98 • Pengecut

8 0 0
                                    

"Tetep di sini tanpa Kak Radit aduin," jawab Tieeshara atas pilihan yang telah diberi oleh Raditya

"Kak Radit cuma kasih dua pilihan, cepetan pilih atau Kak Radit paksa untuk pergi sekarang juga?!"

"Ngga mau," kekeuh Tieeshara melipat tangan di dada sambil memasang wajah cemberut

"Lama, cepetan pilih!"

"Ngga mau semuaaa"

"Oke"

Raditya meraih tangan Tieeshara. Tieeshara memohon untuk dilepaskan, namun tidak digubris olehnya sampai mereka tiba di rumah kos. Masih dengan gerakan tergesa-gesa, Raditya membuka lemari, mengeluarkan koper berwarna merah jambu, dan memasukkan pakaian milik Tieeshara ke dalamnya

"Kak Radit, tolong jangaaannn!"

Raditya masih tidak menggubris

Tieeshara terduduk di lantai sambil memeluk salah satu kaki Raditya. "Kak Radit maaaafff, Tiara mohon berhenti, Tiara masih mau di sini"

"Kaak Radiitt, please ..."

"Tiara tadi cuma bohong-bohongan"

"Kak Radit denger ngga si?!"

"Kakkkk"

"KAK RADITTT, TIARA BILANG BERHENTI!"

Raditya menarik kakinya dengan paksa hingga terlepas dari pelukan Tieeshara, kemudian ia kembali memasukkan pakaian ke dalam koper

Tangis Tieeshara semakin pecah. "KAK RADIIITT BERHENTIII. TIARA NGAKU SALAAHH, TIARA NGAKU KALAU APA YANG TADI KAK RADIT TEBAK ADALAH BENER. TIARA CUMA LAGI CARI PERHATIAN KE KAK RADIT, TIARA NGGA BENER-BENER MAU BERLAKU SEPERTI APA YANG UDAH TIARA BILANG"

"Kalau ngomong dipikir dulu, gimana kalau laki-laki itu beneran kabulin ajakan kamu, hah?!"

"Maaf, Kak. Ampun ..."

Raditya berjongkok, mensejajarkan posisinya dengan Tieeshara. "Kalau kamu masih mau tetep di sini, siapa yang bisa memastikan keadaan kamu baik-baik aja setelahnya?"

Tieeshara tidak dapat menjawab, bibirnya bergetar hebat dan hanya terdengar suara isak tangis

Tangis Tieeshara terjeda tatkala suara deringan ponsel terdengar. Raditya kembali meraih ponsel, melihat ke arah nama yang terpampang di layar kaca, kemudian menekan tombol speaker tanpa mendekatkan ponsel ke daun telinga. "Tadi maksud lo ada laki-laki kepedean apaan, Dit?"

Raditya menatap tajam ke arah Tieeshara. Masih dengan air mata yang tidak kunjung berhenti, Tieeshara menggelangkan kepada sambil membekap mulut agar suara isak tangis tidak terdengar

"Iya, itu ..."

Kini Tieeshara merekatkan kedua telapak tangan dengan masih memberi gelengan kepala

"Iya, apaan?! Ada yang lo tutupin dari gue? Atau maksudnya ada laki-laki kepedean yang berani deketin Tiara?" tebak Dion dari arah sebrang sana

Raditya tidak menjawab

"Oke kalau gitu, sekarang gue OTW ke sana"

TIEESHARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang