89 • Teman Hijrah atau Teman Hidup?

8 1 0
                                    

"Ngga Tiara, udah yuk tidur"

"Ngga papa kali kalau suka. Haqqon bantu untuk ngajar anak kecil ngaji sore, jadi pasti karena alasan seringnya ketemu sama dia yang ngebuat lo suka? Beda sama santriwan," tebak Tieeshara

"Ngga, Tiara ... Yaudah aku tidur duluan, ya," kata orang tersebut mengakhiri obrolan. "Walaupun ada santri yang rela tidur larut malem bahkan sampai ngga tidur sama sekali demi target hafalan, tapi saran aku, kita harus tetep menjaga kesehatan, salah satunya dengan cara tidur yang cukup. Tenang, kalau mondok di sini masih bisa wisuda tahfiz dengan waktu yang ditentukan, tapi itu juga ada sesi-sesinya, misal beberapa bulan sekali, ngga diwajibkan untuk menghafal dalam rentang waktu sekian-sekiannya kok"

"Iya. Oh ya, bentar, nama lo siapa?"

"Myesha Natusha Darmendra"

"Gue panggil lo dengan sebutan apa?"

"Shasha"

"Oke. Sweet dream, Sha"

Keesokan harinya, setelah melaksanakan shalat subuh, Tieeshara kembali menyetorkan hafalan seperti biasa, namun sambil menunggu giliran, ia kembali menghafal. Dilanjut dengan sesi kedua, yakni terlepas melaksanakan shalat dzuhur

"Tiara, ada yang datang untuk menemui kamu," kata salah seorang guru memberi tahu

Tieeshara pergi ke ruang tunggu, lalu mendapati seseorang yang sedang terduduk membelakangi dengan punggung yang sedikit dibungkukkan

Deheman yang dikeluarkan oleh Tieeshara membuat orang tersebut mematikan ponsel dan menoleh

"Baru sehari loh, udah kangen aja," ledek Tieeshara seraya duduk di hadapan orang tersebut

"Bukan cuma Kak Dio, melainkan Kak Hiro, Kak Radit, bahkan sampai temen Tiara juga. Nih ambil," pinta Dion memberi kode dengan menggunakan arahan kedua mata. Tieeshara mengikuti arah pandang tersebut, ternyata sebuah tas jinjing yang tergeletak di atas meja tepat di hadapan Dion dan Tieeshara

"Ayo dong dibuka"

Otak Tieeshara memutar memikirkan maksud Dion tadi sambil mengikuti instruksi untuk segera membuka. Ternyata tebakkannya tepat pada sasaran, namun seketika gerakkan tangan terhenti tatkala menyadari bahwa tulisan dari berbagai macam snacks bukan berasal dari negara kelahiran ataupun tempat tinggal, melainkan ... "Dari siapa???"

"Ho"

Tiba-tiba tubuh seakan terasa membeku

"Dia udah sampai ke negera yang mau dituju??? Alhamdulillah ..."

"Luar biasa, baru menginjakkan kaki ke negara orang, pikirannya langsung tertuju kepada Tiara," lontar Dion sambil beberapa kali menepuk tangan

Tieeshara memejamkan mata yang diiringi dengan lirihan di dalam hati. Ya Allah, Tiara takut. Bukan, bukan takut Kak Dio marah, melainkan takut Engkau

Tieeshara merogohkan tangan ke dalam tas jinjing dengan harapan dapat menemukan sesuatu. "Dapeeet"

Dengan cepat, Tieeshara mulai membuka surat dan membacanya. "Assalamu'alaikum. Beberapa hari setelah sampai ke negara tempat gue menuntut ilmu, nyokap memerintah supaya pergi ke supermarket untuk membeli kebutuhan sehari-hari, terus pas lagi mengitari seisi tempat tersebut, langkah gue terhenti karena ngeliat ada berbagai macam snacks yang terjajar rapi di rak. Ngga tau kenapa tiba-tiba jadi keinget lo yang suka makanan itu, alhasil gue membeli beberapa dan menitipkan kepada keluarga lo, ternyata lo sendiri udah tinggal di asrama. Semoga hadiah kecil dari gue ini bisa menjadi salah satu alasan untuk semangat menghafal Al-Qur'an. Maaf, Tir. Gue minta untuk jangan pernah berhenti untuk menuju surgaNya, tapi justru malah gue sendiri yang seakan membuka celah untuk masuknya jalan maksiat. Naudzubilahmindzalik. Ngga ada maksud apapun selain mau lo tetap berada di jalanNya." — Ahmad Baaqir Ho Mufadhal Athaillah

TIEESHARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang