"Beneran dong"
Seketika Johan yang masih menyetir langsung dipeluk dari belakang oleh Tieeshara
"Astagfirullahaladzim. Papah lagi nyetir, bahaya, nanti aja peluk-pelukkannya"
"MAKASIH BANYAK PAPAH SAYANG," Tieeshara masih belum menghindar melainkan malah mengecup pipi kiri Johan. "Muah"
"Diem, Tir! Mobilnya goyang-goyang ini"
Setelah mendengar omelan dari Dion, Tieeshara kembali ke tempat semula. "Tiara," panggil Raditya
"Apa, Kak?"
"Jangan lupa bilang makasih ke Allah karena Allah yang udah membolak-balik hati Papah"
"Alhamdulillah, makasih ya Allah, makasih juga Kak Radit udah ngingetin Tiara. Sayang Papah, Mama, dan semua Kakak-Kakaknya Tiara karena Allah"
Tieeshara yang sudah kembali ke tempat semula alias duduk di samping Lazhirovan, seketika langsung mendapat kecupan dari laki-laki tersebut di bagian kening kemudian berucap, "Inget juga kalau Tiara punya Adek, perlu Kakak perjelas namanya?"
"Ngga. Tieeshara tetep jadi anak terakhir, anak terakhir yang selalu menggemaskan"
"Yang ada ngeselin," imbuh Dion
"Ish Kak Dio! Oh ya ... Tadi Kak Dio bilang mau buka bisnis kuliner?"
"Iya"
"Kok baru bilang sekarang?"
"Sebenernya udah kepikiran dari lama, tapi baru bilang sekarang aja"
"Kenapa lebih pilih buka bisnis daripada kerja di orang?"
"Cita-cita Kak Dio dari lama, Tir. Lagi mikir si antara mau buka bisnis dulu atau sekaligus di waktu bersamaan buka bisnis sama nikah"
Tieeshara menelan saliva dengan susah payah. "E- em ... Beneran mau nikah?"
Dio menoleh ke arah belakang, tempat Tieeshara duduk. "Insyaallah, tapi mungkin sambil nunggu Kak Hiro punya jodoh dulu kali, ya," kata Dion dengan tawa di akhir kata
"Gue ngga tau"
"Sebenernya lo ada niat untuk nikah ngga si, Kak?"
"Yaa pasti ada"
"Terus?"
"Kalau emang mau, lo duluan aja"
"Kenapa si? Kepikiran sama Adek-Adek lo? Kita udah gede kok, bisa mandiri. Bentar lagi juga Tiara udah mau kuliah," jeda Dion. "Kak, kalau kita nikah sama pasangan masing-masing, Radit sama Tiara bisa tinggal bareng Papah Mama atau satu-satu, Radit sama Papah, Tiara sama Mama atau sebaliknya. Bolehkan, Pah?"
"Ngga mau! Tiara ngga nyaman," bantah Tieeshara
"Yaudah tinggal bareng Kak Dio atau Kak Hiro deh"
"Kalau kalian mau nikah, silakan nikah aja! Tiara udah gede, biarin Tiara hidup sendiri, kalau perlu pas nanti ngehafal Al Qur'an dan kuliah, Tiara pergi ngerantau," acuh Tieeshara yang pandangannya tidak lepas dari arah luar jendela. Tiara udah biasa ngerasa sendiri, Tiara udah biasa kehilangan orang-orang yang Tiara sayang, dilanjut dalam hati
"Kak Dio cuma mau berdiskusi, kok malah ngambek?"
"Siapa yang ngambek?"
"Dio," panggil Johan
"Iya, Pah?"
"Semua keputusan Papah serahin ke kamu, yang penting siap dan bisa bertanggung jawab atas pilihan kamu itu. Papah yakin, kalian udah pada dewasa dan dengan itu kemungkinan udah pada punya pilihan hidup masing-masing. Inget loh, Kitakan maunya pernikahan bukan cuma untuk kehidupan sehari dua hari, melainkan sehidup semati"
KAMU SEDANG MEMBACA
TIEESHARA
Teen FictionAku telah kehilangan cahaya bintang dari seorang laki-laki bernama Starlight. Ah tidak, bagaimana bisa aku merasa kehilangan? Memilikinya saja tidak pernah, namun apakah kehilangan hanya mengenai pasangan? Lantas bagaimana walau hanya sekedar bertem...