27. Hobi

127 16 3
                                    

27. Hobi

---

Haiiii

Apa ya pembukaannya??? Intinya happy reading, deh :))))))

---

Dari kemarin, Xaxa heran karena Haechan selalu keluar kelas paling pertama. Namun, bukannya berbelok ke arah kiri untuk menuju arah keluar sekolah buat pulang, Haechan selalu berbelok ke arah kanan, entah untuk apa.

Hari ini Xaxa kebagian piket. Bukannya langsung pulang setelah piket, ia jutsru berbelok ke arah kanan. Diam-diam mencari Haechan di setiap langkah yang ia ambil.

Xaxa belum begitu hafal tata letak bangunan-bangunan satu sekolah, tapi ia sudah hafal sebagian. Karenanya, ia tidak akan tersesat untuk kembali ke kelas nanti jika tidak menemukan Haechan.

Xaxa baru sadar bahwa Haechan telah mengambil perhatiannya secara berlebihan sejak pertama kali mereka bertemu. Sejak pertama kali Haechan menjulurkan tangannya untuk berkenalan dengan Xaxa. Lalu berlanjut pada bagaimana laki-laki itu sering bercanda, tertawa dan berdebat dengan Mark. Haechan punya pesona yang kuat di mata Xaxa, hingga rasanya perlu satu abad untuk Xaxa lupa pada Haechan.

"Kenapa ginjal ada dua?" Xaxa teringat pada lelucon Haechan di satu hari saat ia menangis uang kas. Haechan berhenti di meja Xaxa dan bertanya begitu.

Xaxa belum tahu jawabannya saat itu. Jadi, ia menatap Haechan dengan bingung. "Kenapa emangnya?"

"Kalau satu, namanya ganjil."

Awaknya Xaxa kebingunan, tapi saat.Xaxa baru kepikiran itu, ia langsung tertawa.

Ada lagi saat di mana Haechan bertanya. Saat itu pelajaran olahraga dan Haechan beristirahat di dekatnya. Seperti biasa, Haechan tipe orang yang tidak bisa diam saja, ia harus bicara, apapun itu.

"Coba tebak, hewan apa yang kaya?"

Xaxa mencoba untuk menjawabnya dengan benar kali ini. Ia berpikir lama, tapi sayang sekali tak ada jawaban di benaknya. "Nggak tau, deh. Nyerah."

"Ber-uang!"

"Bisa aja." Xaxa tertawa kecil.

Hari demi hari begitu, hari-harinya diisi tawa merdu Haechan, Xaxa menjadi serakah. Ia ingin lama bertemu dan melihat Haechan.

Dan sepertinya takdir tengah berpihak padanya. Tak harus lama mencari, Xaxa melihat Haechan tengah duduk di sisi lapangan. Laki-laki itu memasang sepatu futsalnya.

Baru saja Xaxa hendak duduk di sisi koridor untuk melihat Haechan dari jauh, Haechan tahu-tahu melihat ke arahnya dan melambai dengan semangat. Wajahnya penuh dengan senyuman lebar. "XAXA!"

Xaxa memalingkan wajahnya, malu sekali. Namun, apa yang sudah menjadi bubur tidak bisa lagi menjadi nasi. Dengan langkah agak ragu, ia mendekat ke arah Haechan.

Saat telah berada dua meter di dekatnya, Xaxa tersenyum kecil. "Lagi ngapain, Chan?"

"Mau futsal, nih."

Xaxa mengangguk-angguk. Kemudian menatap seluruh area lapangan. "Kok sendirian?"

"Nggak boleh emangnya kalau futsal sendirian?"

"Ya ... nggak juga, sih." Xaxa berpikir lama. "Tapi, kan, lebih rame kalau bareng-bareng."

"Futsal juga ada jadwalnya. Hari Sabtu." Haechan menjawab. "Gue pengennya setiap hari, tapi nggak ada yang mau main tiap hari kayak orang gila kayak gue."

Xaxa menipiskan bibirnya. "Kenapa lo main tiap hari?"

"Karena ini hobi gue."

"... oh."

"Lo punya hobi?" tanya Haechan.

Xaxa mengangguk. "Gue suka bikin kue."

"Kenapa suka bikin kue?"

"Karena hobi." Xaxa tertawa kecil, tanpa sadar dirinya mengikuti jawaban Haechan beberapa saat yang lalu.

"Nah, sama kayak lo, futsal juga kayak gitu bagi gue."

"Tapi, gue suka bikin gue karena gue suka makanan yang manis-manis, sama bertekstur lembut."

"Gue juga suka main bola karena gue mau jadi pemain sepakbola nasional," tukas Haechan.

Xaxa bertepuk tangan, bangga sekali karena Haechan sudah lagi punya cita-cita. Saat Haechan mau berkata-kata lagi, tahu-tahu gerombolan XII IPS 1 yang terkenal akan keganasannya lewat di depannya, di depan Xaxa.

Pemimpinnya menatap Xaxa dengan penuh ketertarikan. "Wah, ada wajah baru, nih! Cantik juga! Wikwiw!"

Yang lainnya bersiul dan ikut menggoda Xaxa.

"Pulang bareng, yuk!" seru laki-laki itu, Taeil. Tangannya tanpa izin menarik tangan Xaxa, tapi Haehan dengan cepat menepisnya. Kemudian menarik tangan Xaxa untuk berdiri di belakangnya.

Taeil membulatkan matanya dengan wajah tak terima. "Ow, ada pawangnya ternyata. Aw, takut."

Haechan menatap Taeil dengan tajam, sementara Xaxa di belakangnya merasa campur aduk. Genggaman Haechan di tangannya terasa hangat dan membuatnya senang, tapi Xaxa takut karena Taeil beserta rombongannya sangat membuatnya terancam.

"Guys," kata Taeil dengan senyuman miring. "Sikat ini kutu satu."

Haechan langsung ditarik paksa, membuat genggamannya pada tengah Xaxa terlepas.

"XAXA LARI!" seru Haechan yang lengan dan kakinya ditahan oleh antek-antek Taeil.

Xaxa menjerit kaget, tahu-tahu tangannya ditarik paksa oleh Taeil untuk kabur.

"HAECHAN!"

Buagh!

Saat perhatian Xaxa hanya terpaku pada Haechan yang kesulitan untuk melepaskan diri, Taeil yang sebelumnya menggenggam erat tangannya tahu-tahu ambruk setelah seseorang memukul telak hidungnya. Ada bunyi kretek yang mengerikan di telinga Xaxa sebelum akhirnya Taeil ambruk, pingsan telat di sebelah kaki kanan Xaxa.

Kaki Xaxa terasa sangat lemas. Ia jatuh akhirnya. Matanya melihat kepergian Jhonny menuju ke arah belakangnya di mana ada teriakan tak terima karena Taeil dipukul, sebelum akhirnya segalanya gelap tanpa cela.

To be continued.....



Thu 20 August

11 IPA 4 • NCT 127 X WAYVTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang