Lazhirovan melihat Tieeshara yang sedang tertidur pulas sambil memegang sebuah album foto yang sengaja diberi sampul merah muda dengan sedikit hiasan pita di depannya
Lazhirovan menarik sudut bibir dan berjalan mendekat ke arahnya. Namun tiba-tiba saja langkahnya terhenti begitu dirinya mendapati sebuah tas yang dibiarkan tergeletak di lantai. Tanpa berlama-lama, Lazhirovan segera mengambil tas tersebut dan menaruhnya di atas meja belajar
Setelah itu, Lazhirovan mengambil, menutup, serta menaruh kembali album foto tersebut ke tempat semula dan membenarkan posisi tidur Tieeshara, serta tidak lupa untuk menyelimutinya
Lazhirovan menatap mata yang sedang terpejam sambil mengingat Adik yang sudah lebih dulu Tuhan ambil. Sebelum beranjak pergi, Lazhirovan menyempatkan diri untuk mengecup kening Tieeshara. Tidak diragukan lagi, betapa sayangnya Lazhirovan kepada a
Adik bungsunya ini. "I love you my little Princess," bisik Lazhirovan tepat di telinga Tieeshara"I love you too my Superhero," balas Tieeshara dalam hati
Sebenarnya Tieeshara sudah terbangun sejak Lazhirovan mengambil album foto yang berada digenggamannya, tetapi dirinya hanya berpura-pura seakan masih terlelap
Begitu Lazhirovan keluar dari kamar, Tieeshara segera mengambil handuk dan masuk ke dalam toilet untuk membersihkan tubuh. Selepas itu, Tieeshara bergegas untuk menuju ke lantai bawah
Ketika sampai berada di ruang tengah, Tieeshara hanya mendapati Dion yang sedang berkutik dengan laptopnya. "Kak Dio"
"Tiara, sini duduk"
Tieeshara menurut, Tieeshara juga menoleh ke setiap sudut ruang untuk mencari keberadaan Lazhirovan dan Raditya. "Kak Hiro sama Kak Radit mana, Kak?"
"Kak Hiro baru aja keluar, tadi dia mau ngajak kamu tapi kamunya masih tidur. Terus kalau Kak Radit masih di kamar"
Tieeshara menganggukan kepala, walau hal itu tidak dilihat oleh Dion karena dirinya masih sibuk
"Gimana tugas matematikanya?"
Jleb. Mengapa tiba-tiba Dion bertanya seperti itu
"Gi— gimana apanya?"
"Yaa gimana? Udah dikoreksi belum? Kalau udah salah berapa?"
"Eum ... Ti— Tiara ngga tau"
"Ngga tau udah dikoreksi apa belum?atau udah dikoreksi tapi ngga tau salahnya berapa?"
"Ngga tau itu ... Apa tu ... Ngga tau udah dikoreksi apa belum. Iya, gitu maksudnya, hehe." Tieeshara tidak berbohong, toh memang begitu adanya
Mendengar gaya bicara Tieeshara membuat Dion menoleh ke samping kanan tepat Tieeshara duduk. "Beneran?"
"Iya, Kak. Udah ah Tiara laper"
Takut Dion bertanya lebih lanjut, jadi lebih baik Tieeshara meninggalkan Dion sendirian. Dion yang menyadari hal itu segera menutup laptop dan ikut makan bersama Tieeshara di meja makan
"Walaupun Kak Dio ngga tau, tapi Allah tau, Tir"
Tieeshara menggigit bibir bawah, takut berkata jujur apalagi jika Dion sampai tau bahwa Vanya telah meminta Tieeshara untuk memanggil kerabat atau salah satu keluarga untuk datang ke sekolah. Niat awal ingin bilang ke Lazhirovan ataupun Raditya, bukan malah bilang ke Dion. "Hah? Tau gimana maksudnya?"
"Kak Dio emang ngga tau apa yang lagi kamu sembunyiin, tapi Allah tetep tau"
"Tir—"
Belum sempat mengelak, namun Dion sudah menimpali. "Udah. Dari pada nambah dosa karena bohong, mending kamu diem. Kak Dio juga ngga bakal nanya lagi. Kak Dio ke sini mau makan, bukan mau interogasi kamu"
"Lagian Kak Dio malah mancing"
Tieeshara mengalah dan mulai menceritakan kejadian hari ini di sekolah
Dion menaruh nasi serta lauk pauk ke atas piring sambil mendengarkan cerita Tieeshara
"Jadi gini, tadi pagi Kenzi bilang mau pinjem tugas Tiara karena dia belum ngerjain, nah yaudah Tiara kasih aja tuh buku Tiara. Pas bel masuk, Miss Vanya suruh Kenzi keluar kelas karena dia ngaku belum ngerjain tugas dan ternyata diem-diem Kenzi ngga kumpulin tugas Tiara"
"Kok gitu?"
"Iya. Soalnya pas Kenzi keluar kelas, dia juga bawa buku Tiara"
"Buat?" tanya Dion yang mulai menyantap makanannya
"Buat nyonteklah, tadikan Tiara bilang kalau dia pinjem buku Tiara karena belum ngerjain tugas"
"Yaudah terus?"
"Terus Kak Dio tau ngga kalau gara-gara kejadian itu, Tiara jadi ikut dikeluarin dari kelas, padahal Tiara udah capek-capek ngerjain"
Dion yang mendengar hal tersebut hanya bisa menggelengkan kepala, ternyata Tieeshara masih kegolong cukup polos
"Tiara ... Kalau kamu udah tau kayak gitu, kenapa ngga bilang ke Miss Vanya aja?"
"Tiara kasian sama Kenzi, Kak. Kalau Tiara bilang nanti dia malah tambah dimarahin karena udah nyontek. Terus tadi Miss Vanya juga bilang ke Tiara, kalau besok harus ada salah satu perwakilan dari keluarga buat dateng ke sekolah, soalnya ini udah kesekian kalinya Tiara ngga ngumpulin PR"
"Astagfirullahaladzim." Dion memijat kening yang diiringi dengan ucapan istighfar karena dirinya tidak mengerti dengan pola pikir Tieeshara. "Tir, ngga gitu konsepnya. Temen si temen, tapi bukan berarti ngerelain diri demi dia. Apalagi ini menyangkut nilai"
"Yaa maaf, Kak"
"Tir, coba kamu pikir, kamu yang udah ngerjain capek-capek sampe rela telat tidur terus pas sampe di sekolah tugasnya malah dicontekin? Udah dicontekin terus malah ikut-ikutan dikeluarin dari kelas dengan alasan kasian? Kamu jadi orang jangan mau dibodohin"
Tieeshara diam menunduk sambil memainkan jari-jemarinya, tidak berani menatap kedua mata Dion. Tieeshara tau bahwa kini Dion benar-benar sedang marah
"Kamu ngga kasian sama Kak Hiro? Kak Hiro udah capek-capek kerja buat siapa kalau bukan buat kita? Kamu bersyukur bisa sekolah di tempat yang bisa dibilang biayanya ngga murah. Kamu kira worth it kalau sekolah tapi ngga menghasilkan apa-apa? Males berangkat ke sekolah, males juga ngerjain tugas, sekalinya ngerjain maunya ditunda sampe mepet ke deadline, udah gitu malah dikasih ke orang lain sampe rela buat keluar kelas. Emang kamu pikir itu keren? Yang namanya setia ke temen bukan gitu caranya, terus kalau temen ngga lulus kamu mau ikutan?" tandas Dion
"Tiara sering ngerjain tugas kok, tapi emang kalau tugas matematika aja yang jarang. Tiara mau minta tolong ke Kak Dio, tapi takut ganggu"
"Ngga usah banyak alesan. Cari tau sendiri di internetkan bisa, emang dasar kamunya aja yang ngga mau gunain itu"
Dion meneguk air mineral dan segera menyudahi makan malamnya. Dion beranjak dari kursi untuk kembali duduk di ruang tengah
Sungguh, pahit rasanya begitu mendengar pernyataan dari Dion. Walaupun Lazhirovan memiliki penghasilan yang bisa dibilang cukup besar dan jika prihal biaya pendidikan masih sebagian ditanggung oleh orangtua, namun Adik mana yang tidak tega melihat Kakaknya banting tulang dari pagi bahkan terkadang sampai larut malam? Mereka menyadari bahwa yang namanya mencari nafkah bukanlah perkara yang mudah
"Maafin Tiara, Kak." Tidak bisa dipungkiri bahwa Tieeshara telah menjatuhkan air mata karena sudah tidak sanggup untuk mendengar rangkaian kata yang dilontarkan oleh Dion
Rasanya Tieeshara ingin mengakhiri makannya, tetapi nasi serta lauk pauk masih belum habis. Sejak dulu Shirin selalu memerintahkan kepada anak-anak untuk tidak membuang-buang makanan
Tieeshara menghapus sisa-sisa air mata dan tetap melanjutkan makan walau kini sudah tidak berselera
"Assalamu'alaikum"
"Waalaikumsalam," sahut Dion dan Tieeshara dengan nada yang sedikit lebih pelan
Tidak lama setelah itu Lazhirovan masuk ke dalam rumah. "Tugasnya belum selesai?" tanya Lazhirovan kepada Dion
"Belum, Kak"
"Kak Hiro abis dari mana?" Begitu Lazhirovan berjalan menghampiri Tieeshara, Tieeshara berniat memulai percakapan lebih dulu karena tidak ingin jika Lazhirovan sampai menyadari ketidak baikan yang dialaminya
KAMU SEDANG MEMBACA
TIEESHARA
Teen FictionAku telah kehilangan cahaya bintang dari seorang laki-laki bernama Starlight. Ah tidak, bagaimana bisa aku merasa kehilangan? Memilikinya saja tidak pernah, namun apakah kehilangan hanya mengenai pasangan? Lantas bagaimana walau hanya sekedar bertem...