalnya, atmosfer yang ia rasakan di sini berbeda sekali dari yang biasa ia rasakan di kantin lantai bawah.

Ini terlalu mewah untuk Yaya.

"Lo mau apa?" tanya Taeyong segera. "Gue pesenin."

Yaya tidak tahu, bahwa ini adalah pertama kalinya Taeyong melayani seseorang. Biasanya, laki-laki itu selalu berada di atas, dilayani. Jika Doyoung hadir di sini, maka sudah pasti laki-laki itu menertawakan dan mencela Taeyong habis-habisan.

Si kejam dan tak punya hati itu kini takluk karena seorang perempuan.

"Em, di sini apa yang enak, ya, Yong?" tanya Yaya meminta saran.

Taeyong mengedarkan pandangannya seraya berpikir kritis. Ia tak tahu apa selera Yaya, tapi ia berusaha menebaknya. "Semur iga deh yang paling enak."

"Oh, ya?" Yaya ikut berpikir.

"Mau?" tanya Taeyong.

"Ya udah, boleh, deh." Yaya mengangguk.

Taeyong mengangkat tangannya, lalu seseorang segera mendekatinya, lengkap dengan buku kecil dan pulpen di tangannya. "Mau pesan apa, Den?"

Yaya membulatkan matanya melihat sistem kerja kantin dua yang asdfghjkxczb.

"Semur iga satu," kata Taeyong, pesanannya segera ditulis oleh sang pelayan. Taeyong mengerutkan keningnya saat sadar sesuatu. "Minumnya mau apa, Ya?"

11 IPA 4 • NCT 127 X WAYVTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang