"Kalau gitu katanya kenapa baru lo kasih hari ini?" tanya Hendery kurang suka setelah Taeyong selesai memberikan informasi mengenai seleksi olimpiade matematika yang harusnya disampaikan kemarin. Seleksinya sendiri dilaksanakan bulan depan. Tiap kelas mengirim satu orang yang paling kompeten untuk seleksi itu, bersama perwakilan dari kelas lainnya.
Taeyong balas menatap Hendery dengan tak suka. "Apa gue keliatan kayak malaikat?"
Tak sebagai, Xaxa langsung mengangguk semangat. "Iya! Lo emang kayak malaikat," katanya kagum.
Yaya yang ada di sebelahnya mendengus kecil. Sama seperti yang lainnya, Yaya merasa heran dengan pertanyaan random Taeyong.
"Maksud lo?" tanya Hendery heran, menyuarakan yang lainnya.
"Gue manusia, Dry," jawab Taeyong. "Gue juga bisa salah. Gue juga bisa lupa. Gimana sih lo? Taunya ngatain aja."
"Dari mananya gue bisa dibilang ngatain lo?" tanya Hendery kembali dibuat heran. "Gue cuma ngasih masukan aja. Kalau ada amanat dari guru, langsung disampein, jadi enak buat gue juga. Gue bisa prepare lebih matang lagi buat seleksi."
"Dry, kalau Taeyong nggak pingsan kemarin, gue yakin dia nggak bakal lupa." Yaya angkat suara. Membela Taeyong dan membuat Taeyong senyum-senyum sendiri. "Udahlah, jangan ributin yang nggak perlu."
Hendery membuang napas kesal. "Masalahnya Taeyong bikin satu hari buat gue latihan hilang gitu aja."
"Lho? Emangnya lo pikir orang yang bakal diseleksi itu lo?" tanya Taeyong.
"Woyajelas! Dari SMP, gue selalu ikut ginian," balas Hendery percaya diri.
"Nggak tuh," tukas Taeyong dengan senyuman simpul. "Kata Pak Chanyeol, gue yang berkenaan milih siapa diantara kalian semua buat ikutan seleksi bulan depan."
"Lha? Kok gitu?!" Bukan hanya Hendery yang terkejut sebenarnya, hampir semuanya. Namun, Hendery selaku orang yang paling niat untuk ikut olimpiade matematika tahun ini menjadi yang paling histeris.
Taeyong mengangkat kedua bahunya yang seringan kapas. "Gue juga nggak tau. Tapi, gue rasa ini kesempatan bagus. Gue bisa pilih siapa yang paling niat."
Dengan senyuman penuh arti, Taeyong menatap semua anak di kelas dengan penuh kuasa. "Kalian harus buktiin kalau kalian mampu dan pantas buat gue pilih. Paham?"
Hendery tak bisa menahan diri untuk menjedotkan keningnya ke atas meja.
***
"Dari SMP, gue juga suka ikutan olimpiade," kata Xaxa saat dirinya, Yaya, Jungwoo, Mark, Haechan dan Yangyang duduk di meja kantin yang sama. Mereka sedang istirahat dan makan makanan masing-masing untuk menjaga konsentrasi belajar di jam-jam ke depan. "Gue bingung sekarang. Harus berkompetensi sama temen kelas sendiri. Rasanya aneh."
"Lah? Apanya yang aneh?" Yaya bertanya heran. "Tinggal kerahkan kemampuan maksimal kita aja."
"Entahlah, gue nggak bisa berlomba-lomba sama temen sekelas. Kasian."
"Aneh lo."
Xaxa membuang napas panjang. "Apalagi tadi keliatan banget Hendery mau ikutan. Gue nggak bisa bayangin kalau gue ngalahin Hendery nanti."
"Pede banget bakalan menang," kata Haechan, jelas bercanda saja.
"Pede itu jelas penting," balas Xaxa tak mau kalah. "Daripada pesimis."
"Kadang, hidup itu perlu pesimis, tau." Haechan juga masih tak mengalah. "Misalnya kayak kita harus serahin apa yang kita mau buat orang lain yang membutuhkan dengan merasa pesimis buat dapat hal itu."
Yaya menatap Xaxa dan Haechan bergantian. "Lo berdua aneh bener. Baru pertama kali gue ketemu orang kayak kalian berdua."
"Eh, liat itu anak baru udah kumpul sama berlian aja," kata Mark seraya menunjuk keberadaan Shapira bersama Irene, Seulgi, Joy dan Wendy yang dijuluki sebagai bidadari sekolah yang notabenenya adalah kelas dua belas.
Biasanya keempat bidadari itu tak mau tambah member, tapi Shapira dengan mudahnya mendapatkan meja yang sama dengan mereka.
"Hebat banget nggak sih dia? Udah langsung berani sama Taeyong, sekarang gaulnya sama serbuk berlian," lanjut Mark kagum. "Tapi dia keliatan nggak mau gaul sama kita-kita. Jadi, gue agak gimana gitu sama dia."
"Namanya siapa, sih? Sapi apa, gue lupa," kata Yangyang.
"Shapira kayaknya," balas Xaxa.
"Gue liat-liat sih dia kayak suka sama Jaehyun," ungkap Yangyang. "Dari matanya keliatan banget."
"Iya, sih," tukas Xaxa. "Tapi kayaknya Jaehyun nolak. Bisa diliat tadi, Jaehyun malah duduk di sebelah Doyoung."
Yaya membulatkan matanya, langsung beradu tatap dengan Mark. Mark bertatapan dengan Haechan pada detik berikutnya. Mereka bertiga seperti menyalurkan isi hati lewat tatapan, lalu mengangguk bersamaan setelah mencapai sebuah keputusan.
"Guys," kata Mark kemudian.
Semua orang menoleh padanya, kecuali Yaya dan Haechan yang tentu saja sudah tahu apa yang akan Mark sampaikan.
"Kenapa, Mark?" tanya Yangyang penasaran.
"Kayak ada yang aneh," tanggap Jungwoo.
"Kalian jangan ember, soalnya ini rahasia negara," kata Mark seraya mengeluarkan ponselnya guna menunjukkan bukti untuk memperkuat perkataan yang selanjutnya ia keluarkan. "Taeyong sama Jaehyun itu sebenernya ada sesuatu yang serius."
***
Maaf lama tidak up:)
Terimakasih telah membaca:)
Sat 10 Oct 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
11 IPA 4 • NCT 127 X WAYV
Fanfiction--- Ini kisah kelas XI IPA 4 yang merupakan kelas biasa-biasa saja. Sampai mereka semakin dekat, semakin berselisih, saling bersaing, merebutkan perempuan yang sama dan sakit hati. Ini hanya kisah remaja biasa. Tentang jatuh cinta dan patah hati...