"Itu si maunya Tiara"
Kini sudah tidak ada lagi perdebatan di dalam mobil, semua sibuk dengan pemikirannya masing-masing, begitu juga dengan Lazhirovan yang masih fokus dalam mengendarai kendaraan beroda empat
Sampai akhirnya, mereka sampai di tempat tujuan. Setelah pemilik rumah mempersilahkan mereka masuk, tersisa hanya Dion dan Tieeshara yang masih berada di luar. Sebelum itu, Dion sempat memerintahkan akan suatu hal kepada Tieeshara. "Tiara"
"Iya?" jawab Tieeshara bersamaan dengan lepasnya kedua sepasang sepatu, namun tidak melepas kaus kaki karena sengaja agar auratnya tidak nampak
"Nanti panggil Raina dengan sebutan Kakak, ya?"
"Kalau Tiara ngga mau?"
"Jangan gitu dong. Gimanapun juga, Raina tetep lebih tua dari kamu"
"Iya-iya, oke"
"Good girl," puji Dion seraya mengelus puncak kepala Tieeshara
"Ish Kak Dio, jangan kayak gitu nanti jilbab Tiara berantakan," omel Tieeshara
"Iya maaf, Tir. Kalau berantakan, mau Kak Dio bantu benerin ngga?"
"Ngga usah. Soalnya Tiara udah gede, jadi bisa benerin sendiri"
"Yaudah. Yuk, masuk," ajak Dion
Di ruang tamu hanya ada Lazhirovan juga Raditya. Raina tidak ada di ruang itu karena tadi dirinya telah meminta izin untuk pergi ke dapur sebentar. Jika Raina pergi ke dapur, lantas kemana kedua orangtuanya?
Ketika masuk, Tieeshara memilih untuk duduk di kursi panjang sebelah Lazhirovan. Sedangkan Dion mengikuti langkah Tieeshara untuk ikut duduk bersebelahan. Hal itu otomatis membuat Tieeshara berada di tengah antar Lazhirovan dan Dion. Sedangkan Raditya duduk di kursi tunggal
Baru saja duduk, tiba-tiba Tieeshara merasa seperti ada yang menggusel di kakinya. Begitu melihat ke bawah, Tieeshara langsung berteriak dan menaikkan kedua kaki ke atas kursi
"Astagfirullahaladzim. Kenapa?" tegur Lazhirovan
"Kucing!"
Hewan berkaki empat dengan perpaduan antara warna putih dan hitam, hanya diam sambil menatap ke arah Tieeshara. "Kak, tolong usir kucingnya"
"Ngga papa, dia baik kok," kata Dion menenangkan
"Tapi Tiara takut. Hush! Sana pergi!" usir Tieeshara kepada kucing yang masih terdiam diri
Dion mengangkat kucing tersebut, lalu mendekatkan kepada Tieeshara. Tieeshara yang melihat wajah kucing dari dekat, hanya bisa berteriak dengan volume yang begitu kencang. "Dio!" bentak Lazhirovan. "Udah tau Adeknya takut, ini malah digituin. Tiara juga, ini rumah orang loh, Tir. Masa teriak-teriak begitu?"
"Tiara ngga bakal teriak kalau ngga ada penyebabnya"
"Maaf-maaf. Ngga ada niat buat jijilin kok, cuma mau kasih tau kalau kucing ini lucu, ngga senyeremin yang kamu kira"
"Sama aja"
Tidak lama setelah itu, Raina keluar dari dalam dengan membawa nampan yang di atasnya terdapat beberapa cangkir yang berisi teh hangat serta beberapa cemilan. Raina meletakkan nampan di atas meja, lalu mengambil alih kucing yang sedang berada dalam gendongan Dion. "Kucing baru kamu?" tanya Dion
"Ngga. Kucing ini punya Tante aku"
"Kak Dio aja baru tau kalau itu bukan kucing Raina, eh maksudnya Kak Raina tapi udah bilang kalau kucing itu baik. Kayak udah kenalan aja"
Ini untuk yang pertama kalinya Tieeshara memanggil Raina dengan menggunakan sebutkan Kak. Sebelumnya Tieeshara memang tidak pernah mengobrol secara intens dengannya, paling hanya selintas itu juga jarang. Jika bukan karena Dion, Tieeshara tidak akan melakukan itu. Benar-benar tidak patut untuk dicontoh
KAMU SEDANG MEMBACA
TIEESHARA
Teen FictionAku telah kehilangan cahaya bintang dari seorang laki-laki bernama Starlight. Ah tidak, bagaimana bisa aku merasa kehilangan? Memilikinya saja tidak pernah, namun apakah kehilangan hanya mengenai pasangan? Lantas bagaimana walau hanya sekedar bertem...