27 • Dari Meja Lain

42 5 0
                                    

"Tapi kalau dibanding harga jajanan yang udah Kak Hiro beli sama topi yaa ngga sebanding"

Lazhirovan menarik sudut bibir dan mengambil paper bag yang sengaja disimpan di dalam laci, lalu memberikannya kepada Tieeshara yang sudah menampakkan wajah cemberut. "Selain jajanan, Tiara juga dibeliin kok"

"Beneran?"

Dengan gerakkan cepat, Tieeshara langsung membuka dan merogohkan tangan ke dalam paper bag. Dirinya mendapati sebuah notebook baru

"Tadinya cuma mau beli jajanan, cuma karena ngga sengaja ngeliat notebook. Jadi, sekalian aja Kakak beli. Nah terus Kakak jadi kepikiran sama Kak Dio Kak Radit, masa cuma Tiara aja yang dibeliin? Yaudah Kakak inisiatif buat beliin Kak Dio sama Kak Radit topi ini. Tir, harga notebook emang ngga sebanding sama harga topi yang udah Kakak kasih ke Kak Dio sama Kak Radit. Jadi, jangan liat dari harganya, ya. Abis Kakak sendiri bingung mau beliin Kak Dio sama Kak Radit apa. Karena Kakak lagi kepengen topi, jadi sekalian aja beli topi semua," jelas Lazhirovan

Topi milik Lazhirovan berjenis bucket hat, Dion beanie atau kupluk, dan Raditya snapback

"Kak Hiro, sorry, ya. Jadi ngerepotin. Makasih juga"

"Not at all. Terus Tiara suka ngga sama notebooknya?"

"Suka banget. Pas banget kalau notebook yang ada di rumah udah abis. Jadi, kalau nulis cuma bisa di kertas lain kalau ngga di handphone"

"Tadi kok gue ngga denger Kak Hiro tanya suka atau ngganya ke kita, ya Dit?" sindir Dion sambil menyenggol lengan Raditya

"Dio sama Radit suka?"

"Dahlah, basi"

"Jadi Adek, pada cemburuan mulu, cuma gara-gara ngga ditanya doang. Padahal gue udah coba buat adil"

"Becanda, Kak. Gue suka kok. Thanks, ya. Lo sering beliin kita ini itu, tapi kira jarang"

"Udah cukup jadi Adek yang baik buat gue. Oh ya, kalau semua udah dibeliin satu-satu, berarti jajanannya buat bareng-bareng, ya? Jangan lupa bagi Raina juga"

"Oke"

"Nah yaudah. Sini, Tir. Bagi cokelatnya, biar Kak Dio yang kasih Raina"

"Pacaran bertahun-tahun, tapi ngga modal," celetuk Raditya

"Ngga usah mulia, Radit ..." cegah Lazhirovan

"Lemes banget mulut lo"

"Udah, Dio. Ngga usah ditimpalin lagi"

"Abis mulutnya ngga pernah dicabein kali"

"Emang ngga. Mulut gue ngga liar kayak mulut lo"

"Nyadar! Lo ngomong begitu emang ngga liar?"

"Baru aja gue bilang cukup jadi Adek yang baik, ini udah mulai ribut lagi"

Dion melempar bungkus snack ke atas meja yang berada di hadapannya, lantas berdiri dari sofa untuk keluar dari kamar tanpa membawa cokelat. "Udah, Radit. Jangan suka mancing orang kayak gitu"

Setelah Lazhirovan berkata seperti itu, Raditya juga pergi keluar dengan membawa kamera. Tadi ketika baru saja datang, dirinya telah melihat ada objek yang dapat dijadikan untuk meningkatkan skill dalam memotret, walau matahari sedang terik-teriknya

Ketika hari sudah mulai sore, Lazhirovan mengajak Dion, Raditya, Tieeshara, dan Raina pergi keluar hotel. Awalnya Dion menolak, namun Lazhirovan tetap memaksa

"Kenapa harus makan di luar si, Kak?"

"Ngapain lo dateng ke sini kalau cuma mau stay di hotel doang?"

TIEESHARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang