Selepas membaca pesan dari notifikasi, Tieeshara langsung mematikan ponsel dan ... Menangis
Beberapa detik kemudian, Tieeshara mendapat panggilan dari Dion, namun Tieeshara enggan untuk mengangkat
Sepanjang hari, Tieeshara hanya berdiam diri di kamar, hingga ketika sore mendatang, terdengar suara ketukan pintu dari arah luar
Tok ... Tok ... Tok ....
Tieeshara terpaksa membuka dan mendapati Agnesia yang sedang berdiri di depan kamar
Agnesia menyodorkan sebuah paper bag kepada Tieeshara, "Ini dari Kakak kamu." Namun Tieeshara tidak meraihnya. Dengan raut wajah yang datar, tatapan Tieeshara hanya terfokus pada kedua bola mata Agnesia
"Kenapa ngga ada yang kasih tau kalau tadi kalian pergi ke rumah Kakak Tieeshara?"
"Papah yang minta." Suara Johan muncul dari arah belakang posisi Agnesia berdiri
"Kenapa?"
"Dari hari pertama kamu tinggal di sini, Papah udah ngerencanain ini semua, tapi rencana tersebut sempet Papah batalin, tapi makin lama, kamu malah terus-terusan nanyain mereka. Papah juga sengaja ngga ajak kamu, kalau kamu diajak ke sana, nanti yang ada malah semakin susah untuk lepas. Selain itu, Papah juga mau ngelarang kamu untuk bertukar pesan dengan mereka"
"Terus apa hubungannya sama Kyra yang harus tinggal bareng sama Kakak-Kakaknya Tieeshara?"
"Papah pikir, kamu sama mereka kayaknya sama-sama susah pisah, daripada terus-terusan kayak gitu, mending Papah suruh Kyra buat gantian tinggal di sana, biar ada pengganti kamu," jelas Johan. "Kalau Kyra di sini, kamu juga bakal terus gangguin dia"
"Papah jahat. Tieeshara udah bilang, ini ngga seberapa dibanding perlakuan Mama Agnes yang udah ganggu rumah tangga Papah sama Mama Shirin. Hal tersebut berdampak untuk Tieeshara dan Kakak-Kakak"
"Jahatnya Papah dimana? Papah ngelakuin itu buat anak-anak Papah"
"Papah selalu mengambil keputusan secara sepihak tanpa harus diomongin terlebih dahulu, Papah ngga pernah ngerti sama kemuan anak-anaknya, Papah selalu merasa kalau apa yang ada dipikiran Papah adalah bener"
"Cuma karena Papah ngga kasih izin untuk menghafal Al-Qur'an, kamu jadi menyangkut pautkan?"
"Jelas. Pah, Tieeshara udah gede. Seenggaknya tolong hargain pendapat Tieeshara. Denger alesan Tieeshara aja, Papah ngga mau"
"Kamu juga egois, Tieeshara. Kyra juga Adik dari Kakak-Kakak kamu, tapi kamu ngga suka hal itukan?"
"Papah tau, kenapa Tieeshara ngga suka berbagi Kakak? Karena Tieeshara pernah ngerasain, gimana rasanya orang yang Tieeshara sayang diambil sama orang lain. Pah, Mama Agnes udah ambil Papah dari Mama Shirin besarta anak-anaknya, gara-gara Mama Agnes juga, Tieeshara tumbuh tanpa kehadiran Papah." Tieeshara menjeda ucapan sambil menetralkan pernapasan. "Papah Eza juga udah ambil Mama Shirin dari Tieeshara beserta ketiga Kakak-Kakanya Tieeshara. Sejak itu, Tieeshara cuma tinggal bareng sama Kakak-Kakak. Sekarang, mereka juga mau diambil sama Kyra? Terus siapa yang bakal jadi milik Tieeshara tanpa harus berbagi?" Tieeshara menarik napas lalu menghembuskannya secara perlahan.
"Kadang Tieeshara bingung harus pilih tinggal sama Papah atau Mama, jadi Tieeshara lebih pilih jalan tengah, yaitu Kakak. Mereka pengganti untuk kedua orangtua Tieeshara, mereka rumah baru Tieeshara, Tieeshara ngga ngebiarin rumah itu ditempati oleh penghuni lain selain Tieeshara. Please, orangtua Tieeshara udah diambil sama orang lain, jadi Tieeshara ngga mau kalau mereka juga diambil. Kalau rumah Tieeshara yang satu ini juga diambil, terus kemana Tieeshara harus pulang?"
"Kalau Kyra ngga ada, Papah juga bakal tetep berbagi kasih sayang untuk kamu dan ketiga Kakak-Kakak kamu"
"Tapi beda, Pah. Ini masalahnya Kyra terlahir dari perempuan lain selain Mama Shirin"
"Walaupun begitu, kamu tetep anak Papah, Tieeshara ..."
"Sekarang Papah baru bilang begitu, dulu kemana? Kenapa Papah ninggalin Mama Shirin beserta kami selaku anak-anak Papah? Cuma demi perempuan murahan itu?" Tunjuk Tieeshara ke arah Agnesia
"Jaga omongan kamu!" bentak Johan
"Emang Papah pikir, Tieeshara peduli? Ngga. Mungkin Tieeshara salah karena udah bersikap ngga sopan terhadap orangtua Tieeshara, tapi sikap Tieeshara kebentuk karena perlakuan Papah sendiri. Tieeshara ngga akan jaga omongan karena dulu Papah ngga pernah jaga perasaan kita"
Tieeshara bergegas kembali masuk ke dalam kamar lalu menguncinya, Tieeshara baru ingin keluar kamar ketika malam hari telah tiba
Tieeshara menuruni anak tangga untuk menuju dapur yang letaknya berada di lantai bawah
Tieeshara membuka rak, yang ternyata masih terdapat berbagai macam lauk pauk, namun Tieeshara lebih memilih untuk merebus mie instan yang telah ditemuinya di rak sebelah
Ditengah merebus mie instan, Tieeshara menoleh kesana-kemari agar dirinya dapat mengirim sebuah pesan kepada seseorang
: Tieeshara Tusalwa
Assalamu'alaikum
Kak Radit, Kak Radit udah makan belum?
Kalau belum, mau makan mie bareng Tiara ngga? Tiara lagi masak mienya nih. Makan bareng, yuk! Secara virtual aja. Nanti kalau ketauan Kak Hiro, bilang aja disuruh sama Tiara. Lagiankan sekarang Kak Radit udah ngga makan mie instan sesering waktu ituTieeshara menaruh ponsel di atas meja, lalu memutar tubuh untuk mengangkat mie dan meletakkan di atas piring
Tieeshara menarik salah satu kursi yang berada di ruang makan kemudian mendudukkan diri
Tieeshara kembali membuka ponsel untuk melihat balasan dari Raditya, namun Raditya masih belum membalas
Tieeshara meletakkan tangan di bawah dagu, Tieeshara tidak akan makan sebelum mendapat balasan pesan notifikasi dari Raditya
"Tieeshara"
"Apa???" jawab Tieeshara tanpa menoleh ke arah sumber suara
"Kenapa belum dimakan?"
Tieeshara hanya menggelengkan kepala
Agnesia duduk di hadapan Tieeshara tanpa mendapat jawaban. "Kenapa makan mie? Di dalem rak, masih ada lauk loh"
"Apa urusannya denganmu? Lagi pula salah satu Kakak Tieeshara ada yang menjadikan mie sebagai makanan favorit"
"Jadi?"
"Tieeshara kangen, biasanya jam segini Kakak Tieeshara yang satu itu suka minta untuk masakin mie"
"Terus kenapa mienya belum dimakan?" tanya Agnesia masih dengan pertanyaan yang tadi telah dilontarkan
"Ck! Tieeshara lagi nunggu Kak Radit, tadi udah ngechat untuk ngajak makan mie bareng, tapi ...." Tieeshara menghela napas. "Belum dibales." Seketika Tieeshara langsung tersadar. "Eh, eum .... Maksudnya—"
"Ngga papa kok, Mama juga ngga bakal laporin ke Papah"
Agnesia berdiri untuk mengambil nasi beserta lauk pauk dan kembali duduk di tempat semula. "Gimana kalau Mama aja yang temenin kamu makan? Mau?"
Pencitraan mode on. Oke, gue ikutin aja alurnya, batin Tieeshara
Tieeshara membatalkan niat untuk tidak makan sebelum Raditya membalas. "Tieeshara, maafin Mama dan Papah mengenai keputusan kami untuk memerintah Kyra supaya tinggal bersama dengan Kakak-Kakak kandung kamu, terlebih tanpa bilang terlebih dahulu"
"Kenapa Mama setuju? Emang Mama mau tinggal berjauhan sama anak kandung Mama?"
"Sebenernya ngga mau, tapi Mama berusaha untuk menuruti keputusan yang udah Papah buat. Lagian sekarang juga udah ada kamu di sini, Mama mau anggep kamu sebagai anak kandung Mama sendiri. Mama percaya, kalau Kakak-Kakak kamu bisa jaga Kyra sebagaimana dia jaga kamu"
Dada Tieeshara mendadak sesak
KAMU SEDANG MEMBACA
TIEESHARA
Teen FictionAku telah kehilangan cahaya bintang dari seorang laki-laki bernama Starlight. Ah tidak, bagaimana bisa aku merasa kehilangan? Memilikinya saja tidak pernah, namun apakah kehilangan hanya mengenai pasangan? Lantas bagaimana walau hanya sekedar bertem...