42. Taeyong Encok
----
Penumpang kapal Yaya-Taeyong adaaa????
----
Pak Chen muncul tepat tiga puluh menit kemudian. Taeyong segera dibangunkan Doyoung untuk berbaris lagi di depan Pak Chen. Dari semua anak yang ngos-ngosan dan bercucuran keringat, hanya Taeyong yang terlihat damai dan nyaman.
Namun, Pak Chen tidak fokus pada Taeyong sehingga ia tidak menyadarinya.
"Terserah kalian mau pilih permainan apa." Pak Chen berkata setelah menjelaskan mekanisme permainan yang akan dilakukan kelas 11 IPA 4. "Yang pasti, jangan saling membuat terluka. Bapak bakal awasi kalian dari pinggir, jadi harap nggak main-main, ya."
Lucas langsung mengangkat tangannya.
"Iya, kenapa?" tanya Pak Chen.
"Kan ini judulnya main game, Pak, tapi kenapa bapak bilangnya 'harap nggak main-main'?"
"Maksud bapak, fokus sama permainannya, jangan bercanda. Gitu."
"Ooh, iya siap, Pak."
"Oke, mulai dari sekarang, ya!" Pak Chen meniup peluit.
"Lo mau main apa?" tanya Haechan pada Mark. "Gue mau main joget bola sama Lucas."
"Oke, kalau gitu gue mau main balap gendong sama Hendery." Mark membalas cepat.
"Oke. Kita pisah di sini ya, mas bro," tukas Haechan.
Mark mengangguk, lalu berlari ke arah anak kelas yang memilih permainan balap gendong. Di sana ada Yaya, Hendery, Winwin, Taeyong dan Lala.
Tak melihat Tata karena ternyata Tata ikut joget bola, awalnya Hendery mau pindah haluan, tapi Taeyong lebih dulu menatapnya tajam.
"Kalau lo pindah, jumlah orang di sini jadi ganjil." Taeyong berkata datar. "Sini lo!"
Mau tak mau, Hendery berjalan mendekat lagi. "Oke, gue bakal gendong Mark karena di sana Lucas pasangan sama Haechan."
Mark menjentrikkan jarinya dengan semangat. "Oke!"
"Eh, kok gitu?" tanya Yaya heran. Jauh dalam lubuk hatinya, Yaya ingin digendong Mark, tapi tidak berani menyuarakan terang-terangan. "Gue sama siapa dong?"
"Lo sama Taeyong," balas Lala cepat. "Gue sama Winwin. Iya, nggak?"
Winwin mengangguk, langsung berjongkok di depan Lala. "Ayok!"
"Eh, bentar," tahan Yaya. Ia menatap Taeyong dengan ragu. "Ini beneran gue sama Taeyong?"
"Ya masa sama batu?" tanya Hendery heran sendiri.
"Ya tapi-"
"Udahlah jangan banyak bacot, sini gue gendong, pasti menang," potong Taeyong santai. Padahal dalam hati, pikirannya sudah amburadul karena akan menggendong Yaya. Yaya akan berada di atas punggungnya.
Taeyong cepat-cepat berjongkok di depan Yaya, menyembunyikan wajah gugupnya. "Buruan naik!"
Yaya melihat ke samping. Dua saingannya sudah siap dengan gendongan masing-masing. Lalu Yaya menatap punggung Taeyong dengan ragu, sebelum akhirnya naik di atasnya.
Taeyong sangat terkejut karena Yaya akan terasa seberat ini. Berat upaya yang Taeyong kerahkan sampai ia bisa berdiri dengan Yaya di gendongannya. Wajah Taeyong langsung memerah dan urat-urat lehernya menonjol karena tak kuat menahan beban.
"Eh, kenapa, Yong?" tanya Yaya, menyadari Taeyong mengerang kecil. "Gue terlalu berat apa gimana, nih?"
"Nggak apa-apa," balas Taeyong pura-pura kuat.
"Eh, itu kaki lo gemeteran banget, Yong," kata Lala yang memerhatikan. "Apa lo nggak usah ikutan aja gitu?"
"Nggak," tolak Taeyong cepat. "Gue bisa. Gue kuat. Ayo, mulai aja."
"Oke." Lala mengangguk. Lalu melihat ke arah Hendery dan Mark. "Diitungan ke tiga, langsung lari, ya! Satu ... dua ... tiga!"
Begitu tiga langkah Taeyong berlari sekuat tenaga dengan tujuan menang yang besar, pinggangnya tiba-tiba terasa sakit. Ada suara kretek sebelum akhirnya tubuhnya ambruk bersama dengan Yaya ke atas tembok lapangan yang panas.
"AWWWWWWWWW!" seru Taeyong amat kesakitan, memegangi pinggangnya yang tiba-tiba kram. Seluruh tubuhnya sakit dan tidak bisa digerakkan.
"Aduh!" Yaya meringis saat tubuhnya menyentuh lapangan yang panas. Tangannya yang dipakai sebagai tumpuan mengeluarkan darah. "Aw, sakit!"
Peristiwa jatuhnya Yaya dan Taeyong jelas menjadi pusat perhatian anak kelas 11 IPA 4 dalam sekejap.
"TOLONG PANGGIL PETUGAS MEDIS SECEPATNYA, INI ANAK SULTAN ENCOK, GUYS!!!!" seru Doyoung panik seraya berlari untuk menolong karibnya.
Seperti yang ia lakukan saat latihan untuk militer, Jhonny segera berlari menuju ruang kesehatan sekolah untuk memanggil bantuan medis seperti permintaan Doyoung.
Sementara itu, Hendery cepat-cepat menyalakan kameranya. "Sayang banget nggak gue rekam pas jatohnya," keluh Hendery sebelum membenarkan rambutnya untuk menyapa pemirsa.
"Halo, sahabat. Jadi, sekarang kelas gue lagi olahraga. Nah, waktu mau balap gendong ada cowok yang jatoh dan encok. Ikutin terus perkembangannya kalau mau tau."
***
Karena kalian gercep, aku juga jadi gercep hehe
Terimakasih telah membaca
Sampai jumpa di next part!!!
Thu 10 Jul 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
11 IPA 4 • NCT 127 X WAYV
Fanfic--- Ini kisah kelas XI IPA 4 yang merupakan kelas biasa-biasa saja. Sampai mereka semakin dekat, semakin berselisih, saling bersaing, merebutkan perempuan yang sama dan sakit hati. Ini hanya kisah remaja biasa. Tentang jatuh cinta dan patah hati...