Setelah hampir seharian menghabiskan waktu di luar rumah. Setiap malam, Tieeshara sering meminta kepada ketiga Kakak-Kakaknya untuk berkumpul di ruang keluarga untuk bertukar cerita mengenai apa yang telah dialami, dirinya hanya tidak ingin jika merasa asing karena kesibukan mereka diwaktu siang
Malam ini Tieeshara baru teringat bahwa dirinya belum mengerjakan Pekerjaan Rumah, alhasil numpuklah tugasnya
Tieeshara merasa sedikit cemas karena besok tugasnya akan dikumpul
Tieeshara kembali masuk ke dalam kamar untuk mengambil beberapa buku
"Kak Dio, tolong bantuin Tiara ngerjain tugas matematika dong"
Dion yang sedang rebahan di sofa pun segara bangkit begitu Tieeshara memberikan buku yang penuh dengan angka. Kemudian Dion mulai membuka setiap lembaran halaman yang berisi soal-soal tersebut. "Yang mana aja tugasnya?"
"Ini," jawab Tieeshara sambil menunjukkan beberapa halaman
"Ini udah malem, Tir. Kok tugasnya banyak banget? Emang buat kapan?"
"Besok, hehe," cengir Tieeshara
Dion sempat berpikir, sebenarnya yang salah itu gurunya atau Tieeshara? Entah karena gurunya yang terlalu banyak memberi tugas mendadak atau ternyata tugas ini sudah diberi dari lama tetapi Tieesharanya saja yang baru ingin mengerjakan sekarang
"Tiara lupa kalau Tiara punya tugas," ungkap Tieeshara
Lazhirovan berjalan sambil mengeringkan rambut dengan handuk. "Kebiasaan kalau ngerjain tugas pasti malem-malem. Dio, kembaliin bukunya Tiara!"
"Ish Kak Hiro, orang mau minta tolong kok malah ngga boleh?"
"Minta ajarin atau minta dikerjain?"
"Hehe bukannya fungsi Kakak buat itu ... yaa? Tiarakan jurusan akuntansi, jadi ngga begitu dominan belajar matematika. Kak Dio juga bisakan? Makanya Tiara mau minta tolong"
Sebenarnya Lazhirovan ingin berkata kepada Tieeshara agar dirinya dapat mengikuti langkah baik yang sudah Dion lakukan, tetapi hal itu Lazhirovan urungkan karena tidak sepantasnya membandingkan Adik yang satu dengan yang lain karena setiap manusia pasti memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing dalam bidangnya, serta memiliki waktu yang berbeda untuk berkembang
Tieeshara menatap ke arah Dion dengan tatapan memohon, berharap Dion akan membantunya. "Please, Kak. Emang Kak Dio ngga kasian sama Tiara?"
"Kalau kasian ngga gitu caranya. Dio, lo bakal lebih kasian kalau sampe ngeliat Tiara ngga paham sama materi pelajarannya sendiri. Kakak tau, matematika emang bukan bidang Tiara, tapi bukan berarti ngga peduli gitu. Minta ajarin boleh, tapi kalau dikerjain ngga"
Tieeshara duduk di sebelah Dion tanpa merubah mimik wajah. "Kak Dio ...."
"Sini ambil pensilnya, Kakak ajarin"
"Tiara ngantuk"
"Ngga boleh gitu dong, inikan tugas Tiara. Tugas ini udah dikasih dari lamakan? Tapi Tiara baru mau ngejarin sekarang?" tebak Dion
Tieeshara hanya merespon dengan anggukan kepala
"Lain kali jangan kayak gitu." Dion mengacak puncak rambut Tieeshara dengan gemas dan mulai mengambil pensil untuk memulai mengajari sang Adik
"Kak Dio tumben ngga marah?"
"Kak Dio capek, Tir"
"Hehehe maaf, Kak. Jadi Kak Radit enak banget, ya. Kerjaannya cuma foto-foto doang"
Raditya Grissham Al Musawa, selaku Kakak ketiga Tieeshara, yang sedari tadi sedang berkutik dengan kamera baru, kini matanya sempat menatap sekilas ke arah Tieeshara. "Banyak aspek yang dipelajarin untuk bisa menghasilkan sebuah foto yang bagus, bukan cuma sekedar cekrak-cekrek. Kak Radit suka makanya mau memperdalam ilmu fotografi." Bangun Raditya dari duduknya. "Jangan kebanyakan ngeluh, kamu udah kelas 12, cari dan tekunin passion kamu," pesan Raditya seraya bersiap-siap untuk naik ke lantai atas
KAMU SEDANG MEMBACA
TIEESHARA
Fiksi RemajaAku telah kehilangan cahaya bintang dari seorang laki-laki bernama Starlight. Ah tidak, bagaimana bisa aku merasa kehilangan? Memilikinya saja tidak pernah, namun apakah kehilangan hanya mengenai pasangan? Lantas bagaimana walau hanya sekedar bertem...