28. Tangan Nakal Yangyang
---
Buatmenebus lima belas hari alpa aku dari wattpad, aku kasih double up hehe
---
"Mas, aku pulang dulu, ya."
Terlihat seorang perempuan bergaun merah menggoda yang berkata manja pada seorang laki-laki berdasi. Mereka bukan suami istri. Yangyang hafal dengan jelas siapa yang menjadi istri Pak Fudin. Istri Pak Fudin adalah Bu Juli dan Bu Juli jelas bukan perempuan itu.
"Iya, hati-hati." Pak Fudin tersenyum.
Saat perempuan itu mau berbalik pergi, Pak Fudin tahu-tahu memeluknya dari belakang dan Yangyang tak mau melihat kelanjutannya.
Sebenarnya Yangyang disuruh Ibunya memelihara telur ke warung, tapi saat dalam perjalanan pulang, di sudut perumahan, ia menemukan pemandangan itu. Entah kenapa, Yangyang selalu saja memergokinya sesuai yang bisa memulai prahara keributan rumah tangga orang lain.
Yangyang menggeleng-gelengkan kepalanya, mengusir pikiran jelek. "Jangan jadi kompor, Yang. Jangan jadi kompor, nanti lo ditelen api merasa mampus lo."
Setelah sampai di rumah dan memberi telur yang dibelinya pada Ibu, Yangyang ke kamarnya. Ia mengambil ponsel dan mengecek galerinya.
"Ck, kok lo sempat-sempatnya foto, sih?" Yangyang berdecak heran karena tahu-tahu ada foto pelukan Pak Fudin dan perempuan bergaun merah tadi di ponselnya.
Yangyang geleng-geleng kepala lagi. Memasukkan ponselnya ke saku celana. "Udah Yang! Tobat lo, jangan jadi kompor lagi, elah! Ntar karma!"
"Bu, saya ada informasi baru, nih." Yangyang tanpa sadar sudah ada di depan Bu Juli, berniat membeberkan segala apa yang ia lihat tadi.
"Apa tuh?" tanya Bu Juli. Sore-sore begini Bu Juli santai saja, meninum teh dan sore ini ia tengah menunggu paket daster yang ia beli dari ponstingan seseorang di media sosial.
"Biasanya Pak Fudin sore gini ngapain, ya?" tanya Yangyang menyelidiki. Takutnya pekerjaan Pak Fudin memang seperti itu gitu.
"Ya dia di kantor, kerja, Yang. Kenapa emangnya?"
"Kalau nggak dikantor, berarti nggak kerja, ya?"
"Emang ada apaan, sih?"
"Saya ada informasi baru terkait Pak Fudin, Bu."
"Oh, ya?" Bu Juli membulatkan matanya, penasaran. "Apa, tuh?"
Yangyang tersenyum penuh arti. "Kalau dua puluh cukuplah, Bu."
"Ck, saya bakal bayar kalau info yang kamu punya emang bermanfaat," balas Bu Juli.
"Oke, deh." Yangyang mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan sebuah foto yang membuat Bu Juli langsung kehilangan kata-kata, seperti kehilangan nyawa juga.
"Paket!" Bersamaan dengan itu, seseorang masuk dengan sebuah paket di tangannya. Ia mendekati Bu Juli yang masih bergeming karena tercengang dengan senyuman lebar. "Dengan Bu Juli?"
Yangyang membulatkan matanya. "Lala?!"
"Yangyang?!"
Kedua bertatap tanya yang sama. "Ngapain di sini?" Keduanya bertanya bersamaan.
"Rumah gue emang di sini," balas Yangyang gugup. Gawat, kalau Lala tahu rumahnya, bukan tidak mungkin ia tahu rahasianya.
Lala mengangguk kecil. "Ini Bu Juli, kan? Kok kayak patung?"
Pelipis Yangyang berkeringat dingin. Tidak mungkin ia menjawab bahwa dirinya penyebab Bu Juli begini. Yangyang berpikir cepat untuk memutuskan tindakan yang tepat.
"Udah, lo taro aja di sini paketnya. Bu Juli emang ini. Nanti gue urus. Sekarang lo pulang aja." Yangyang segera memegang kedua bahu Lala untuk diarahkan ke luar area rumah Bu Juli. Keduanya kini sudah berada di depan gerbang rumah Bu Juli.
"Emangnya Bu Juli kenapa?" tanya Lala penasaran sekaligus heran.
"Nggak kenapa-kenapa."
"Terus kenapa bengong kayak kesambet gitu?"
"Nggak apa-apa, La." Yangyang semakin panik. "Mending lo pulang sekarang."
"Nggak. Sebelum pertanyaan gue terjawab, gue bakal terus ada di sini."
Yangyang lupa bahwa Lala adalah perempuan yang keras kepala. Di kelas, Lala kerap kali mau menang sendiri dan ngotot. Yangyang paham bahwa tak ada jalan lain selain menyerah, membeberkan semuanya.
Menyebarkan rahasia kelamnya.
"La, lo harus janji, jangan bocor."
Meski sudah memohon-mohon, Yangyang cemas semalaman karena tak yakin Lala akan tak tertarik untuk menjadikannya bahan gosip Minggu ini.
***
Aku masih belum kasih ending buat kapal-kapal yang sekarang mulai terbentuk
Jadi, kalian penumpang kapal mana???
Thu 20 Aug 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
11 IPA 4 • NCT 127 X WAYV
Fiksi Penggemar--- Ini kisah kelas XI IPA 4 yang merupakan kelas biasa-biasa saja. Sampai mereka semakin dekat, semakin berselisih, saling bersaing, merebutkan perempuan yang sama dan sakit hati. Ini hanya kisah remaja biasa. Tentang jatuh cinta dan patah hati...