Mendengar penuturan dari Raditya, seketika seluruh anggota keluarga menjadi diam
"Maaf, sayang. Waktu itu kami udah kasih tau alasannya, jadi tolong harap maklum, ya. Walaupun demikian, do'a dan dukungan juga ngga akan pernah terputus untuk kamu"
Raditya membuang pandangan ke arah sembarang
"Dulu disaat Kak Radit mau ujian, semua pasa sibuk yang ada malah Kak Radit yang repot ngurusin Tiara yang juga mau berangkat sekolah. Udah mau ujian ditambah Tiara yang rewel"
"Maafin Tiara, Kak"
"Dahlah"
"Lo iri, Dit?" tanya Dion iseng dengan menyunggingkan senyum
"Gue agak kesel, gue minta do'a aja ngga ada satupun anggota keluarga yang mengaktifkan sosial media. Ngga perlu bales pesan panjang lebar dengan rangkaian kata yang manis ditambah emoticon sekebon, ngga perlu juga ngebales panggilan telepon, cukup ngetik singkat buat mengaamiinkan apa susahnya si? Aamiin, satu kata aja kok, emang berat banget, ya? Kalau emang seberat itu, cukup baca pesan dari notifikasi dan mengaamiinkan di dalem hati ngga bisa juga? Ini masalahnya semua pada off. Udah sampai coba beli pulsa untuk kirim SMS, tetep ngga ada jawaban"
"Pas dinyatakan kompeten, Kak Hiro langsung kirimin hadiah dari luar negeri buat lo karena pada saat menjelang ujian sampe hari H, Kak Hiro lagi ada kerjaan di sana"
Tanpa menanggapi ucapan Dion, Raditya memutuskan untuk pergi
"Tumben banget dia begitu, biasanya cuek-cuek aja"
"Mama ngewajarin banget kok, beberapa bulan sebelum ujian, Mama udah sempet nawarin Radit mau hadiah apa, dia bilang ngga mau apa-apa kecuali do'a. Ehh pas beberapa hari menjelang hari H Mama sama Papah lupa kalau Radit ujian karena adanya kesibukan, apalagi dulu Mama masih kerja. Yaa emang do'a kami selalu menyertai kalian bahkan dari jauh-jauh hari, tapi lagi-lagi Mama ngerti keadaan Radit. Mama nyesel dan Mama mau berlaku adil, yang mana Mama juga mau kalau kalian terlebih lagi Hiro selaku anak sulung bisa jadi Kakak yang adil untuk adik-adiknya," jelas Shirin
"Hiro juga nyesel, Ma. Waktu menjelang Radit ujian, Hiro lagi di luar negeri karena ada urusan pekerjaan. Perbedaan waktu yang cukup jauh ngebuat Hiro lengah. Di sini udah pagi, sedangkan di negara yang Hiro kunjungi masih malem"
Dion menggarukkan kepala. "Duh, kesalahan ada di Dio si kayaknya. Kalian sibuk kerja, bukannya Dio yang ada buat tuh anak, eh yang ada malah malem harinya Dio nongkrong di cafe dan ngga langsung pulang karena nginep di kos-kosan temen, balik-balik siang, itu juga udah ngeliat Radit pulang sekolah. Eum ... Ngomong-ngomong selama semester akhir, Dio udah lama ngga ngumpul bareng mereka"
"Udah dulu, ya. Mama mau nyiapin makan malem, kalian istirahat terlebih lagi kamu Tiara yang besok mau ujian"
"Malem ini Tiara tidurnya mau ditemenin"
"Tiara sebentar lagi udah mau lulus sekolah, harus belajar lebih mandiri," pesan Shirin sebelum mengakhiri panggilan, pesan yang sering kali diingatkan oleh anggota keluarga yang lain
Tieeshara menoleh ke arah Lazhirovan dan Dion secara bergantian. "Kak ..."
Sambungan video call telah terhenti, Tieeshara mematikan serta menutup laptop untuk masuk ke dalam kamar yang diikuti oleh Lazhirovan beserta Dion
Terlepas menaruh laptop di atas meja belajar, ia menyempatkan diri untuk pergi ke toilet, selepasnya ia berlari hingga sampai di atas kasur yang kemudian segera merebahkan tubuh. Lazhirovan duduk di bagian tepi sebelah kanan, sedangkan Dion duduk di atas kasur bagian kiri dengan menyenderkan punggung dan kepala ke headboard
"Nanti kalau kalian mau keluar kamar, lampunya tolong dimatiin kayak biasa ya, Kak"
"Iya. Oh ya, besok mau dianter sekolah lagi ngga?" tawar Lazhirovan
"Maaauuu"
"Kak Dio ikut deh"
"Gimana caranya? Sehabis anter Tiara sekolah, Kak Hiro langsung berangkat kerja"
"Tiara tetep di dalem mobilnya Kak Hiro aja, Kak Dio juga bawa mobil, nanti abis anter kamu langsung ke kedai"
Tieeshara jadi teringat kejadian dua tahun yang lalu. Kala itu, sebelum berangkat ke sekolah, Tieeshara melihat raut wajah cemas Raditya dengan tidak henti-hentinya menatap ke arah layar ponsel
"Kak Radit lagi apa si? Dari tadi ngeliatin handphone terus?" tanya Tieeshara sambil memasukkan peralatan sekolah ke dalam tas
"Dari semalem masih nunggu balesan chat dari Mama, Papah, Kak Hiro, sama Kak Dio"
"Sambil nunggu bisa tolong cariin toko yang jual makanan yang semalem?"
"Ngga bisa?"
"Kenapa?"
"Keburu telat"
"Kak Radit, pleaselah ... Semalem Tiara ngga sempet makan makanan itu, jadi sekarang Tiara mau gantinya. Kalau Kak Radit ngga mau cariin toko yang jual makanan tersebut, Tiara juga ngga mau masuk sekolah"
"Astagfirullah, tolong ngerti dong Tiara! Jangan apa-apa maunya dingertiin, tapi ngga mau ngertiin kondisi orang lain. Pagi-pagi begini belum ada toko yang ngejual makanan itu. Udah si makan yang udah tersedia di meja makan aja. Lagian hari ini Kak Radit mau ujian, ngga sempet kalau harus keliling cari apa yang kamu kamu, belum tentu juga udah buka"
"Nyenyenye," ledek Tieeshara. "Yaudah beli via online aja"
"Udah dibilang belum tentu udah buka"
"Kalau gitu tolong untuk masak frozen food yang ada di kulkas," kekeuh Tieeshara seraya berdiri dari kursi depan meja makan kemudian berjalan mendekat ke arah kulkas. "Ini Kak Radit, tolong masakin fish stick sama tempura," lanjutnya dengan menunjukkan kedua frozen food
"Kak Radit bilang, makan yang udah tersedia di meja makan aja!"
"Ngga mau!!! Kak Radit masakin dulu!"
"Masak sendiri ngga bisa, hah?"
"Ngga, maunya dimasakin. Kak Radit ngga liat ini Tiara masih siapin peralatan yang harus dibawa ke sekolah"
"Makanya siapin dari semalem biar pagi-pagi ngga perlu repot. Udah dibilang, Kak Radit mau ujian jadi datengnya harus lebih awal"
"Yaudah cepetan, Kak Radit sendiri yang bikin lama"
Raditya memejamkan mata kemudian menarik napas serta menghembuskannya secara perlahan. Raditya berjalan cepat ke arah Tieeshara yang masih berdiri di depan kulkas, ia mengambil alih kedua frozen food yang berada di genggaman tangan Tieeshara dengan paksa
Dengan gerakan cepat, Raditya memulai untuk memasak. Setelah menunggu minyak panas, Raditya memasukkan frozen food, namun tanpa disengaja tangannya terciprat oleh minyak. "Aw"
Tieeshara berlari menghampiri. "Kak Radit, sorry, ya. Coba sini Tiara liat." Baru saja Tieeshara meraih tangan Raditya, laki-laki tersebut langsung menepis
Selepas Raditya menyuguhkan frozen food yang sudah dimasak kepada Tieeshara, ia kembali bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah. "Mau berangkat bareng ngga? Kalau mau cepetan!"
"Kalau makan ngga boleh cepet-cepet tau, nanti kalau Tiara tersedak gimana?"
"Yaudah berangkat sendiri!"
KAMU SEDANG MEMBACA
TIEESHARA
Teen FictionAku telah kehilangan cahaya bintang dari seorang laki-laki bernama Starlight. Ah tidak, bagaimana bisa aku merasa kehilangan? Memilikinya saja tidak pernah, namun apakah kehilangan hanya mengenai pasangan? Lantas bagaimana walau hanya sekedar bertem...