32. Berani
---
Apa kabar semuanya?Semoga sehat selalu dan selamat membaca^^
---
Hari Kamis ini Jaehyun piket. Dia juga tengah puasa sunah. Cita-citanya untuk naik haji jelas harus terlaksana dengan baik. Jaehyun selama sekolah sebulan ini tidak macam-macam, tidak mencari masalah-masalah, bahkan diam di kelas dengan fokus membaca materi yang telah dan akan dipelajari.
Mungkin orang-orang menganggap Jaehyun sangat ambisius, tapi sebenarnya Jaehyun hanya tidak tahu apa tujuannya lagi selain mencapai surganya Allah SWT.
Jaehyun sedang menyapu lantai kelas seraya menghafal Asmaul Husna. Bukan menghafal sebenarnya, Jaehyun melafalkannya karena dia sudah hafal semua Asmaul Husna beserta artinya sejak kelas lima Sekolah Dasar.
"Mulut lagi komat-kamit apaan, tuh?" tanya Kun yang tahu-tahu ada di sebelah Jaehyun, melakukan hal yang sama, menyapu.
"Lagi ber-Asmaul Husna."
"Oalah." Kun tersenyum senang. "Gue belum hafal arti-artinya, nih. Lo udah hafal?"
"Alhamdulillah, gue udah hafal, Kun." Jaehyun menjawab tanpa nada atau wajah songong.
"Wah, hebat!" Kun bertepuk tangan sampai lupa bahwa tangannya tengah memegang sapu. Sapunya jadi jatuh dan Kun mengambilnya lagi dengan tawa hambar. Jaehyun terkaget-kaget karena suara jatuhnya sapu itu. "Sorry."
Jaehyun turut tertawa hambar. Dia hafal siapa Kun, tapi tak menyangka kalau orangnya ternyata seceroboh itu. "Nggak apa-apa."
"Kalau gitu, tolong test gue, dong," kata Kun meminta kemudian.
Kedua alis Jaehyun terangkat. "Maksudnya?"
"Test gue arti Asmaul Husna." Kun menjawab seraya berdeham. "Lo sebutin arabnya, gue jawab artinya. Kalau salah nanti koreksi. Akhir tahun pelajaran kan kita harus hafal Asmaul Husna sama artinya."
Jaehyun menganguk. "Oke. Tapi kita sambil lanjut nyapu-nyapu, ya."
"Oke." Kun langsung melanjutkan gerakan sapu-sapunya. Otaknya fokus untuk mengingat-ingat arti dari Asmaul Husna yang dia tahu sebelumnya.
Jaehyun berpikir sebentar. "Al-Adl."
"Maha Adil." Kun menjawab dengan enteng dan benar, lalu berdecak kecil dan menatap Jaehyun dengan kecewa. "Jangan yang gampang-gampang, dong. Semua orang aja tau itu."
"Kali aja nggak tau," balas Jaehyun. "Kalau gitu, Al-Wakil."
"Maha memelihara."
"Al-Fataah."
"Maha pembuka."
"Al-Haliim."
"Maha penyantun." Kun mulai tertantang karena pertanyaannya mulai bertambah sulit.
"Al-Muqaddim."
"Maha mendahulukan."
"Oke. Bagus. Al-Baathin?"
"Maha ... ghaib?"
"Betul!"
Sampai lantai kelas bersih, keduanya terus seperti itu.
***
Selepas pulang sekolah, Winwin tidak langsung bertolak ke rumahnya. Karena Kun, Lala dan Tata yang menemaninya saat tidak tahu arah, sekarang Winwin sudah hafal semua letak gedung sekolah. Tidak sulit, karena Lala dan Tata sering mengajaknya berkeliling.
Posisi Lala sebagai agen marketing yang punya koneksi luas tentu saja membuat perempuan itu sering mengunjungi kelas-kelas untuk promosi, saat itu terjadi, Winwin selalu ikut karena ingin menghafal sekolah. Sementara Tata yang merupakan anggota dari ekskul tari jaipong, kerap kali pergi ke ruangan yang untuk tiba di sana, harus melalui lapangan upacara, koridor kelas sepuluh, lab TIK, area kelas dua belas, kolam renang dan ruang teknisi sebab ruangan ekskul tari jaipong sendiri ada di bagian paling ujung gedung.
Winwin kini tengah berjalan menuju ruang ekskul tari jaipong. Dia mencari tahu tentang tari tersebut dan tertarik untuk mempelajarinya.
Karena di dalamnya ada Tata juga, Winwin semakin berani.
Namun, ia kaget karena saat membuka pintu ruangannya, semua anggotanya berkelamin perempuan.
Kemunculannya yang tiba-tiba membuat anggota ekskul tari jaipong itu terkaget-kaget. Saat mengenali siapa di sana, Tata segera bangkit dari duduknya dan menghampiri Winwin.
Mereka berdua berjalan sedikit lebih jauh dari ruangan ekskul tari jaipong dan berhadapan. Tata menatap Winwin dengan heran. "Ngapain ke sini?"
"Itu, anu, itu beneran ekskul tari jaipong, kan?"
"Iya. Emangnya kenapa?"
"Gue hobi nari, Ta," jawab Wnwin mulai menjelaskan. "Gue seneng nari, badan gue lentur dan gue tertarik sama tari jaipong."
Tata mendengarkan dengan baik, tapi tak kunjung mendapatkan jawaban yang dia ingin. "Iya ... terus?"
"Karena kelenturan gue, gue sering diejek-ejek. Katanya kayak cewek lah, kayak karet gelang lah, kayak ini lah kayak itu lah. Gue nggak tahan di sana, karenanya gue pindah sekolah," lanjut Winwin dengan nada lemah.
Mendengar itu, Tata merasa sedih. Malah sekali nasib Winwin. Namun, lagi-lagi ia belum mendapatkan jawaban yang diinginkannya. "Iya ... terus?"
"Gue sekarang sadar, kalau menghindar itu jelek banget. Gue sekarang sadar, bahwa gue nggak boleh menghindar lagi. Sekarang gue sadar, gue harus hadapi tanggapan orang dengan wajah percaya diri." Winwin mengepalkan tangannya kuat-kuat, penuh tekad. "Mulai sekarang, gue harus berani buat ngelakuin apa yang gue suka tanpa takut pandangan orang lain, karena itu satu-satunya cara buat hidup tetap terus berlanjut."
Tata tak bisa berkata-kata. Ia seperti mendengar anak Mario Teguh saat ini. Namun, untuk kali ketiga, ia kecewa karena tak mendapatkan jawaban atas pertanyaannya yang pertama. "Jadi, lo ngapain ke sini?"
"Gue mau liat dan mau tanya, sekarang ekskul lo lagi open member, nggak?"
Mulut Tata terbuka lebar, untung air liurnya tidak keluar.
***
Kita liat seberapa greget kalian sama cerita ini
Dari 1-10 coba komen:)
Sat 29 Aug 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
11 IPA 4 • NCT 127 X WAYV
Fanfiction--- Ini kisah kelas XI IPA 4 yang merupakan kelas biasa-biasa saja. Sampai mereka semakin dekat, semakin berselisih, saling bersaing, merebutkan perempuan yang sama dan sakit hati. Ini hanya kisah remaja biasa. Tentang jatuh cinta dan patah hati...