93 • Bencana Alam

7 0 0
                                    

"Pagi banget berangkatnya?" tanya Tieeshara menyaksikan Raditya dan Assyabiya yang tengah terduduk di sofa ruang tamu, bersiap diri untuk segera pergi dengan beberapa koper di hadapannya

"Kamu kok belum siap-siap? Ngga jadi ikut nganter?" tanya Raditya balik tanpa menjawab pertanyaan dari Tieeshara. "Papah, Mama, Kak Hiro, sama Kak Dio udah pada siap loh"

"Udah, begini aja"

"Siap apanya??? Masih pake piyama, jilbab juga belum bener," papar Raditya melihat penampilan Tieeshara dari bawah hingga atas

"Pake piyama aja, Kak. Toh piyamanya panjang dan cuma berdiam diri di mobil"

"Terus jilbabnya?"

"Gampang, nanti kalau mau keluar dari mobil bisa langsung pake jilbab dengan cara yang bener. Sekarang mobilnya masih di pekarangan rumah, jadi ngga ada laki-laki asing"

"Sini-sini, duduk," titah Raditya seraya menepuk sofa di sebelahnya

Tieeshara memutar bola mata malas, namun tetap menuruti

"Kamu masih punya peniti, jarum pentul, atau semacamnya ngga, yang?" tanya Raditya kepada Assyabiya. Dengan gesit Assyabiya segera membuka slingbag untuk mencari benda yang dimaksud. "Ini aku masih punya peniti cadangan"

Raditya meraih peniti dari tangan Assyabiya kemudian memulai untuk memakaikan jilbab di atas kepala Tieeshara hingga menutupi aurat

"Tiara ... Walaupun kamu menepati janji untuk langsung memakai jilbab yang sesuai dengan syariat pas nanti mau keluar dari mobil, tapi selalu inget pesan Kak Radit untuk selalu menutup aurat di hadapan orang yang ngga berhak, ya"

Tieeshara jadi teringat satu kejadian tatkala dirinya ingin pergi ke sekolah tanpa menutup aurat sesuai syariat kemudian Raditya pula yang memakaikan jilbab. Tieeshara menatap ke arah wajah laki-laki tersebut dengan sangat lekat, hingga benih-benih air mata telah hadir di pelupuk mata yang membuat laki-laki itu berinisiatif untuk mendekap tubuh Tieeshara

Kejadian pas mau pergi ke sekolah waktu itu emang beneran mau tanpa menutup aurat sesuai syariat, tapi kali ini cuma berniat untuk mencari perhatian dari Kak Radit aja kok

Tieeshara melepas pelukan ketika Johan, Shirin, Lazhirovan, dan Dion telah berada di ruang tamu

"Berangkat sekarang, yuk," ajak Shirin

"Boleh. Oh ya, Teruntuk Kak Hiro dan Kak Dio yang lebih punya banyak waktu dengan Tiara terlebih ketika nanti gue udah ngga tinggal bersama, tanpa mengurangi rasa hormat terhadap kalian sebagai Kakak, apa boleh gue meminta tolong untuk selalu menjaga Tiara? Gue tau dan meyakini kalau tanpa dipintapun kalian akan melakukan hal tersebut, tapi maksud gue kali ini adalah bukan cuma menjaga dari sesuatu atau seseorang yang ingin berniat buruk terhadapnya, melainkan juga menjaga dari sesuatu yang Allah larang. Sebagaimana kalian mengkhawatirkan Tiara yang kenapa-kenapa di dunia, maka tolong khawatirkan juga keadaan dia dari panasnya api neraka. Makasih udah selalu mengingatkan untuk melaksanakan ibadah shalat, tapi yang namanya ibadah bukan hanya perkara shalat, melainkan juga perkara-perkara yang lain," pesan Raditya terhadap Lazhirovan dan Dion setelah mengingat firman Tuhan di dalam Qur'an Surah At-Tahrim Ayat 6, yaitu "Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan"

"Insyaallah sebentar lagi Tiara udah mau menyelesaikan hafalan Al-Qur'an, jadi mungkin ngga lama setelah Kak Radit udah ngga tinggal bersama di sini, Tiara akan merealisasikan niat untuk pergi merantau, yang mana bahwa itu artinya Tiara juga akan tinggal berjauhan dengan Kak Hiro dan Kak Dio. Iya, saling mengingatkan di dalam kebaikan emang sesuatu yang dapat dibenarkan, tapi tenang aja karena Tiara berusaha untuk ngga menggantungkan apapun kepada manusia sekalipun mengenai kewajiban Tiara sendiri untuk mentaati perintah Allah"

TIEESHARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang