11. Qian Kun

200 28 2
                                    

11. Qian Kun

"Ini uang buat jajan, ini buat bayar SPP, ini buat sedekah ke masjid, ini buat bantu rakyat jelata, ini buat beli keperluan kelas, ini buat ongkos." Kun memisahkan uang-uangnya sesuai manfaatnya di dalam enam dompet terpisah. Kun memasukkannya ke dalam tas setelah dirasa semuanya sudah rapi.

"Pak, itu sekolahnya yang ada di depan, ya," kata Kun pada supir pribadinya.

"Siap, Tuan."

Setelah sampai di parkiran, Kun keluar dari mobil mewahnya dan langsung disambut oleh jeritan senang para gadis. Kun mengedipkan satu matanya dengan genit, kemudian berjalan dengan senyuman selalu hadir di wajah bak pangerannya.

Kun sudah terkenal di kalangan masyarakat sekolah karena ayahnya adalah donatur terbesar SMA NCT 127 WAY V sehingga harga SPP tidak melonjak tinggi mengikuti fasilitas yang semakin canggih dan ekstra kulikuler yang semakin banyak.

Selain terkenal atas kekayaannya, Kun juga dikenal karena kedermawanannya. Beda dengan Taeyong atau Doyoung yang kerap membuang uangnya untuk senang-senang, Kun lebih suka menyumbangkan uangnya untuk kegiatan yang bermanfaat.

Karena itu, banyak perempuan yang jatuh hati padanya. Namun, Kun tidak terlalu menggubrisnya karena ia lebih suka bergaul dengan siapapun tanpa kekangan atau kekhawatiran seorang pacar. Kun ingin bebas saja.

Sesampainya di lobi, ada kerumunan yang melihat pengumuman pembagian kelas. Namun, saat kehadiran Kun terasa—kalau adem, pasti ada Kun—kerumunan itu membukakan jalan lebar-lebar untuk Kun.

"Syukron," kata Kun dengan senyuman lebar, mengucapkan terimakasih dalam bahasa Arab yang ia pelajari dari Ummi-nya yang merupakan guru pengajian terkenal. "Oh, IPA 4. Silahkan, kalian liat lagi. Saya pamit."

Kun berjalan ke gedung B, lantai dua, kelas ke empat dari depan, hampir di ujung. Kun mengetuk pintunya. Memasang senyuman lebar. "Assalamualaikum!"

"Waalaikumsalam, Pak—ye, gue kira guru! Ck, ah," decak Lucas yang kembali duduk setelah sebelumnya berdiri dengan sopan. Kun mengenalnya karena Lucas adalah siswa tertinggi satu angkatan. "Dasar lo Kun Anta!"

Kun tertawa kecil, kemudian berjalan lagu ke arah kursi kosong di sebelah seorang laki-laki yang tengah bicara pada dua orang yang duduk di meja belakangnya. Kun baru akan menyapa saat seorang perempuan yang berlari ke arahnya tergelincir dan hampir jatuh.

Kun segera menangkap badannya agar tak jatuh, tapi tubuh Kun sendiri tergelincir sehingga keduanya jatuh dalam sebuah posisi yang mengundang kontroversi.

Orang-orang yang melihatnya langsung berseru yang tidak-tidak. Perempuan yang terjatuh di atas badan Kun segera bangkit dengan wajah memerah. Perempuan itu segera pergi ke kursi paling belakang dan duduk untuk setelahnya menjatuhkan wajahnya yang malu ke atas meja.

Kun berdiri dengan ringisan kecil dan baru sadar bahwa dirinya menjadi sasaran perhatian satu kelas. Ada yang merekamnya, ada yang tertawa, ada yang mengatai-ngatai dan ada juga yang tidak bisa berkata-kata.

"Maaf, semuanya," kata Kun merasa bersalah. "Tadi, itu ada yang mau jatuh, jadi saya tolongin."

"Makasih ya, udah tolongin Lala," kata seorang perempuan yang tiba-tiba muncul dengan keringat membanjiri pelipisnya, juga balas terengah-engah. "Gue Tata, salah kenal, Kun. Akhirnya kita satu kelas juga! Gue udah perhatiin lo dari dulu!"

Kun mengerjapkan matanya dengan wajah kebingungan.

Tata tertawa kecil, kemudian segera menghampiri Lala yang tak mau menguak wajahnya karena terlalu malu. Tata sendiri sudah melihat kejadian itu dan ia merasa bersalah pada Lala.

"Sorry, gue yang salah, La." Tata merongoh saku roknya, mengeluarkan sepuluh ribuan dari sana dan menaruhnya di dekat Lala. "Gue kalah. Nih, uang taruhannya."

Lala langsung mengangkat wajahnya, kemudian tersenyum lebar saat mengambil uang dari Tata. "Makasih, Ta."

Tata berdecak kecil. "Kalau soal uang aja gercep."

"Oh, iya dong—lah, Ta, itu Qian Kun si tajir dermawan?" Mata Lala melotot saat bertabrakan dengan mata Kun.

"Iya. Dia yang tadi jatoh di bawah lo." Tata menatap Lala dengan pandangan menyipit penuh arti. "Gimana rasanya?"

Lala langsung memukul pundak sahabatnya dari bayu itu dengan wajah mulai memerah. "Yang ada gue merasa bersalah!"

"Emangnya gue ngomong apa?"

"Tau, ah!"

"Ih, lo mikir jorok, ya?"

"Bodo, Ta, bodo!"

Tata tertawa melengking karena berhasil menggoda Lala, tawanya itu membuat beberapa perhatian teralih padanya. Termasuk seseorang yang duduk di depannya yang punya tatapan tajam.

"Bisa diem, nggak?"

Saat orang itu menoleh dan menatap Tata, Tata bergeming seperti patung.

***

Next: Our Dady, Jhonny Suh

11 IPA 4 • NCT 127 X WAYVTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang