Johan, Shirin, Lazhirovan, Raditya, dan Tieeshara sudah duduk di hadapan meja bundar. Ditengah-tengah menyantap hidangan, ada salah seorang laki-laki yang datang menghampiri bersama dengan salah satu Wedding Organizer
"Hallo Om, Tante, Dio, dan ... semua"
Dengan serentak mereka menoleh ke arah sumber suara, terlihat asing namun tidak bagi Dion
Dion mengambil beberapa lembar tissue yang berada di tengah meja untuk membersihkan area bagian mulut
"Dio?"
"Hm?"
"Gue seneng bisa ketemu lo di sini"
"Thanks," balasnya singkat
"Siapa, ya?" tanya Johan
"Kenalin Om, saya Jeno, teman Valdy," kata orang tersebut sambil mengulurkan tangan ke depan dan disambut dengan uluran yang sama oleh Johan. "Ohh ... Jeno, baik, Dio udah cerita"
Seketika senyum canggung terlihat dari wajah Jeno. "Eum ... Silakan lanjut makan, kalau perlu boleh banget kalau mau ambil menu sepuasnya"
"BENERAN?"
Kali ini Jeno menganggukan kepala dengan menampakkan senyum sumringah. "Iya, beneran kok"
"Yeeaayy!"
Tieeshara berlari ke arah meja prasmanan untuk mengambil berbagai macam menu yang salah satunya adalah menu dessert lalu dimasukkan ke dalam tas
"Astagfirullahaladzim, Tiara!" pekik Shirin
Raditya menunduk sambil memijat pelipis, menahan malu dengan tindakan sang Adik
Jeno yang mengerti kembali bersuara. "Ngga apa, Tiara boleh ambil semua yang dia mau," jeda Jeno, "Ini ngga seberapa dengan rasa bersalah yang pernah saya lakukan kepala keluarga kalian termasuk Tiara"
"Naahh!" kata Tieeshara yang seakan menyetujui ucapan Jeno
"Silakan ambil menu sepuasnya, Tiara. Biar saya yang bertanggung jawab atas segala yang ada di acara ini"
"Kalau tau gini mending tadi Tiara bawa rantang dari rumah"
"Oh iya, di sini kami juga mempunyai wadah yang bisa digunakan untuk membawa makanan yang kamu mau"
"Tieeshara cukup Tieeshara," cegah Johan
"Nanti kita beli aja, yaa?"
"Kalau ada yang gratis kenapa harus inisiatif beli sendiri? Kak Hiro terlalu mandiri niih. Eh ngga gratis banget deh, di sini para tamu undangan juga ngeluarin amplop atau kado dan semacamnya"
"Astagfirullahaladzim, la Ilaha Illa Allah, Allahu Akbar!" ucap Shirin sambil mengelus dada
Sekiranya sudah cukup puas, Tieeshara kembali duduk ke tempat semula, tangan kanan yang menenteng wadah sedangkan tangan kiri yang menenteng sepatu hak miliknya
"Duh capek deh. Temennya suami dari mantan Kak Dio kemana?" tanya Tieeshara setelah melihat ke arah sekeliling
"Jeno?"
"Iya, dia kemana? Mau say thank you nih"
"Tadi si katanya mau ada sesuatu yang diurus," jawab Johan. "Yaudah yuk pulang"
"Waduuh Papah, baru selesai makan langsung pulang"
"Yaa emang mau ngapain lagi? Ini kamu juga udah ambil berbagai macam menu, kurang puas?"
"Puas, tapi kaki Tieeshara pegel," rengek Tieeshara
Tanpa diminta, Lazhirovan berjongkok di hadapan Tieeshara. "Sini naik ke atas punggung Kakak"
KAMU SEDANG MEMBACA
TIEESHARA
Teen FictionAku telah kehilangan cahaya bintang dari seorang laki-laki bernama Starlight. Ah tidak, bagaimana bisa aku merasa kehilangan? Memilikinya saja tidak pernah, namun apakah kehilangan hanya mengenai pasangan? Lantas bagaimana walau hanya sekedar bertem...