74. Terjatuh
***
"Hai, cantik," sapa Taeil, langsung merangkul bahu Xaxa saat perempuan itu tengah berjalan pulang sendiri. Taeil tak tahu ke mana pawang yang biasanya ada di sisi pujaan hatinya, tapi sekarang ia sangat senang karena peluangnya bersama Xaxa lebih lama lebih besar. "Sendirian aja?"
Xaxa segera menghindar, tapi Taeil mengeratkan rangkulannya hingga Xaxa pasrah dengan keringat dingin mulai membanjiri pelipisnya. Mana bisa ia menjawab, tenggorokannya tiba kering dan lidahnya kelu.
Xaxa hanya ingin cepat-cepat sampai di halte bus, tapi langkah kakinya tiba-tiba melemah dan melambat karena ketakutan.
Untung Taeil hanya sendiri saat ini, tidak dengan komplotannya.
"Tadi belajar apa nih? Susah nggak?" Taeil mengajak Xaxa mengobrol dengan nada ramah, tapi tetap saja membuat Xaxa takut dan was-was. Mereka bahkan tidak berkenalan secara resmi.
Maksudnya, bukan berarti Xaxa mau kenal dengan Taeil dan menjadi dekat sebagaimana ia berkenalan dengan Haechan dan menjadi dekat. Hanya saja, Xaxa sangat berhati-hati terhadap seseorang yang tidak ia kenal dengan baik.
Ia tahu beberapa fakta tentang Taeil dari Yaya. Tentang kekejaman Taeil, sifat pemaksa dan sok berkuasanya.
"Tadi gue belajar ekonomi, gila bikin kepala sakit aja." Taeil melanjutkan, tak peduli Xaxa menjawab atau tidak. Laki-laki itu hanya butuh tempat untuk menampung keluh kesah harinya. "Nggak tau dah bakal kepake apa nggak ini ilmu di masa depan. Cita-cita gue itu jadi koki, malah nangkring di IPS sekarang. Lo sendiri gimana?"
Xaxa menundukkan kepalanya dalam-dalam. Sungguh, ia tak tahu mengapa waktu berjalan begitu lambat dan kakinya terasa berat untuk dilangkahkan.
"Lo kenapa, sih?" tanya Taeil, akhirnya merasa kesal karena tak kunjung mendapatkan tanggapan dari Xaxa. "Apa suara gue terlalu kecil buat lo denger?"
Xaxa langsung menggeleng cepat. Dari urat-urat yang muncul di lehernya, jelas Xaxa merasa sesak dan tercekik saat melihat mata tajam Taeil yang penuh tuntutan dan sesuatu yang membuat Xaxa merasa bahaya.
Secepat ia melihatnya, secepat itu pula Xaxa mengalihkan pandangannya. Ia segera berjalan cepat hingga rangkulan Taeil lepas, tapi Taeil menahan lengannya.
Hal itu membuat Xaxa batal berjalan lagi dan berbalik menghadap Taeil.
Taeil menarik napas panjang. "Gue suka sama lo, Xa. Serius. Gue nggak berniat jahat sama lo."
Xaxa menunduk lagi. Ia mengepalkan tangannya yang dipegang Tael, berkali-kali menariknya karena ingin segera lepas.
"Lo ... takut sama gue?" tanya Taeil dengan nada yang amat terluka dan sakit hati.
"Kalau itu alasannya ... ck, lo harus ikut gue, gue mau tunjukkin sesuatu!" Taeil menarik paksa Xaxa.
Xaxa yang merasa ada sesuatu yang tak beres, berusaha keras melepaskan diri dari Taeil. Ia merintih, memohon dan sedekah berteriak saat Taeil semakin menjadi-jadi. Taeil bahkan tak memerhatikan bagaimana Xaxa tersandung dan akhirnya terjatuh.
Lututnya terjatuh lebih dulu, tergores batu runcing dan langsung mengeluarkan darah segar. Tangannya yang dipegang Taeil refleks terlepas karena Xaxa menariknya sekuat tenaga.
Lututnya perih, ia butuh pertolongan, tapi orang-orang di sekitar hanya menatapnya, hanya melihatnya.
Taeil tampak sangat bersalah, tapi tidak begitu mempermasalahkan bagaimana mata Xaxa mulai berkaca-kaca. Taeil mengambil tangan Xaxa lagi secara paksa.
"Ayo bangun. Biar gue obatin nanti. Sekarang lo ikut gue—"
Bugh!
****
Semoga hari kalian menyenangkan^^
12102020
KAMU SEDANG MEMBACA
11 IPA 4 • NCT 127 X WAYV
Fanfiction--- Ini kisah kelas XI IPA 4 yang merupakan kelas biasa-biasa saja. Sampai mereka semakin dekat, semakin berselisih, saling bersaing, merebutkan perempuan yang sama dan sakit hati. Ini hanya kisah remaja biasa. Tentang jatuh cinta dan patah hati...