41. Singa yang Tertidur

92 19 13
                                    

41. Singa yang Tertidur

---

Nggak ada pertanyaan, selamat membaca aja:)

Oh ya, ngasih tau aja, beberapa part ke depan masih tentang Taeyong:))

----

Pak Chen meniup peluit saat anak kelas 11 IPA 4 keluar dari kelasnya. Sejak dua puluh menit yang lalu, Pak Chen telah stand by di lapangan, menunggu kelas yang akan diajarkan olahraga olehnya itu berganti pakaian.

"CEPET! LARI, SEMUANYA, LARI!" seru Pak Chen keras-keras. Lalu menyuarakan peluitnya berkali-kali, membuat anak-anak kelas 11 IPA 4 mau tak mau merasa terdorong dan akhirnya berlari.

Yaya menoleh ke arah Mark saat berlari. Beruntung baju olahraga Mark berhasil kering setelah dicuci semalam. Sementara itu, Taeyong melihat Yaya saat berlari. Bagaimana rambut sebahu yang diikat seperti ekor kuda itu berayun ke kiri dan kanan saat Yaya berlari, membuat senyum Taeyong tercipta. Dan Doyoung yang menangkap itu hanya bisa bergidik ngerti.

Bisa bayangkan nggak, orang yang biasanya mukanya asem tiba-tiba bisa senyum sendiri dan senyumnya itu lebar banget kayak psikopat? Nah, itu yang Doyoung rasakan setiap kali melihat Taeyong hari ini.

"Puas nggak nih sama baju kokonya?" tanya Lala seraya memeluk kecil pundak Kun yang tengah berlari di depannya. Lala sempat-sempatnya bertanya saat Pak Chen menatapnya dengan tajam.

"Puas banget lah pokoknya, nanti kalau ada rezeki gue beli lagi," jawab Kun cepat.

Lala mengacungkan jempolnya dengan semangat. "Oke!"

"Baiklah, anak-anak." Pak Chen mengapa setelah semua anak kelas 11 IPA 4 berbaris di depannya. "Selamat pagi."

"Selamat pagi, Pak!"

"Hari ini kita pemanasan dulu. Abis itu, lari sepuluh keliling lapangan." Pak Chen memberi instruksi. "Udah itu, kita main game. Yang menang, dapet nilai paling gede. Bisa dipahami?"

"Bisa, Pak!"

Pak Chen mengangguk seraya melihat jam tangannya.."Oke, kalau nggak ada pertanyaan, kalian mulai sepuluh menit buat pemanasan, dua puluh menit buat keliling lapangan. Jadi, ada pertanyaan?"

"Ada, Pak!" Yuta mengangkat tangan kanannya..

"Iya, kenapa?" tanya Pak Chen.

"Kita mau main game apa, Pak?"

"Banyak." Pak Chen menjawab cepat. "Ada loncat tinggi, balap gendong, lempar bola sama joget bola."

"Kayaknya joget bola seru, nih," komentar Lucas.

"Gue pengen ikut balap gendong, pasti seru," kata Yaya pada Xaxa.

"Kalau gue sih lebih excited sama ikutan loncat tinggi," balas Xaxa.

Dan diam-diam Taeyong mendengar itu.

"Ada pertanyaan lagi?" tanya Pak Chen.

"Nggak ada, Pak!"

"Oke! Mulai pemanasannya! Setengah jam lagi bapak kasih arahan buat main gamenya!"

"Siap, Pak!"

Dengan suara peluit dari Pak Chen, semua anak-anak kelas 11 IPA mulai melakukan pemanasan statis di tempat masing-masing, dengan kawanan masing-masing. Tak berselang lama, Yangyang mulai mengeluh.

"Nggak ada yang mau mimpin apa?" tanya Yangyang keras-keras. "Kalau sendiri-sendiri gini kita kayak bukan satu kelas, lho. Gue selaku anak bank Acuh Tak Acuh yang selalu diajarkan solidaritas, merasa ini itu nggak bener! Kita harus pemanasan bareng-bareng!"

Semua orang mengalihkan perhatiannya pada Yangyang dan merasa setuju.

"Tumben khotbah lo ada benernya," tukas Hendery bangga.

"Yangyang gitu lho," sombong Yangyang.

"Ya udah, biar gue aja yang pimpin!" Yuta langsung maju ke depan. Meski biasanya tak peduli dan diam saja, ia yang tergabung dalam ekskul futsal selama hampir lima tahun, merasa percaya diri untuk memimpin pemanasan.

"Nah, gitu dong!" seru Lala senang. "Daritadi gue bingung harus ngapain!"

Yuta mengangguk. "Oke, ikutin gue, ya!"

Pemanasan dengan Yuta sebagai pemimpinnya pun dimulai dengan tertib. Yang lainnya mengikuti tanpa protes saat Yuta memberi arahan. Setelah pemanasan sepuluh menit, mereka melanjutkan pemanasan dinamis dengan berlari sepuluh kali keliling lapangan.

"Males banget gue," decak Taeyong bahkan sebelum menyelesaikan satu keliling lapangan. Doyoung dan Jaehyun sudah melakukan dua putaran saat ini. Taeyong tak paham mengapa mereka begitu bersemangat.

Taeyong berjalan ke sisi lapangan, lalu duduk di bawah pohon seraya menyenderkan tubuhnya ke batang pohon itu. Pak Chen pergi entah ke mana, jadi tak ada yang menegur Taeyong karena tiduran saat pemanasan dinamis dilakukan.

Dari semua pelajaran yang ada, Taeyong paling benci olahraga. Tepatnya, olahraga di bawah terik matahari. Taeyong tidak suka panas. Ia juga tidak suka berkeringat. Karena dari kecil selali berlimpah harta dan semuanya serba mudah, Taeyong lebih suka diam daripada bergerak.

Jangan berolahraga membuat Taeyong merasa lemas bahkan hanya setelah melakukan pemanasan statis dari Yuta selama sepuluh menit. Bahkan Taeyong tak melakukannya dengan benar, ia melakukannya dengan ogah-ogahan.

"Woi, malah tidur!" seru Doyoung keras-keras saat berlari melewati Taeyong.

Taeyong hanya bergeming, menikmati angin dan sejuknya memejamkan mata di bawah pohon rindang.

Saat melewati Taeyong, anak-anak yang lain tak berani mengganggu karena jika mereka melakukan seperti yang Doyoung lakukan sebelumnya, sama saja dengan membangunkan singa yang tertidur; cari mati.

Bahkan setelah dua bulan lebih bersama, Taeyong tidak begitu membuat nyaman dan aman anak-anak kelas.

Bagi mereka, Taeyong masih bagaikan singa yang tertidur. Jika mendekatinya, mereka tidak tahu akan dijadikan mangsa atau bawahan untuk berburu. Namun jelas, dua-duanya adalah hal buruk.

Jadi, mereka memilih aman saja.

***

Apa di kelas kalian ada orang katakan Taeyong?

11 IPA 4 • NCT 127 X WAYVTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang