Doyoung menahan tubuh Yaya yang hendak masuk ke dalam UKS khusus laki-laki setelah Yuta telah lebih dulu masuk.
"Inget batas, Ya," ingat Doyoung pada Yaya.
Wajah Yaya masih penuh air mata. "Biar gue liat Taeyong ditangani, Doy. Gue takut—"
"Taeyong nggak kenapa-kenapa," potong Doyoung tegas.
"Kalau dia nggak kenapa-kenapa, dia nggak bakal pingsan tiba-tiba gitu, Doy! Dan lo nggak tau aja, tadi gue hampir nggak bisa rasain detak jantung!" seru Yaya dengan air mata merembes seperti banjir. "Gue takut di kenapa-kenapa, Doy!"
"Ya, gue udah panggil dokter biar Taeyong nggak kenapa-kenapa." Doyoung menyentuh kedua bahu Yaya dan menatapnya lekat. "Lo balik lagi aja ke kelas, belajar. Jangan lupa doain yang terbaik buat Taeyong. Oke?"
Tangis Yaya mulai mereda. Ia telah merasa lebih tenang. "O... oke. Gue tutup Taeyong kalau gitu. Kabarin gue kalau ada apa-apa."
Doyoung mengulas senyum tipis, kemudian menutup pintu UKS tepat di depan hidung Yaya.
Dalam UKS, hanya ada Yuta serta Taeyong di punggungnya dan Doyoung di belakangnya. Bagus, karena situasinya bisa dikendalikan.
Yuta menaruh tubuh Taeyong ke atas bangsal UKS secara perlahan. Meski ia memiliki rasa iri dan tak senang dengan Taeyong sejak hari pertama bertemu, Yuta tak mungkin membiarkan Taeyong dalam kesulitan sendirian.
"Thanks ya, Tuy," kata Doyoung segera, menepuk pelan bahu Yuta dengan akrab. "Kalau gue nggak punya alergi sentuhan sama cowok secara berlebihan, udah gue gendong Taeyong bahkan kalau harus sampai ke Papua Newgini."
"Gue nggak perlu keterangan lo." Yuta menukas tajam. "Nama gue sama sekali nggak ada unsur 'Tuy'-nya."
Doyoung tertawa renyah. Sementara menunggu dokter khusus untuk menangani Taeyong, Yuta harus bisa ia ajak kerjasama.
"Itu panggilan sayang dari gue," jelas Doyoung. "Atuy. Gimana? Keren, kan?"
"Gue nggak peduli." Yuta membalas tanpa ekspresi. "Gue boleh balik, kan?"
"Boleh, dong!" seru Doyoung. "Dadah!"
Yuta memutar kedua bola matanya sebelum berbalik pergi meninggalkan ruangan UKS itu untuk kembali ke kelas.
***
Setelah Taeyong dibawa ke UKS, Yaya tak diberitahu lagi tentang perkembangan atau apa yang terjadi pada Taeyong sebenarnya. Yaya sudah bertanya pada Yuta, tapi laki-laki itu tak tahu apa-apa pada Taeyong karena tak terlalu peduli. Paling Taeyong hanya telat makan.
Ya kali anak orkay telat makan. Kan nggak banget. Batin Yaya heran.
Yaya pun bertanya pada Doyoung, tapi laki-laki itu bahkan tak menatapnya saat menjawab. Doyoung bilang Taeyong perlu istirahat karena lelah dengan sekolah.
Yaya tahu itu bohong, tapi ia tak bisa menemukan kebenarannya.
Selama pelajaran berlangsung, Yaya tak bisa berhenti memikirkan Taeyong.
Sebenarnya Yaya tidak tahu perasaannya yang sesungguhnya untuk Taeyong. Mereka terlalu berbeda.
Bahkan untuk berdoa saja Yaya bingung. Tuhan mereka kan berbeda.
Lalu, sebenarnya Taeyong kenapa?
Kenapa laki-laki itu tidak datang lagi sampai hari telah dimakan gelap?
Di kamarnya, Yaya menatap layar ponsel yang menampilkan bubble chatnya dengan Taeyong kemarin. Terakhir kali Taeyong mengirimnya sebuah gambar buatan tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
11 IPA 4 • NCT 127 X WAYV
Fanfiction--- Ini kisah kelas XI IPA 4 yang merupakan kelas biasa-biasa saja. Sampai mereka semakin dekat, semakin berselisih, saling bersaing, merebutkan perempuan yang sama dan sakit hati. Ini hanya kisah remaja biasa. Tentang jatuh cinta dan patah hati...