60. Bidadari
---
Yang pengen Dejun muncul, harap bersinar yaa
Soalnya Dejun kan bukan anak kelas, jadi kemunculannya di sini bakal sangaaaaat jarang
Oke, langsung cus aja baca
Jangan lupa vote dan komen dulu :***
----
"Buat lo." Xaxa berkata seraya menyodorkan sebuah kotak makan pada Haechan yang waktu itu selesai menggantikan bajunya menjadi kaos futsal. Xaxa muncul di depan ruangan futsal secara tiba-tiba.
Haechan membulatkan matanya. "Buat gue?"
Xaxa mengangguk cepat. Ia merasa kakinya seperti jelly, saking gugupnya sekarang. "Jadi, diambil nggak nih?"
"Oh, iya iya, diambil, kok," tukas Haechan, terdorong oleh suara Xaxa yang agak memaksa. Ia mengambil kotak makan di tangan Xaxa dan membukanya. Ada roti lapis yang wangi dan menggugah selera. "Wah, makasih, ya! Tau banget gue lagi ngidam sandwich."
Xaxa tersenyum senang. "Iya, sama-sama."
"Btw, kenapa masih di sini? Bukannya lo nggak ada kegiatan lagi?" tanya Haechan heran.
Xaxa menipiskan bibirnya. Matanya teralih ke bawah dulu sebelum menjawab. "Kalau gue bilang mau liatin lo futsal sampai selesai kira-kira boleh nggak?"
"Kenapa nggak boleh?" tanya Haechan dengan suara lembut. Ia segera menarik tangan Xaxa untuk duduk di gazebo terdekat.
Xaxa bingung dan senang, tapi ia menurut saja saat Haechan menuntunnya untuk duduk di sampingnya. Lalu Haechan membuka kotak makan pemberian dari Xaxa, membaginya menjadi dua. Satu untuknya, satu lagi untuk Xaxa.
"Lah, kok dikasih ke gue lagi?" tanya Xaxa heran, tak langsung menerima uluran tangan Haechan. "Sama aja kayak gue jilat ludah sendiri, dong?"
"Jadi, menurut lo sandwich ini ludah?"
"Ya ... nggak gitu juga, Chan!"
"Makanya, ambil aja." Haechan mengambil tangan Xaxa sendiri untuk meletakkan sepotong roti lapis darinya di sana. "Kita makan bareng-bareng. Gue udah lapar soalnya, nggak enak kalau makan sendiri."
Xaxa tersenyum tipis. "Padahal gue nggak begitu lapar."
Haechan langsung melapangkan roti lapisnya. Matanya membulat dan berbinar-binar saat mengunyah. "Wah, ini enak banget! Lo jago masak juga, Xa!"
"Nggak terlalu jago, sih, biasa aja, kok. Gue juga masih liat panduan di google kalau masak," balas Xaxa malu-malu.
Tahu-tahu roti lapis di tangan Haechan sudah habis. Haechan tersenyum senang. "Kayaknya kalau dijadiin bisnis, bakal laku nih, Xa. Nggak berminat?"
Xaxa menggeleng. "Nggak tau. Belum kepikiran," jawabnya. Ia masih belum memakam roti lapisnya. "Lo mau lagi, Chan?"
Haechan langsung menggeleng, lalu tertawa hambar. "Mana ada kalau udah ngasih diambil lagi. Itu kan punya lo, kenapa malah nawarin lagi ke gue?"
"Serius, kalau lo masih lapar, bisa gue kasih," balas Xaxa cepat. "Gue nggak terlalu lapar soalnya."
"Nggak apa-apa, nggak usah. Buat lo aja," kata Haechan.
Xaxa membuang napas kecil.
Lalu, Haechan cegukan.
Xaxa melihat Haechan dengan mata menyipit curiga. Sebagaimana Haechan menaruh roti lapis di tangan Xaxa tadi, kini Xaxa yang begitu pada Haechan. Sehingga Haechan menatapnya dengan ragu pada detik berikutnya.
"Serius gue boleh makan ini?" tanya Haechan memastikan.
"Iya, Chan. Makan aja, gue seneng banget kalau lo makan semuanya," balas Xaxa.
"Oke. Kalau gitu gue makan, ya." Haechan kembali menggigit salah satu sudut roti lapisnya dan mengunyahnya. Begitu terus sampai tangannya kembali kosong. Xaxa hanya menatapnya dengan senyuman senang, kenyang mengagumi Haechan dari samping.
"Lo tuh," kata Haechan seraya menutup kotak makan Xaxa, membuat Xaxa mengerutkan keningnya, "udah pinter, jago masak, lemah lembut, ... cantik lagi."
Xaxa mengerjapkan matanya, merasa telinganya sedang berhalusinasi. Angin sore menyapa lembut, menerbangkan rambutnya, juga rambut Haechan hingga kening Haechan terekspos dan membuatnya semakin tampan.
Haechan tersenyum manis. "Kayak bidadari aja lo, Xa."
***
Maafkan bila ada typo 🙏🙏🙏
See youu
Tue 22 Sep 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
11 IPA 4 • NCT 127 X WAYV
Fanfiction--- Ini kisah kelas XI IPA 4 yang merupakan kelas biasa-biasa saja. Sampai mereka semakin dekat, semakin berselisih, saling bersaing, merebutkan perempuan yang sama dan sakit hati. Ini hanya kisah remaja biasa. Tentang jatuh cinta dan patah hati...