03. Jung Jaehyun
Happy reading!!!
Punya siapa nih?
---
"Hati-hati ya, Jae," kata Ibu Jaehyun saat Jaehyun sedang memakai sepatunya untuk pergi ke sekolah.
Hari ini ada hari pertamanya masuk ke SMA kelas sebelas. Ibu sudah membesarkan Jaehyun dengan sepenuh hati sendirian. Betapa bangganya ia saat melihat Jaehyun tumbuh besar dengan baik. Senyum Ibu mengembang saat Jaehyun berdiri di depannya dengan senyuman lebar yang membuat kedua lesung pipinya muncul.
"Iya, Bu." Jaehyun mengangguk, kemudian menyalimi tangan Ibunya. "Jaehyun berangkat, Bu. Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam." Ibu membalas, tapi tak melepaskan tangan Jaehyun dengan segera. Matanya menatap Jaehyun penuh perhatian. "Udah makan, kan?"
"Udah, Bu." Jaehyun menjawab sambil tersenyum. "Tadi goreng ikan asinnya enak. Gurih."
Ibu menipiskan bibirnya. "Maaf, ya. Ibu harus buka gerobak bubur pagi-pagi, nggak sempet buat temenin kamu sarapan."
Jaehyun mengerti bahwa Ibunya harus mencari nafkah seorang diri dengan mengorbankan waktu dan perhatian untuknya. Justru Jaehyun merasa tak enak karena sebelum ia bangun, Ibu harus menyiapkan gerobak untuk berjualan bubur saat fajar belum lagi hadir.
Semenjak Ayahnya dijemput ke Rahmatullah, hidup Jaehyun memang terasa lebih kosong dan sulit, tapi ia yakin bahwa ia bisa melewatinya. Bersama Ibu.
"Nggak, apa-apa, Bu." Jaehyun mengusap kulit tangan Ibu yang keras, merasakannya membuat hatinya sakit. "Jaejuga udah besar. Ibu nggak harus selalu ada di sebelah Jae."
"Yaudah, semangat belajarnya, ya!" Ibu berseru, menggenggam tangan Jaehyun dengan erat. "Kalau ada yang jahatin, bilang ke Ibu. Biar Ibu jadiin ia topping bubur."
Jaehyun tertawa renyah. "Iya, Bu. Siap."
Kemudian, Jaehyun pergi. Ibunya melambai dan Jaehyun balas melambai sebelum menaikki angkutan umum untuk sampai di sekolahnya.
Sekolahnya termasuk sekolah swasta bergengsi yang bayarannya mahal bagi kaum Jaehyun. Namun, Ibu Jaehyun adalah teman dari pemilik sekolah, jadi Jaehyun bisa sekolah di sana tanpa khawatir biaya. Yang penting Jaehyun sekolah dengan benar.
"Kamu ganteng, makanya saya sekolahin. Biar sekolah saya semakin di depan. Kamu nggak usah khawatir, biar saya yang tanggung semuanya." Begitu kata teman Ibu.
Teman Ibu memang sangat dermawan, Jaehyun sangat menghormatinya.
Sesampainya di sekolah, Jaehyun masih takjub dengan arsitekturnya. Mewah, berkelas dan terlihat mahal. Ada air mancur di depan gerbang masuk dengan sekeliling kolam berisi lima kura-kura. Saat masuk, Jaehyun disapa pohon-pohon rindang yang menjulang dan pot bunga indah di sisi jalan.
Lapangannya sangat luas, lengkap dengan ring basket di tepi. Ada lapangan lain untuk upacara dan itu sangat luas. Jaehyun perlu berjalan satu menit untuk sampai lobi, melihat pembagian kelas.
Jaehyun cepat dalam memindai. Ia ada di kelas XI IPA 4. Jaehyun tahu letaknya karena ia adalah anggota KS, kebersihan sekolah. KS adalah sebuah organisasi di mana anggotanya bertugas untuk mengecek seluruh sekolah agar bersih. Jaehyun sering berkeliling, jadi ia hafal seluruh bangunan gedung sekolah ini.
Sesampainya di kelas, Jaehyun memindai kursi. Ia tak suka berada di belakang karena akan sulit untuk merhatikan, ia juga tak suka di tengah-tengah karena akan terganggu siswa di belakang dan di depannya. Jadi, Jaehyun memilih untuk duduk di depan.
Semua kursi di depan sudah terisi, hanya ada dua lagi. Jaehyun berniat duduk di salah satunya, di sebelah laki-laki yang duduk tak sopan, menaruh kedua kakinya di atas meja.
"Permisi, gue mau duduk," kata Jaehyun seraya duduk, kemudian mengeluarkan ponselnya dan membaca e-book di sana.
Seseorang yang duduk di meja sebelahnya langsung menggebrak meja. "Heh, lo nggak tau kita siapa? Berani-beraninya duduk di deket tempat sultan!"
Jaehyun menganggapnya angin lalu. Tak penting juga. Ia tahu siapa mereka berdua. Yang duduk di sebelah adalah Taeyong, sementara yang membentaknya barusan adalah Doyoung.
Mereka anak orang kaya.
"Woi, jawab!" seru Taeyong murka. Langsung menarik kerah baju Jaehyun dengan mata melotot. "Lo mau dihajar?"
Jaehyun hanya menatap Taeyong malas.
Siswa-siswi di kelas itu langsung mengerubungi. Beberapa anak hanya menonton, tapi ada satu perempuan yang langsung menyeruak di antara Taeyong dan Jaehyun sebelum Taeyong sempat melayangkan pukulannya pada pipi mulus Jaehyun.
"Jangan berantem!" serunya menengahi.
Kini, Taeyong menatap perempuan itu dengan mata tajam. Dia menganggu urusannya. "Lo siapa?"
Taeyong ingat bahwa perempuan ini adalah teman dari laki-laki yang menjadikan target pertamanya tadi. Wajahnya kelihatan seperti pencari masalah yang ulung.
Senmbekum pertempuran lain terjadi, Jaehyun segera berdiri di depan perempuan tadi. Menatap Taeyong dengan serius. "Gue cuma mau duduk, emangnya itu salah?"
"Duduknya kenapa di sebelah gue?" tanya Taeyong jengah.
"Karena gue mau di situ."
"Tapi gue nggak mau."
Mata Jaehyun mulai berkaca-kaca. "Apa harus anak kayak kalian bisa seenaknya? Apa nggak boleh anak tukang bubur yang mau naik haji ini duduk dengan damai di sebelah lo?"
Orang-orang yang mendengarnya turut sedih. Beberapa menitikkan air mata dan saling berpelukan. Beberapa lagi terkejut karena tak tahu bahwa drama legendaris Indonesia benar-benar ada versi live actionnya.
Taeyong terdiam. Ia mulai merenungkan perbuatannya. Di masa lalu, ia senang menginjak-injak, menghina-hina dan menganggap remeh orang-orang di bawahnya. Ia tak pernah melihat seseorang menangis karenanya, maka dari itu, sekarang, Taeyong merasa sedih dan menyesal.
"Gue cuma mau duduk di depan biar gue bisa belajar maksimal." Jaehyun mulai sesegukkan. "Kebetulan kursi di depan udah pada penuh, kecuali punya lo berdua. Gue nggak mau duduk di pojokan, makanya gue duduk di sebelah lo, Taeyong."
Taeyong dan Doyoung saling berpandangan. Seperti merasakan hal yang sama. Sedih dan kasihan pada Jaehyun.
Jaehyun mengusap pipinya yang banjir air mata. Entah kenapa, ia merasa sedih sekali. Ia jadi teringat almarhum Ayahnya yang tak sempat mengucapkan selamat tinggal dengan baik pada Jaehyun.
Taeyong mendekat, kemudian menepuk bahu Jaehyun. Matanya menatap lembut. "Ya udah, gue bolehin lo duduk di kursi gue. Soalnya gue nggak tega liat lo."
Doyoung turut mendekat. "Ayo, gue anterin lo buat duduk lagi."
Jaehyun menurut dan duduk lagi dengan tentram.
Taeyong merasakan kehadiran kerumunan di depannya dengan amarah menggebu-gebu. "NGAPAIN MASIH DI SINI?! BUBAR, BUBAR!"
Begitulah awal mula Taeyong, Doyoung dan Jaehyun menjadi akrab dan disebut dengan kembar tiga karena ke mana-mana selalu bersama-sama.
***
Next: Kim Jungwoo
Thu 9 Jul 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
11 IPA 4 • NCT 127 X WAYV
Fanfic--- Ini kisah kelas XI IPA 4 yang merupakan kelas biasa-biasa saja. Sampai mereka semakin dekat, semakin berselisih, saling bersaing, merebutkan perempuan yang sama dan sakit hati. Ini hanya kisah remaja biasa. Tentang jatuh cinta dan patah hati...