"Apa, nih?" Taeyong menaikkan satu alisnya saat melihat kedatangan Haechan ke kantin lantai dua, daerah khusus kekuasaannya.
Haechan menatap Taeyong dengan mata tajam, penuh ambisi. "Gue mau minta tolong."
Haechan tak tahan lagi dengan sikap Taeil yang annoying pada pacarnya.
Taeyong tertawa hambar, sedikit meremehkan. Ia menatap Haechan dengan mata tajam. "Lo udah tau persyaratan-persyaratannya?"
"Tentu." Haechan menggedikkan kedua bahunya dengan cepat. "Nggak ada yang nggak tau tentang geng lo, Yong."
"Kalau lo udah ngerti, bagus." Taeyong menjentrikkan jarinya. "Karena lo anak kelas gue, gue kasih keistimewaan. Lo boleh tentuin harinya."
"Gue pengen besok, Yong."
Senyum Taeyong tertarik sepenuhnya, membuatnya tampak lebih-lebih mempesona sekaligus terkesan berbahaya. "Oke, gue seneng sama keputusannya lo yang cepet."
Doyoung yang sibuk dengan ponselnya, duduk di samping Taeyong, diam-diam mendengarkan percakapan itu dan mengerutkan keningnya. Ia merasa ada yang aneh, tapi ia diam saja. Doyoung memilih untuk menyatakannya nanti.
"Lo boleh balik ke habitat lo," lanjut Taeyong pada Haechan.
Haechan mengangguk. Kemudian tersenyum tipis. "Makasih, Yong."
Taeyong menggerakkan jari-jari tangannya seolah mengusir Haechan dengan wajah bak raja.
Setelah Haechan pergi, barulah Doyoung menyimpan ponselnya ke atas meja dan menatap Taeyong dengan wajah kebingungan yang hakiki.
"Yong, bukan geng lo mau bubar dan nggak akan terima request member lagi?"
"Awalnya emang gitu, tapi ada anak kelas yang minta tolong." Taeyong menjawab santai. "Masa gue anggurin?"
Doyoung tersenyum tipis. "Baik juga lo, Yong."
"Gue memang udah baik dari lahir, lo aja yang baru nyadar."
***
Kelas 11 IPA 4 saat ini kebagian jam kosong karena guru yang bersangkutan tengah ikut rapat. Tak ada tugas resmi, tapi ada perintah untuk membaca materi sebelumnya untuk memantapkan diri agar dapat mengikuti evaluasi pada pekan depan.
Beberapa anak mendengarkan, beberapa yang lainnya menggunakan waktu dengan aktivitas beragam. Beberapa anak ada di luar kelas dan yang lainnya tetap di dalam. Salah satunya Xaxa dan Yaya yang bukannya membaca materi, justru seru mengobrol.
"Jadi, gimana maksudnya lo sama Haechan udah pacaran sejak dua hari yang lalu?"
Xaxa gregetan sendiri saat ditanya Yaya yang amat penasaran akan kisah cintanya. Di satu sisi, Xaxa senang dan ingin melupakannya. Namun, ia juga malu karena sebelumnya ia belum pernah merasa seperti ini.
Maksudnya, sekarang dia punya pacar gitu, lho.
"Gini, Ya, lo jangan teriak dulu pas gue cerita. Oke?" Xaxa mengambil ancang-ancang. Saat Yaya mengangguk, barulah Xaxa melanjutkan. "Jadi waktu Kak Taeil gangguin gue, gue kan diaku sebagai pacar sama Haechan, tapi ujungnya kita pulang tanpa bilang apa-apa lagi. Nah, besok waktu sore ... sorenya!"
Mata Yaya membulat dengan penuh binar semangat. "Sorenya?! Terus?!"
"Shuttt!" Xaxa ikut melotot karena suara Yaya yang keras.
"Apaan nih? Sorenya apaan?" Lucas yang duduknya tidak jauh dari tempat duduk Yaya dan Xaxa segera menolehkan kepalanya dengan wajah ingin tahu.
"Kepo banget lo!" seru Yaya seraya mendelik. Rasa kesalnya pada Lucas belum pudar karena perilaku laki-laki berbibir tebal itu pada sahabatnya, Jungwoo, tempo hari.
"Gue tanya ke Xaxa, wle!" Lucas ikut mendelik, lalu berbalik lagi untuk ikut vlog Hendery karena kesal dengan sikap Yaya.
"Terus gimana?" tanya Yaya pada Xaxa dengan rasa penasaran yang sudah meleber ke sungai Ciliwung.
Xaxa menipiskan bibirnya lalu menarik napas dalam-dalam, menyiapkan diri.
"Jadi gini, Ya ...."
***
Dua hari yang lalu...
Sebenernya, saat Xaxa pamit dengan bus ke arah rumahnya, Haechan tidak benar-benar pulang ke arah rumahnya sendiri. Setelah Xaxa menempuh beberapa meter dalam bus, Haechan turut menyusul dengan ojek di belakang.
Xaxa tidak menyangka hal itu. Maka dari itu, saat ia turun dari bus dan mendapati Haechan berjalan ke arahnya, Xaxa terkejut sekaligus kebingungan.
Belum lagi, saat itu Xaxa masih merasa canggung dan bingung karena Haechan menyatakan bahwa dirinya adalah pacar Haechan di hadapan Taeil beberapa saat yang lalu.
Jadi, mereka berdua saling berhadapan tanpa kata di halte tempat pemberhentian bus pulang Xaxa sekaligus kawasan rumah Xaxa.
Waktu sudah sore. Langit yang jingga mulai kemerahan dan sebentar lagi akan gelap. Angin yang berembus terasa dingin, tapi tidak menusuk. Pohon yang menaungi halte menggugurkan daun-daun coklatnya, membuat jalanan terhiasi.
Xaxa mengepalkan tangannya, memberanikan diri untuk menatap Haechan tepat di mata. Betapa terkejutnya Xaxa saat matanya bertemu dengan iris coklat Haechan yang memang sedari tadi menatap lurus ke arahnya.
Xaxa ingin melarikan pandangannya, tapi tak bisa. Ia terkunci. Atau, mungkin juga dikunci.
"Xa ... gue suka sama lo," kata Haechan pada intinya. Ada senyum di wajahnya. Bukan senyum ramah yang biasa ia tampilkan, tapi senyumannya canggung yang lembut. "Boleh nggak gue kasih tau ke orang-orang kalau gue suka sama lo?"
Xaxa menarik napasnya yang tiba-tiba berat. Ia tersenyum senang. "Kalau gitu, apa gue boleh kasih tau ke Yaya kalau lo pacar gue?"
"Ke semua orang juga boleh."
Haechan tersenyum manis dan Xaxa diabetes karenanya.
Kedua insan yang tengah bahagia dalam dunianya sendiri itu tak menyadari bahwa ada seseorang dengan tubuh tegap yang melihat mereka dengan tatapan yang belum bisa diartikan.
Antara campuran senang, sesak dan marah. Entah mana yang lebih mendominasi, orang tersebut belum bisa memahaminya.
***
Lama tidak jumpa
Tetap semangat dan lakukan hal positif!!!
16102020
KAMU SEDANG MEMBACA
11 IPA 4 • NCT 127 X WAYV
Fanfiction--- Ini kisah kelas XI IPA 4 yang merupakan kelas biasa-biasa saja. Sampai mereka semakin dekat, semakin berselisih, saling bersaing, merebutkan perempuan yang sama dan sakit hati. Ini hanya kisah remaja biasa. Tentang jatuh cinta dan patah hati...