56 • Menebus kesalahan

24 2 0
                                    

"Ngga!" Tieeshara melipat tangan di dada

"Beneran?"

"Yaa, beneranlah"

"Kalau ngga mau, Kak Dio peluk Kyra aja, ya?" Dion mundur beberapa langkah dan berjalan mendekat ke arah Kyra. Tieeshara yang melihat hal tersebut, langsung menjatuhkan tangan dan berlari memeluk Dion dengan sangat erat. "Ngga boleh, Kak Dio ngga boleh peluk Kyra lagi!"

Johan menatap ke arah Tieeshara dan Dion dengan tatapan yang penuh dengan penyesalan. Kalau aja saya ngga bermain dengan perempuan lain dan ngga pisah dengan Shirin, mungkin anak-anak saya terutama Tieeshara ngga akan pernah ngerasa kayak gini. Maafin Papah, Tieeshara, batin Johan dan setelah tersadar akan perkataannya di dalam hati, Johan langsung menggelengkan kepala, Ngga ... Ngga ... Gimanapun juga sekarang Agnes udah menjadi istri saya dan hadirnya Kyra ditengah pernikahan kami. "Eum ... Tieeshara, Papah ngga jadi hukum kamu, kalau kamu beneran menyesal dan menepati janji untuk ngga mengulang kesalahan yang sama. Papah ngerasa, ini semua barawal dari kesalahan Papah di masa lalu dan akhirnya berdampak untuk anak-anak Papah. Papah minta maaf, ya? Kamu mau apa? Izinin Papah untuk menebus kesalahan, walau ngga bisa sepenuhnya," ucap Johan yang membuat Lazhirovan, Dion, Raditya, terlebih Tieeshara merasa jauh lebih tenang

"Papah yakin mau nurutin kemuan Tieeshara?"

"Yakin, kenapa ngga?"

"Tieeshara mau kita bisa jalan-jalan bareng, sama Mama juga," pinta Tieeshara

"Boleh, dengan senang hati. Iyakan, sayang?" Johan mengalihkan pandangan kepada Agnesia

"Bukan Mama Agnes, tapi Mama Shirin, Mama kandung Tieeshara," timpal Tieeshara

"Dia udah punya suami"

"Terus kenapa? Bukannya Papah sendiri yang bilang, kalau Papah mau nurutin kemuan Tieeshara"

"Tapi ngga gitu juga, itu si namanya ngajak perang"

"Tieeshara aja mau nepatin janji, masa Papah ngga?"

"Tolong hargain istri Papah yang sekarang dong, Tieeshara"

"Emang dulu Mama Agnes ngehargain Mama Shirin? Yang pada saat itu masih jadi istri sah Papah?"

"Yaudah terserah kamu," pasrah Johan

"Nah, gitu dong. Tieeshara belum pernah ngerasain kumpul dengan jumlah yang utuh"

"Iya, Tieeshara. Itu juga kalau Mama Shirin mau"

"Pasti mau, nanti Tieeshara bujuk"

"Kalau tetep ngga mau?"

"Tieeshara bakal ngelakuin apa aja, asal Mama Shirin mau. Kalau Kak Hiro, Kak Dio, sama Kak Radit udah pasti maukan?"

Lazhirovan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, sedangkan Dion dan Raditya saling tatap untuk melempar pertanyaan

"Kak Hiro"

"Iya?"

"Tiara boleh pinjem handphone Kak Hiro ngga? Handphone Tiara di kamar"

"Boleh," Lazhirovan merogohkan tangan ke dalam saku celana untuk mengambil ponsel dan memberikannya kepada Tieeshara

Tieeshara menscroll layar ponsel dan menempelkan benda pipi itu ke telinga kanan. "Assalamu'alaikum, Ma"

"Yah, please"

"Bantu Papah buat tepatin janji ke Tiara"

"Tapi, Ma—"

Tieeshara memberikan ponsel kepada sang pemilik lalu berlari menaiki anak tangga untuk sampai ke lantai dua, beberapa menit kemudian Tieeshara kembali turun dan bergegas pergi ke luar rumah, dengan pakaian yang telah rapi

"Tiara, kamu mau kemana?"

"Mau panggil tukang, buat benerin pintu"

"Hah? Ngga salah denger? Kok random banget?"

Tieeshara membalikkan tubuh menghadap ke arah yang lain, khususnya Dion sebagai sang penanya. "Anggep aja sebagai tebusan permintaan maaf"

Tieeshara keluar dari rumah dengan menggunakan mobil pribadi yang telah sekian lama tidak dinaikkan, tetapi Raditya pernah meminta izin bahwa selama Tieeshara tinggal di rumah Johan, Radityalah yang suka meminjamnya

Selepas memanggil tukang, Tieeshara pergi ke suatu tempat yang sudah lama tidak Tieeshara kunjungi. Sepi karena hari ini masih hari libur. Ah tidak, Tieeshara memanggil tukang hanya sebagai salah satu alasan agar tidak ada anggota keluarga yang menaruh curiga terhadapnya

Tieeshara masuk dan menaiki tangan, kemudian sampailah Tieeshara disebuah rooftop. Tieeshara mengambil ponsel dari dalam tas, lalu mengundang beberapa orang untuk diajak video call

Johan, Shirin, Lazhirovan, Dion, dan Raditya menggangkat panggilan dari Tieeshara

"Tieeshara, kamu ngapain?" tanya Johan sebagai perwakilan

"Tieeshara mau nunjukin sesuatu"

Tieeshara mengganti kamera depan dengan menggunakan kamera belakang untuk memperlihatkan keadaan sekitar

"Itu kamu lagi dimana?"

"Lagi di rooftop. Kalian tau ngga? Tempat ini bakal jadi saksi hidupnya Tieeshara untuk yang terakhir kali"

Tieeshara kembali membalikkan kamera menjadi kamera depan

"Kamu mau berbuat apa lagi?"

"Daripada Tieeshara ngga pernah ngerasain kumpul bareng keluarga dengan jumlah yang utuh, mending Tieeshara pergi, biar sekalian ngga pernah ngerasain"

"Turun Tiara!" titah Lazhirovan

"Iya. Sebentar lagi Tiara juga bakal turun ke bawah kok, lebih tepatnya terjun si"

"Tadi kamu janji mau nurut, sekarang Kakak mau kamu turun lewat tangga"

"Tiara janji mau nurut kalau itu ngga ngerugiin orang lain"

"Itu sama aja ngerugiin orang lain. Jangan egois! Pikirin orangtua sama orang-orang yang ada disekeliling Tiara. Apa iya, hidup kita bisa sama seperti sebelumnya, setelah Tiara memutuskan untuk ... bunuh diri? Tiara, ngga semua hal di dunia ini tentang diri kamu," lirih Lazhirovan

"TIARA, TURUN LEWAT TANGGA!" bentak Dion

"Waktu di jalan, Kak Radit pernah bilang apaa, Tir? Hah? Mau ke surga barengkan? Tapi ngga gini caranya. Gimana bisa masuk surga, kalau kamu memutuskan untuk bunuh diri?" Raditya menimpali

Shirin telah menangis secara histeris. "Mama mohon, Tiara. Jangan berbuat seperti itu!"

"HEY, TIARA! KAMU TEGA NGELIAT MAMA KAYAK GITU?" Dion semakin mengencangkan suara setelah mendengar suara tangisan Shirin

"Mama janji, Mama mau nurunin kemuan kamu untuk kumpul bareng, salah satunya dengan cara berpergian, termasuk sama Papah kamu, Mas Johan"

"Beneran???"

"Iya, Mama janji, tapi tolong, urungkan niat kamu untuk bunuh diri," isak Shirin

Di sepanjang percakapan, ternyata ada seseorang yang telah mendengar semua obrolan dari arah belakang tempat Tieeshara berdiri. Orang tersebut menarik lengan Tieeshara hingga keduanya jatuh tersungkur ke belakang

"Lo apa-apaan si?!" omel Tieeshara terhadap orang tersebut

"Istighfar, Tiara!"

Tieeshara memutus panggilan sepihak, lalu berdiri, dan menepuk rok bagian belakang

"Jangan pernah berniat untuk bunuh diri!"

"Siapa yang mau bunuh diri?"

TIEESHARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang