12. Jhonny Suh
Saat langkah Jhonny maju, mendekati gerbang sekolah dan masuk ke dalamnya, ia dilihat dengan penuh ketakutan dan dijauhi. Orang-orang menjaga jarak darinya seperti Jhonny adalah kuman yang menyebabkan sebuah penyakit.
Jhonny sendiri tak peduli, ia melangkah ke arah lobi, melihatnya di kelas mana namanya tertera dan berjalan ke tempat ruang kelasnya.
Jhonny sudah terbiasa sendiri dan dijauhi. Jhonny sudah terbiasa sendiri dan ditakuti. Jhonny sudah terbiasa sendiri dan ... dibenci.
Keluarganya juga seperti itu. Keluarganya membuangnya sejak Jhonny berumur empat tahun, membuat Jhonny tak tahu harus ke mana sampai ia bertemu seseorang yang baik hati. Orang itu sering Jhonny sebut dengan sebutan Pak Jono.
Pak Jono adalah pelatih boxing. Ia punya sebuah gym dan sekolah karate. Sementara itu, Pak Jono punya adik bernama Bu Jana yang punya sekolah silat dan taekwondo. Jhonny juga dikenalkan kepala teman Pak Jono yang mengelola tempat judo.
Karena lingkungannya, Jhonny banyak menguasai teknik bela diri dan tak jarang memperlihatkannya ke umum saat diperlukan. Jhonny terkenal dengan sifat tak tahan keadilan meski wajahnya kerap kali tampak tak peduli.
Jika Jhonny melihat sebuah ketidakberesan di depannya, maka tangannya tak bisa ditahan untuk bergerak untuk menyelesaikannya. Dibanding mulut untuk bicara, Jhonny lebih suka tangan dan kaki yang bicara.
Dengan begitu, masalah bisa dengan cepat diselesaikan.
Saat masuk kelas, Jhonny sudah disapa oleh tawa keras di belakangnya. Telinganya jadi terganggu. Jika saja pemilik tawa itu bukan seorang perempuan, Jhonny sudah mencekik lehernya agar tak tertawa lagi.
Sayangnya, dia perempuan. Jadi, Jhonny hanya memperingatinya lewat mata tajam dan kata-kata singkat. Alhasil, perempuan itu terdiam ketakutan.
Jhonny menyunggingkan senyuman penuh kemenangan. Ia suka tentram dan tenang.
Tak lama kemudian, seorang guru masuk ke dalam kelasnya. Membuat satu kelas duduk dengan rapi. Ada dua kursi yang kosong dan Jhonny tertawa karenanya. Biasa-biasa telat di hari pertama masuk.
Memang liburan dua Minggu itu tidak cukup? Jhonny saja hampir mati bosan.
"Baik, anak-anak, sebelum kita mengatur struktur kelas, Bapak akan memperkenalkan diri terlebih dahulu," kata guru itu dengan tegas. Dari yang Jhonny perhatian, mungkin usianya masih tiga puluhan. "Nama Bapak Park Chanyeol, wali kelas XI IPA 4. Salam kenal."
Anak-anak kelas mengangguk saja. Namun, Jhonny merasakan dua perempuan yang duduk dibelakangnya ini saling berbisik senang karena wajah guru yang menjadi wali kelasnya itu tampan.
"Oke. Sebelumnya, biar Bapak kenalin anggota baru kalian." Pak Chanyeol mempersilahkan dua orang untuk masuk. Sepasang. Perempuan dan laki-laki. Tangannya lebih dulu menunjuk yang perempuan. "Silahkan, perkenalkan diri."
"Nama saya Caca, dari China." Xaxa mengangguk kecil. "Salam kenal."
"Salam kenal, Sasa!" seru Lucas lantang.
"Xaxa, Goblok!" seru Hendery gemas.
"China bagian mana, nih?" tanya Doyoung penasaran.
"Chinaku padamu," balas Kun genit.
"Cinta, Mas," koreksi Yangyang yang duduk di sebelahnya.
Xaxa hanya menunduk dan tak mau menjawab, malu.
"Kayak hamster, awokawok," tukas Taeyong tanpa filter.
Doyoung langsung mengangguk, setuju. "Bener, Njir. Wkwkwk."
Wajah Xaxa makin menunduk dan memerah.
"Oke, oke, tenang semuanya," lerai Pak Chanyeol agak kesal, kemudian menunjuk yang laki-laki.. "Oke. Sekarang, giliran kamu memperkenalkan diri."
"Baik, Pak. Nama saya Winwin, saya dari China juga," kata Winwin memperkenalkan diri. "Salam kenal."
Tak ada yang tertarik pada Winwin, tak ada tepuk tangan atau senyuman atau sahutan-sahutan meriah seperti saat Xaxa memperkenalkan diri.
Winwin menipiskan bibirnya menghadapi kenyataan itu.
"Baiklah, silahkan duduk di bangku kosong, Xaxa, Winwin," kata Pak Chanyeol kemudian. "Oke, sekarang kita pilih ketua kelas. Siapa yang mau menyarankan diri sendiri, angkat kaki!"
Satu kelas melongo mendengarnya.
"Angkat tangan, maksudnya!" seru Pak Chanyeol melarat—meralat maksudnya.
***
Fri 10 Jul 2020
Next: ???
KAMU SEDANG MEMBACA
11 IPA 4 • NCT 127 X WAYV
Fanfiction--- Ini kisah kelas XI IPA 4 yang merupakan kelas biasa-biasa saja. Sampai mereka semakin dekat, semakin berselisih, saling bersaing, merebutkan perempuan yang sama dan sakit hati. Ini hanya kisah remaja biasa. Tentang jatuh cinta dan patah hati...