104 • Perempuan Berparas Teduh atau Jelmaan Kucing?

6 0 0
                                    

Tieeshara memutar bola mata malas sambil berdecak kesal. Dengan terpaksa, ia memenuhi titahan tersebut, setelah itu barulah ia merealisasikan niat untuk ikut duduk di pinggir kasur dekat Dion

Tieeshara mengamati perempuan berparas teduh yang duduk di samping Raditya dengan tangan yang terus digenggam erat olehnya. Perempuan tersebut mengenakan jilbab segi empat oval berjenis ceruty babydoll berukuran 130×130 cm yang berwarna choco, tunik berwarna oat, dan rok berjenis kain sifon dengan warna yang serupa dengan jilbab. Tanpa lupa terhadap kaus kaki dengan warna yang setara dengan kulit

"Pegangan tangan terus? Lepas kali," sindir Tieeshara

"Jangan mulai! Inget kamu udah janji," sahut Raditya, namun sindiran dari Tieeshara justru membuat perempuan yang berada di sampingnya segera melepas genggaman tangan

"Yuk, berangkat sekarang," ajak Dion

Semua berdiri secara serempak, kecuali Tieeshara. Raditya menatap ke arah Assyabiya dengan sangat lekat, ia kembali menggenggam jari-jemari perempuan tersebut, lalu mengecup keningnya. "Sering-sering bertukar kabar"

Assyabiya menganggukkan kepala. "Hati-hati di jalan, insyaallah aku bakal pulang dua minggu sekali"

"Kak Radit!"

Raditya melepas genggaman dan menoleh ke arah si pemanggil. Ia mendekati Tieeshara untuk memeluknya, tidak berselang lama, ia melepas pelukan kemudian sedikit membungkukkan tubuh dengan tujuan agar dapat mensejajarkan posisinya dengan tubuh Tieeshara yang masih terduduk. Ia mendekatkan mulut ke telinga Tieeshara untuk berbisik. "Tepati janji kamu"

"Sekali-kali bilang sayang kek! Masa apa-apa harus Tiara terus yang minta, ngga adil"

Raditya menatap ke arah bola mata Tieeshara. "Kak Radit sayang Tiara"

Selama hidup, Tieeshara baru pertama kali mendengar ungkapan tersebut dari mulut Raditya, namun Raditya tidak berhasil menciptakan lengkungan sabit di bibir Tieeshara. "Harus banget Tiara duluan yang minta? Kalau ngga minta berarti ngga akan pernah berinisiatif dong?"

"Kak Radit udah bilang mengenai ngga pernahnya Kak Radit mengungkapkan rasa sayang secara lisan, bukan ber—"

"Bukan berarti Kak Radit beneran ngga sayang. Cukup setiap bukti berupa perilaku dan tindakan yang Kak Radit beri sebagai gambaran dari rasa sayangnya terhadap Tiara, dan blablabla," dengan lantang Tieeshara melanjut beserta meniru kalimat yang pernah Raditya sampaikan kemudian di akhiri dengan nyinyiran. "Iyakan? Terus kalau ke Biya apa? Kak Radit kasih bukti melalui semuanya"

Raditya terpaku dan mulutnya seolah terkunci

"Hebat banget, seorang Adik kandung bisa mengalahkan perempuan yang durasi bertemunya ngga lebih lama"

Raditya mengepalkan tangan. "Jangan sampe Kak Radit membatalkan persetujuan untuk mengizinkan Biya di sini, ya, Tiara!"

Kakak paling ngga adil! hardik Tieeshara dalam hati. Rasanya gue pengen cabik-cabik Biya, lanjutnya

Assyabiya mengelus pergelangan tangan Raditya untuk menenangkan. "Udah, Mas"

Lazhirovan, Dion, dan Raditya keluar dari rumah kos dengan membawa barang pribadi masing-masing

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 04 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

TIEESHARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang