18 • Teman Cerita

50 6 0
                                    

Benar saja, detik itu juga, Tieeshara segera melipat kertas menjadi lebih kecil agar muat jika diselipkan di casing ponsel

Sepulang sekolah, Tieeshara langsung masuk ke dalam kamar lalu mengunci pintu. Sampai malam hari tiba, Tieeshara masih belum ingin keluar

Lazhirovan mencoba untuk pergi ke kamar Tieeshara, namun tempat itu sangatlah sepi, seperti tidak berpenghuni. Tieeshara yang mendengar ketukan dan panggilan dari luar, membuat dirinya segera menghapus sisa-sisa air mata dan beranjak dari tempat tidur untuk membukakan pintu. "Tir?"

"Iya, Kak?"

Lazhirovan memperhatikan wajah Tieeshara. "Tiara lagi ngga kenapa-kenapakan?" Tieeshara membalas dengan anggukan kepala, tapi tidak membuat Lazhirovan percaya

Tieeshara yang ditanya seperti itu semakin membuat dirinya ingin kembali menangis. Lazhirovan membawa Tieeshara ke dalam pelukan, lalu masuk ke dalam kamar. Lazhirovan membiarkan Tieeshara menumpahkan semua rasa yang sedang dialami, tidak peduli bahwa kini bajunya telah basah

Lazhirovan akan bertanya dikala tangisan Tieeshara sudah mulai mereda. "Sebelumnya Kakak mau tanya dulu, menurut Tiara, Kakak perlu tau terkait apa yang lagi Tiara rasain atau ngga?"

Tieeshara menganggukan kepala

Tieeshara rasa, sepertinya dirinya memang harus bercerita, tetapi tetap, bercerita kepada Tuhan harus tetap dinomorsatukan

Tieeshara mulai menceritakan mengenai kejadian hari ini, kejadian tidak terduga yang membuat dirinya terluka

"Bener-bener ngga nyangka. Padahal cuma berawal dari permainan," komentar Lazhirovan

Beberapa tahun yang lalu. Tieeshara, Kalina, dan Kenzi bermain truth or dare, saat itu bagian Kenzi yang harus memilih karena pilihan Kenzi jatuh kepada dare, maka Kalina memintanya agar Kenzi dapat menjadikan Zigit sebagai sang kekasih

Tieeshara juga ikut membantu dengan cara meminta langsung kepada Zigit agar laki-laki itu mau menerima Kenzi. Awalnya Tieeshara pikir ini hanya permainan, jadi tidak mungkin mereka sampai terhanyut oleh perasaan, namun ternyata dugaannya salah

"Terus makin lama, Tiara jadi cemburu deh"

"Lagian ada-ada aja. Masa Tiara yang bantu mintain, tapi Tiara juga yang cemburu?"

"Ish, iya. Kak Hiro tau ngga si? Selain kasian sama Kenzi, Tiara juga sekalian mau ngetest Zigit. Kira-kira kalau Tiara bantu mintain langsung, Zigit mau atau ngga? Tapi ternyata dia mau"

"Yaa maulah, namanya juga dipinta"

"Iya sih. Tiara kira kalaupun mereka pacaran, mereka ngga bakal baper, ngga bakal pacaran sampe lama juga, soalnya dulu mereka biasa-biasa aja gitu, ngga kayak orang pacaran, tapi ternyata makin lama jadi kayak orang pacaran beneran"

"Dasar anak kecil. Kelakuan cewek emang gini, serba salah, ngga ngerti maunya apa"

"Itukan dulu, Kak. Sekarang si Tiara udah gede"

"You're always be my little sister"

Tieeshara refleks memukul lengan Lazhirovan. "Sakit dong, Tir. Kebiasaan"

"Tapi, Kak ..."

"Kenapa?"

"Tiara kesel banget pas Kalin nuduh yang ngga-ngga. Tiara akuin, kalau Tiara emang seneng pas tau alesan Zigit putusin Kenzi. Bukan karena mau berbahagia di atas penderitaan orang lain, melainkan karena Tiara kagum sama pendirian Zigit untuk ngelakuin itu karena Allah. Ini juga ngga ada sangkut pautnya sama Tiara yang kepengen pake hijab. Tiara mau pake hijab karena mau taat, bukan karena mau deket sama Zigit lagi. Kalin juga bilang kalau dia udah ngga mau temanan sama Tiara"

TIEESHARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang