Melihat wajah Lazhirovan yang tampak cemas, membuat Raditya segera menghampiri. "Kak, kenapa? Sakit?" tanya Raditya lalu mengambil alih sapu yang berada di genggaman tangan Lazhirovan. "Gue anterin ke kamar, ya? Nanti biar gue yang ngelanjutin sendiri"
Sesampainya di kamar Lazhirovan, Raditya membantu Lazhirovan untuk duduk di atas kasur lalu mengambilkan minum. "Tenang dulu, Kak"
Selang beberapa menit kemudian, setelah Raditya rasa keadaan sudah mulai membaik, ia baru kembali bertanya. "Lo kenapa? Sampe sekarang masih terus mikirin Kak Dio, ya? Insyaallah Kak Dio baik-baik aja, mungkin tadi dia lagi nyalurin rasa sedihnya, jangan terlalu dipikirin nanti GERD lo ikutan kambuh"
Seluruh anggota keluarga termasuk Raditya sendiri sangat mengatahui bahwa tatkala gangguan kecemasan (anxiety) yang dialami oleh Lazhirovan sedang kambuh, kecemasan tersebut dapat memicu serta memperburuk penyakit asam lambung (GERD). Salah satu penyebab yang Raditya ketahuan mengapa anxiety dan GERD saling berhubungan adalah karena stres dan kecemasan dapat memicu ketegangan otot, termasuk otot di sekitar perut. Hal itu dapat meningkatkan tekanan pada organ dan mendorong asam lambung. Begitu juga sebaliknya, GERD juga rentan membuat penderitanya mengalami stres hingga menyebabkan gangguan kecemasan
Hari sudah semakin sore, baru saja Dion membuka pintu kamar berniat untuk keluar, ia sempat mendapati Tieeshara yang berjalan melewati dirinya sambil menunduk tanpa sepatah kata. Dion sempat terpaku dan matanya mengikuti langkah kaki Tieeshara, ia mengangkat kedua bahu seolah tidak peduli lalu menuruni anak tangga. "Dio, makan dulu, yuk? Mama udah masak loh"
Dion tidak menanggapi ajakan Shirin, ia keluar rumah, masuk ke dalam mobil yang belum sempat dimasukkan ke dalam bagasi, dan melajukan kendaraan tersebut tanpa arah tujuan. Hingga berhentilah Dion di sebuah bukit yang lumayang cukup tinggi, ia keluar dari mobil lalu pergi ke tempat tersebut
Kaki Dion terhenti di penghujung bukit tersebut, tangannya yang dimasukkan ke dalam saku celana, serta pandangannya yang menatap kosong ke arah depan
"Dio," panggilan tersebut sama sekali tidak membuat Dion menoleh ke arah belakang
"Gue mau ngomong sebentar boleh?"
Dion tidak menjawab namun orang tersebut tetap melanjutkan perkataan. "Kita emang belum sempet kenalan, tapi gue yakin kalau diantara kita udah saling tau nama masing-masing," ucap orang tersebut sambil berjalan beberapa langkah ke depan untuk mensejajarkan posisinya dengan tubuh Dion kemudian ia mengulurkan tangan. "Gue Valdy Afkar dan ini Jeno sepupu Ferolin dan Gansal. Gue baru pulang dari rumah Raina, diperjalanan pulang gue ngeliat mobil yang sempat terparkir di halaman rumahnya, yang gue yakini bahwa mobil tersebut adalah mobil milik keluarga lo. Setelah memastikan yang membawa mobil itu adalah lo, gue langsung cepet-cepet menghubungi Jeno untuk dateng ke sini"
Dion termenung tatkala mendengar nama yang sudah tidak asing bagi pendengarannya, secara perlahan Dion menoleh ke arah samping. "Ferolin? Gansal?" kaget Dion tanpa membalas uluran tangan dari seseorang yang mengaku bernama Valdy
"Iya, lo masih inget mereka?" tanyanya setelah memutuskan untuk menjatuhkan tangan ke bawah
"Manusia bajingan yang memfitnah bahkan hampir memperkaus Adek gue!" Seketika Dion langsung merampas kerah kemeja Jeno. "Di— Dio, tolong lepasin tangan lo dari kerah kemeja gue, di sini gue cuma mau ngomong baik-baik"
"Mau lo apa?!"
"Tolong lepasin dulu"
Dion menuruti permintaan tersebut. "Cepet jawab lo mau apa!"
"Pada saat lo ke rumah Ferolin untuk ngelabrak dia dan Gansal, kebetulan lagi ada acara keluarga, tapi gue baru dateng di malem harinya. Mereka cerita kalau Ferolin hampir diperkaus sama lo, terus ada Gansal yang seakan jadi pahlawan kesiangan. Gue yang ngedenger cerita miris itu seketika langsung emosi dan berniat untuk bales dendam. Mereka juga kasih foto lo ke gue, ternyata lo adalah pacar pertama dari ceweknya temen gue, Valdy. Gue mempergunakan peluang itu untuk membales dendam dengan cara memberikan pilihan kepada Valdy sebagai selingkuhannya Raina. Pilihan tersebut adalah harus gue sendiri yang memperkaus Raina sebagaimana lo yang hampir memperkaus Ferolin atau biar Valdy sendiri yang ngajak Raina untuk berhubungan badan. Awalnya Valdy nolak kedua pilihan tersebut tapi gue terus mendesak dia sampe mau tanpa menceritakan alasan kepada Raina. Dan pada akhirnya gue mendengar kebenaran dari mulut keluarga yang menyaksikan kedatangan lo waktu itu bahwa ternyata Ferolin dan Gansal udah bohongin gue, yaa ... cerita itu ngga bener semua, mereka udah membalikkan fakta seolah mereka yang jadi korban. Apapun alasannya, sekarang gue nyesel karena udah kemakan emosi sampe akhirnya ngga nyari kebenarannya dulu," jelas Jeno
"BIADAB! BENER-BENER KELUARGA BIADAB," pekik Dion seraya melayangkan tinjuan tepat mengenai rahang Jeno. Jatuhnya tubuh Jeno ke tanah tidak membuat Dion memberhentikan aksinya. "Dio, tolong berhenti! Gue tau gue salah dan gue mengakui itu"
Melihat Dion yang masih melayangkan tinjuan kepada Jeno, membuat Valdy mengehentikan aksi tersebut. "Berhenti Dio! Yang udah berhubungan badan dengan Raina adalah gue walaupun atas permintaan Jeno"
"ORANG KAYAK LO BERDUA HARUS DIKASIH PELAJARAN ATAU KALAU PERLU MATI AJA SEKALIAN." Dion masih terus menggepalkan tangan kuat-kuat, namun kali ini ia bersiap untuk memberi tinjuan di bagian perut Valdy. Begitu Dion melayangkan tinjuan kepada Valdy, ia sudah mulai merasakan kesakitan, namun dirinya tidak meminta kepada Dion untuk berhenti karena menurutnya, tinjuan ini sudah sepatutnya ia dapatkan terlebih jika mengingat seberapa sakitnya Dion tatkala mengetahui bahwa dirinya telah diselingkuhi oleh sang kekasih bahkan sudah sampai berhubungan badan di belakang
Kini giliran Jeno yang memberhentikan aksi Dion kepada Valdy, Valdy justru menolaknya. "Bi— biarin Dio ngeluapin kekesalannya, gue emang salah!"
"Tapi ini semua atas permintaan gue, Valdy. Dio, gue mohon cukup! Untuk menebus kesalahan, gue mau bertanggung jawab dengan cara memberikan modal kepada Valdy dan Raina untuk membiayai pernikahan mereka. Coba pikir, kalau seandainya Valdy mati di tangan lo, terus siapa yang bisa bertanggung jawab untuk menikahi mantan pacar serta tunangan lo itu? Lo sendiri gitu? Hah? Kasian calon anaknya mereka! Biarin mereka bahagia membangun keluarga kecil walaupun dimulai dengan cara yang salah dan semoga dengan kesalahan itu mereka bisa sama-sama saling memperbaiki diri untuk menjadi lebih baik," kata Jeno kepada Dion yang masih terus menghantam perut Valdy
Walau hatinya terasa sakit mendengar perkataan Jeno, akhirnya Dion memilih untuk memberhentikan aksi lalu berkata, "Tepati janji lo berdua! Valdy yang mau bertanggung jawab dengan cara menikahi Raina sedangkan lo Jeno, yang membiayai semua pernikahan mereka berdua!"
Di hari yang sudah mulai gelap, Dion baru memutuskan untuk pulang ke rumah. Baru saya membuka pintu, Dion sudah dikejutkan oleh anggota keluarga yang sudah menunggunya di ruang tamu
"Dio"
Melihat Lazhirovan yang sedang terduduk di salah satu sofa dengan menampakkan wajah cemas, Dion segera berlari kemudian berjongkok untuk memeluknya. "Maaf, Kak. Maaf udah bikin khawatir"
Lazhirovan melepas pelukan tersebut. "Ada Papah, Mama, Radit, sama Tiara yang khawatirin lo juga"
Mata Dion membagi pandangan kepada setiap orang yang sudah Lazhirovan sebut, "Maaf, Dio udah bikin kalian khawatir"
Ketika mata Dion berhenti di wajah Tieeshara, Tieeshara langsung menunduk sambil memainkan jari-jemari
Dion kembali mengalihkan pandangan ke arah Lazhirovan yang sudah menatap wajahnya dengan sangat lekat, dirinya yang ditatap seperti itu seolah sudah mengetahui terkait apa yang sedang Lazhirovan pikiran. "Gue baik-baik aja, Kak"
"Baik-baik aja gimana? Ini muka lo kenapa pada lebam?"
KAMU SEDANG MEMBACA
TIEESHARA
Teen FictionAku telah kehilangan cahaya bintang dari seorang laki-laki bernama Starlight. Ah tidak, bagaimana bisa aku merasa kehilangan? Memilikinya saja tidak pernah, namun apakah kehilangan hanya mengenai pasangan? Lantas bagaimana walau hanya sekedar bertem...