80. Kunci Hidup Maju

58 7 4
                                    

Saat dirinya dan Winwin mengikat tali sepatunya, Tata tiba-tiba teringat sesuatu. Hal yang dikatakan Bu Heni--guru tari di ekskul Jaipong--tempo hari saat Winwin tidak masuk karena lupa jadwal dan Tata juga lupa mengingatkan akibat sibik berjualan dengan Lala.

"Bentar lagi ada kontes tari, Win," kata Tata memberitahu.

"Oh, ya?"

"Hadiahnya tujuh juta untuk juara satu. Lima juta untuk juara dua. Tiga juta untuk juara tiga."

Mulut Winwin langsung membulat dengan takjub. "Wow."

"Gimana? Tertarik untuk ikut?" tanya Tata seraya melihat Winwin dengan penuh arti. Tak sadar jauh di sana ada sepasang mata yang menatapnya dengan tatapan sedih bercampur kecewa.

Dia Hendery. Tak sengaja melihat Tata di perjalanan pulangnya setelah mengantar Lucas pergi ke toilet karena toilet yang lainnya sedang dipakai orang lain.

Kembali pada Winwin, laki-laki itu kini tengah menimang sebentar. Agak ragu saat ia balas menatap Tata. "Cowok boleh ikut emangnya?"

Kening Tata langsung mengerut tak paham. Agak tak senang juga karena Winwin terkesan tak percaya diri dengan bertanya seperti barusan. "Kenapa nggak boleh?"

"Kata Fransiskus, cowok nggak boleh ikutan nari." Fransiskus yang dikatakan Winwin adalah nama cewek yang kerap menjadi center untuk setiap latihan dan penampilan tari kelompok. Perempuan itu berasal dari kelas IPS 3, tempat ciwi-ciwi perfect dan sosialita.

Winwin menunduk dengan lesu saat melanjutkan."Katanya kayak banci."

"Ya ampun, Win, udah gue bilangin jangan dengerin kata orang." Tata mengomel tak senang. "Jangan jadiin perkataan orang sebagai kenyataan. Itu yang salah. Idup lo nggak bakal maju-maju kalau kayak begitu konsepnya. Lo nggak kayak banci, Winwin. Tarian lo bagus banget, pasti bikin orang melongo kalau liat."

"Kayak gue sekarang, Win," lanjut Tata menggebu-gebu. Ia merasa Dejavu sebenarnya. Karena setiap kali ia sedang tak percaya diri, Lala mengonelinya habis-habisan seperti ia mengomeli Winwin sekarang. "Apapun yang orang lain omongin, gue cuma bakal maju ke depan. Apapun yang orang lain nggak suka tentang gue, bakal jadi kesukaan nomor satu gue."

"Wow." Winwin takjub dengan prinsip Tata. Ia bahkan bertepuk tangan. "Hebat."

"Hebat apanya." Tata mencibir, merasa agak malu. "Gue nyontek dari Lala."

Winwin tertawa kecil.

"Sekarang, lo harus percaya diri! Maju terus!" seru Tata menyemangati.

"Jangan dengerin orang lain!" balas Winwin tak kalah on fire. Ia bahkan berdiri dan mengepakkan tangannya dengan penuh semangat. "Oke! Gue bakal ikut kontes itu!"

"Bagus! Kita harus latihan giat-giat." Tata ikut berdiri dan memancarkan api semangat lewat matanya. "Pasti seleksinya ketat banget."

"Waduh, ada seleksinya?" Api yang ada di kepalan Winwin tahu-tahu lenyap saat bertanya.

"Ya, emang lo pikir yang mau ikut kontes itu cuma kita berdua?" Tata membalas agak jengah. "Kontes itu cuma boleh kirim tujuh orang tiap sekolah, sementara anggota ekskul tari ini punya enam puluh orang, Winwin!"

"Waw." Winwin merasa agak kurang bersemangat, ia merasa tidak percaya diri. "Gawat tuh."

***

Kata-kata mereka itu tidak berarti apa-apa, aku akan melakukan apa yang aku mau —Yangyang, Misfit

25102020

11 IPA 4 • NCT 127 X WAYVTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang