26 • Pemberian dari Lazhirovan

47 5 0
                                    

Ketika sudah mulai bosan, Tieeshara mulai mematikan, menaruh, dan menyimpan ponsel. Tieeshara menghadap ke arah luar jendela dan lama-kelamaan perempuan itu mulai tertidur pulas

Hingga akhirnya, Tieeshara merasa bahwa ada seseorang yang memanggil dan mengelus punggung tangan dengan sangat pelan. "Tir, bangun, yuk. Udah sampe loh"

"Iya, Kak Dio," balas Tieeshara dengan nada khas orang bangun tidur. "Tiara mau benerin jilbab dulu"

Sedari tadi, Tieeshara hanya meletakkan jilbab phasmina di atas kepala tanpa merekatkannya. Ketika Tieeshara ingin mengambil peniti, ternyata benda itu telah hilang entah kemana. Sebenarnya Tieeshara masih ada cadangan, tetapi bukan peniti, melainkan jarum pentul

"Kak Raina"

"Iya?"

"Kak Raina punya peniti ngga? Punya Tiara ilang nih"

"Yah ngga punya, Tir. Soalnya aku ngga biasa pake peniti ataupun jarum pentul"

"Terus pake apa?"

"Dilikitin aja ke leher"

"Eum ... Yaudah deh. Tiara boleh minta tolong?"

"Boleh, mau minta tolong apa?"

Tieeshara menyodorkan sebuah jarum pentul kepada Raina. "Tolong pakein jarum pentul, Tiara ngga bisa"

"Ohh. Boleh kok, sini aku bantu"

Sungguh, jika bukan karena terpaksa, Tieeshara tidak akan pernah meminta bantuan kepada Raina

Dari pantulan kaca depan, Dion dapat melihat adegan antar kedua perempuan itu. Dalam diam, Dion menciptakan lengkungan sabit di bibirnya, senang rasanya jika melihat seorang Adik yang dekat dengan perempuan pilihannya, tetapi jangan harap Tieeshara tidak melihat

Dion juga teringat perkataan Tieeshara waktu itu. Tiara ... Tiara .... Waktu itu bilangnya udah gede, jadi bisa benerin jilbab sendiri, tapi nyatanya? batin Dion dalam hati

Tieeshara juga berkata dalam hati. Tiara mau-mau aja bersikap baik sama Raina, tapi bukan berarti Tiara setuju kalau Kak Dio pacaran, sekalipun sama dia

Setelah semua siap dan tidak ada barang yang tertinggal, mereka segera turun dari dalam mobil untuk bergegas menemui Lazhirovan yang tengah menunggu di lobby hotel

"Assalamu'alaikum, Kak"

"Waalaikumsalam. Gimana macet ngga?"

"Alhamdulillah lancar," jawab Dion

Ada untungnya juga jika Dion mengajak Raina ikut pergi bersama karena biasanya, Tieeshara sering merasa risih.
Pergi ke hotel bersama tiga orang laki-laki, padahal ketiga laki-laki itu adalah Kakak kandungnya. Apalagi dulu Tieeshara belum mengenakan hijab. Padahal belum tentu ada yang memerhatikan

"Kak Hiro, jajanan Tiara mana?" tagih Tieeshara sambil menengadahkan satu telapak tangan

"Loh masa dateng-dateng langsung nanyain jajanan, ngga ada niat buat tanya kabar?"

"Hehehe becanda, Kak. Kak Hiro apa kabar? Dompetnya makin tebel dong? Eh salah deh, dompetnya boleh tipis tapi uang di ATM banyakan? Nah kalau gitu berarti makin banyak juga jajanan yang Kak Hiro beli"

 Kak Hiro apa kabar? Dompetnya makin tebel dong? Eh salah deh, dompetnya boleh tipis tapi uang di ATM banyakan? Nah kalau gitu berarti makin banyak juga jajanan yang Kak Hiro beli"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
TIEESHARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang