83. Burn It Up

40 7 6
                                    

Tepat setelah Taeil menjentrikkan jarinya dengan wajah  penuh seringai, anak buah Taeil mulai bermunculan, memasang wajah penuh seringai seperti sekelompok harimau yang melihat daging segar.

Taeyong terperangah.

"Gue akui omongan lo bener soal cinta nggak bisa dipaksakan dan gue emang mau menyerah, tapi gue harus kasih hadiah buat lo karena lewatin batas," tutur Taeil penuh arti.

"Lebih cocok dibilang hukuman daripada hadiah." Taeyong mendesis kesal, tapi tak panik karena ia menyiapkannya hak yang sama. "Semuanya maju!!!"

Anak buah Taeyong, termasuk Doyoung dan Haechan muncul dari arah masuk gedung serbaguna. Jumlah mereka lebih banyak dari pasukan Taeil dan membuat kakak kelas itu sempat menelan ludah takut.

"Licik juga lo, Yong," desis Taeil gemas.

Lalu, dengan kode berupa acungan kepala tangan Taeyong, orang-orang di dalam sana mulai berlari dan melancarkan serangan ala kadarnya bak peperangan.

Yaya yang melihatnya jelas tak bisa merasa tenang.

Yaya ingin menghentikan, tapi sebuah tangan tahu-tahu menarik tasnya hingga tubuhnya kembali ke tempat persembunyian semula, tempat aman dan tak terlihat orang-orang di dalam gedung.

"Jangan."

Mata Yaya membulat saat melihat Jaehyun. "Jae!"

Jaehyun menatap Yaya serius, khawatir dan penuh peringatan. "Kalau lo masuk sekarang, yang ada lo dalam bahaya."

"Mereka berantem, Je!" seru Yaya tak terima.

"Itu urusan cowok." Jaehyun mencoba memberi pengertian. "Coba bayangin kalau lo rusuh sama Xaxa dan Taeyong coba misahin kalian berdua. Udah pasti Taeyong juga ikut jadi korban, kalau misalnya lo sama Xaxa saling tarik rambut. Ya, kan?"

"Tapi, Je--"

"Ikut gue. Kita ngobrol di tempat yang aman."

Yaya menarik napas, mencoba menenangkan diri karena ia berpikir Jaehyun ada benarnya juga. "Oke."

Seseorang melihat Yaya dan Jaehyun dengan mata memicing. Ia mengambil ponsel di saku celananya dan melancarkan aksi heroiknya; memotret dan membuat sebuah spekulasi berdasarkan satu sudut pandang.

***

Burn It Up adalah sebuah organisasi yang terbentuk karena Taeyong. Taeyong jelas menjadi ketuanya. Anggota organisasi itu diambil dari orang-orangnya yang berani menganggu dan meremehkan Taeyong.

Atas dasar imbalan, Taeyong merekrut orang-orang itu untuk menemani setiap kali ia butuh. Taeyong memang dingin, tapi ia sangat membutuhkan pertunjukan yang lucu untuk membuatnya tertawa.

Setiap Minggu, para anggota harus meluangkan waktu untuk membuat pertunjukan yang bisa membuat Taeyong menitikkan air mata karena tertawa. Jika tidak berhasil, Taeyong akan menghajarnya, merisaknya sampai muak. Jika berhasil, Taeyong akan membantu masalahnya agar selesai dengan segala cara.

Hati dibalas hati. Mata dibalas mata. Tawa dibalas tawa. Nyawa dibalas nyawa. Begitu prinsip hidup Taeyong.

Di mata orang yang tidak mengenalnya, Taeyong tampak seperti antagonis yang suka menyiksa orang yang lebih lemah darinya. Pernyataan itu tak benar, juga tak salah.

Taeyong memang kerap menjadikan siswa lain yang seharusnya menjadi temannya, menjadi budak yang menurut untuk disuruh apapun, tapi sebenarnya ada imbalan yang Taeyong berikan sebelumnya. Itulah kenapa diantara semua anggota Burn It Up, tak ada yang benar-benar takut pada Taeyong.

Cerita itu Jaehyun dapat dari Doyoung yang waktu itu agak stress karena salah satu anggota Burn It Up bermuka dua pada Taeyong untuk mendapatkan hartanya. Meski Doyoung paham harta Taeyong ada untuk dibuang cuma-cuma karena terlalu banyak, tapi ia tak suka ada yang melukai hati Taeyong, menyalakan gunakan kepolosan Taeyong.

"Kata Doyoung, Taeyong itu keliatan dewasa, tapi sebenernya dia itu polos banget, bego banget malah kadang-kadang." Jaehyun melanjutkan seolah cerita tentang Taeyong tak ada ujungnya. "Gue harap lo baik-baik sama Taeyong, jangan bikin dia sedih atau kecewa."

"Cerita aneh apa ini?" tanya Yaya tak percaya. "Jelas-jelas Taeyong itu tukang mancing keributan!"

"Yaya, lo masih nggak ngerti juga, ya?" Jaehyun merasa gemas. "Taeyong gitu karena dia mau bantu Haechan! Tadi itu, dia berantem gitu, dia bantuin Haechan, Ya. Sebelum-sebelumnya juga gitu. Tiap dia rusuh, pasti niatnya bantuin seseorang."

"Haechan?" Yaya memiringkan kepalanya. "Kenapa juga dia minta tolong ke Taeyong? Mereka bahkan nggak akrab. Mark aja udah kayak musuh Taeyong sejak insiden bersin sama salah kostum kemarin-kemarin."

"Ini soal cinta pokoknya, Yaya." Jaehyun terlihat agak kesal saat harus membuat Yaya paham lagi. "Lo mungkin bakal kaget. Haechan gitu karena Xaxa diganggu Kak Taeil."

"Kok bisa?"

"Kak Taeil suka Xaxa pas pertama kali ketemu di gerbang," jelas Jaehyun. "Lo mungkin belum tau, Xaxa terlambat di hari pertama masuk sekolah. Dia ketemu Taeil yang bantuin masuk sekolah tanpa hukuman lewat jalur belakang kayak Nathan sama Salma."

"Waw." Yaya tiba-tiba bersemangat. Selain ia suka novel itu, Yaya juga hobi menulis novel hanya untuk mencurahkan rasa senangnya. "Terus?"

"Taeil suka Xaxa, Xaxa-nya nggak." Jaehyun kembali membalas dengan sabar. "Xaxa suka Haechan, terus Haechan ngajak pacaran. Terus Kak Taeil ganggu mulu, jadi Haechan gedeg. Dan ... akhirnya mereka tubir buat selesaikan masalahnya. Gitu sih yang gue denger dari Taeyong."

Yaya menggeleng-gelengkan kepalanya, takjub. "Gue kaget asli, Je."

"Cinta tuh emang rumit, ribet, makanya gue nggak mau masuk ke dunia cinta-cintaan."

Yaya menganguk-angguk, lalu mengambil ponselnya untuk memanggilnya seseorang.

"Lo ngapain?" tanya Jaehyun horor saat melihat Yaya menempelkan ponsel ke telinganya.  "Telepon siapa?"

"Pak Chanyeol!" seru Yaya. "Mana bisa gue diem aja--"

"DIAM KAMU!"

"HEH, JANGAN KABUR MENTANG-MENTANG YANG TANGKAP INI ADIK KELAS KAMU, YA!"

"WOI!"

Teriakan-teriakan yang dilontarkan Pak Djoko--guru BK sekolah--dari arah belakang Yaya membuat perhatiannya teralih. Keningnya mengerut saat melihat rombongan Taeil dan Taeyong ditangkap oleh petugas OSIS termasuk Yuta di sana.

"Eh?" Yaya kebingungan. "Kok?"

"Halo, Ya? Ada apa, Ya?" Pak Chanyeol menyahut dari seberang telepon.

"Oh, nggak ada apa-apa, Pak. Maaf. Barusan salah salah sentuh nomor. Maaf, Pak." Yaya langsung mematikan ponselnya dan berlari bersama Jaehyun untuk bergabung bersama rombongan.

"Yuta!" seru Yaya dengan jantung berdegup kencang.

Yaya khawatir.

Yaya khawatir Taeyong kenapa-kenapa.

Entah hanya penglihatan Yaya yang salah atau memang kenyataannya, ada sebuah tandu bersama rombongan itu dan Taeyong tak terlihat ada di rombongannya.

***

Ternyata Taeyong tidak kenapa-kenapa, yorobun>•<

28102020

11 IPA 4 • NCT 127 X WAYVTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang