Zigit merekakah senyum. "Ya Allah ... Santai aja kali. Ngga papa, gue jawab pertanyaan tadi. Eum ... Sebenernya gue mau kasih tau pas lo dateng ke rumah gue waktu itu, tapi takut nyinggung Bunda sama Geert. Jadi mungkin sekarang waktu yang tepat." Sebelum melanjutkan perkataan, Zigit memasukkan tangan ke dalam salah satu saku celana, menarik napas, dan menghembuskannya secara perlahan. "Bismillah ... Jawabannya simple, Tir. Definisi Tuhan itu sendiri"
"Hah? Maksudnya?"
"Gue ngga mau jawab panjang-panjang, takut ada yang liat terus malah salah paham lagi. Gini-gini, alasan kenapa sekarang gue memilih Islam dan menetapkan Allah sebagai Tuhan adalah karena hanya kepada Allah-lah semua sifat ketuhanan berkumpul, yakni bahwa Allah berbeda dengan makhluk"
Tieeshara menatap ke arah Zigit dengan tatapan penuh tanda tanya. "Maksudnya?"
"Kalau makhluk melahirkan berati Tuhan ngga melahirkan; kalau makhluk dilahirkan berarti Tuhan ngga dilahirkan dan kalau makhluk berpasangan (manusia : laki-laki & perempuan, hewan : jantan & betina, tumbuhan : benang sari & putik) berarti Tuhan ngga berpasangan. Kalau ada sesuatu yang diklaim sebagai Tuhan padahal dia memiliki sifat yang sama seperti makhluk walau hanya salah satunya aja, berarti sesuatu tersebut ngga bisa kita sebut sebagai Tuhan. Kenapa begitu? Lagi-lagi gue bilang karena sifat Tuhan harus berbeda dari makhluk. Kalau sifat Tuhan sama dengan makhluk, dikhawatirkan nanti setiap makhluk bakal ngerasa dirinya sebagai Tuhan dan sifat ketuhanan itu cuma ada pada Allah"
Ini Zigit yang baru masuk Islam tapi kenapa dia yang lebih paham soal ketuhanan? batin Tieeshara
"Tiara," panggilan dari Zigit berhasil membuyarkan lamunan Tieeshara
"Iy- iya"
"Sewaktu keluarga gue nanya terkait apa yang tadi lo tanyain ke gue, gue tetep ngejelasin hal yang sama tapi bukan berarti menjadikan alasan itu untuk memaksa apalagi sampai mencela, gue tetep mau membiarkan mereka beribadah sesuai dengan kepercayaannya. Yaudah gue duluan ya, mau lanjut hafalan. Ngga enak juga kalau lama-lama di sini, nanti malah ada yang salah paham lagi," pamit Zigit
"Hafalan apa?"
"Al-Qur'an. Gue mau banget ngikutin jejak Kak Haqqon buat jadi penghafal Al-Qur'an"
Apa? Zigit manggil nama laki-laki itu dengan sebutan Kak? kejut Tieeshara dalam hati
Baru saja Zigit ingin beranjak pergi meninggalkan Tieeshara, namun laki-laki itu telah kembali membalikkan tubuh. "Oh ya, Tir"
"Iya?"
"Bukan cuma istiqamah buat ngeshare tentang kebenaran aja, melainkan istiqamah juga buat jadi diri dari setiap hal yang Allah larang, termasuk istiqamah buat nutup aurat. Jadiin pasangan halal lo nanti laki-laki pertama setelah Papah juga Kakak yang ngeliat diri lo tanpa hijab. Kasih contoh buat orang non muslim di luar sana dengan tingkah baik karena tanpa lo sadari, kalau mereka suka merhatiin perilaku orang muslim. Itu juga udah termasuk dakwah secara ngga langsungkan?"
"Iya, insyaallah. Semoga lo juga bisa istiqamah. Oh ya, tapi kalau soal pasangan halal, eum ... Kayaknya masih lama"
"Sekarang bilangnya masih lama, tapi nanti bakal bilang, waktu kok cepet banget, ya?"
Kalau boleh milih, gue mau laki-laki itu lo, Git, batin Tieeshara
***
Begitu memeriksa, ternyata benar bahwa sampai saat ini, Zigit masih mengikuti akun sosial medianya. Dulu, Tieeshara sama sekali tidak berniat untuk meremove apalagi sampai memblokir akun sosial media milik laki-laki itu. Tidak mengikuti balik secara sepihak sudah cukup untuk tidak mencari tau tentangnya lagi, walau awal-awal masih sering menstalk
KAMU SEDANG MEMBACA
TIEESHARA
Teen FictionAku telah kehilangan cahaya bintang dari seorang laki-laki bernama Starlight. Ah tidak, bagaimana bisa aku merasa kehilangan? Memilikinya saja tidak pernah, namun apakah kehilangan hanya mengenai pasangan? Lantas bagaimana walau hanya sekedar bertem...