"Banget, banget, bangeeet"
"Lebih sayang sama Tiara yang ini atau Tiara yang udah ngga ada?"
"Ya Allah, Almarhumah Tiara Daneen Tusalwa yang bukan Adek kandung Kak Hiro aja disayang, apalagi Tieeshara Kianna Tusalwa yang notabenenya emang Adek kandung?"
"Dari tadi yang dibahas Tiara ini sama yang onoh mulu, gue sama Radit kagak dibahas-bahas," tandas Dion
"Astagfirullahaladzim," ucap Lazhirovan
"Huh, Kak Dio ikut-ikutan aja," jeda Tieeshara kemudian menenggakkan kepala ke arah Lazhirovan. "Kak Hiro ..."
"Hm?"
"Kalau Almarhumah Tiara Daneen Tusalwa masih hidup, dia pasti jadi saingannya Tieeshara Kianna Tusalwa"
"Dio mau cerita terkait apa yang pernah Papah Johan sama Mama Shirin ceritain ke Dio juga Radit nggapapakan, Pah?" tanya Dion meminta persetujuan kepada Johan
"Iya, ngga papa"
Tieeshara yang mendengar jawaban dari Dion, seketika langsung merenggangkan pelukannya dengan Lazhirovan. "Cerita apa?"
"Dulu Mama Shirin pernah cerita, kalau Kak Hiro kepengen banget punya Adek tapi Allah belum kasih, pas denger kabar kalau temen Mama Shirin dan suaminya meninggal, jadi Mama Shirin sama Papah Johan angkat anak mereka, yaitu Tiara Daneen Tusalwa"
"Meninggalnya barengan, Kak?"
"Ngga. Istrinya meninggal pas lagi hamil anak kedua, terus ketika tau hal tersebut, suaminya depresi yang kemudian ngebuat dia jadi bunuh diri. Alesan Mama Shirin sama Papah Johan mau angkat Tiara Daneen Tusalwa jadi anak karena dia udah ngga punya siapa-siapa lagi. Nenek Kakeknya udah ngga ada dan temen Mama Shirin itu anak tunggal, sedangkan keluarga dari suaminya ada dua bersaudara, Kakaknya ada di luar negeri, udah punya kehidupan baru juga di sana, jadi kayaknya mereka ngerasa ngga mampu kalau harus ngerawat Tiara Daneen Tusalwa juga"
Tieeshara mendengar cerita dari Dion dengan seksama. "Terus gimana lagi ceritanya, Kak?"
"Iya gitu, pada saat itu namanya cuma Tiara Daneen, semenjak diangkat sama Mama Shirin dan Papah Johan, ditambahin Tusalwa di belakang namanya. Dia juga ngga hidup lama, meninggal sekitar umur enam tahunan, katanya Kak Hiro sediiih teruss, sekolahnya sampe keganggu, yaa Kak Dio pas denger cerita ini langsung ngewajarin sih, kepengen punya Adek, pas dikasih malah meninggal," lanjut Dion
"Allah baik. Sebelum Tiara Daneen Tusalwa meninggal, Mama Shirin hamil dan beberapa bulan setelah kepergiannya, Allah ngehadirin Dio dihidup gue," timpal Lazhirovan
"Wiih, Kak Hiro bersyukur nih punya gue?"
"Bersyukurlah. Terus sekitar Dio umur dua tahun, Radit hadir, dan beberapa tahun setelahnya Tieeshara Kianna Tusalwa deh"
"Kyra jangan dilupain, Kak"
"ISHH KAK DIO, BEDA TAU! DIA NGGA LAHIR DARI RAHIM MAMA SHIRIN"
"Udah-udah ..." lerai Lazhirovan
"Tapi, Kak. Lo nyesel ngga si? Dari dulu kepengen punya Adek, terus pas gede Adek-Adek lo cuma bisa jadi beban?" Dion menyunggingkan bibir
"Gue sama sekali ngga pernah nyesel apalagi sampe ngerasa terbebani, gue yang kepengen punya Adek, pas Allah kasih, berarti gue harus mempertanggung jawabkan itu dengan cara ngejaga dan ngedidik dengan bener, walaupun sebenernya kalian masih jadi tanggung jawab orangtua"
"Do'ain gue biar cepet lulus kuliah, Kak, nanti insyaallah gue mau cepet-cepet buka bisnis kuliner, itung-itung buat bantu lo"
"Aamiin. Pasti gue do'ain yang terbaik"
"Iyaa. Makanya Tiara suka minta Kak Hiro untuk beli jajanan yang baanyaaak tapi ngga Tiara makan sering-sering kok"
Johan yang sedari tadi menutup mulut dan hanya mendengar percakapan dari anak-anak, kini membuat dirinya ikut bersuara. "Papah bangga sama kamu, Ro. Bangga untuk semua hal baik yang udah kamu lakuin, entah itu soal kerjaan ataupun cara untuk mengayomi Adik-Adik. Makasih, ya"
"Kak Hiro, maaf ya kalau Tiara sering ngecewain Kak Hiro, maaf juga untuk Kak Dio sama Kak Radit karena sampe sekarang Tiara belum sepenuhnya jadi Adik yang baik. Tiara selalu suka sama cara didik kalian yang berbeda, sekalipun kalau lagi dimarahin sama Kak Dio, Tiara mau belajar untuk nerima marahnya Kak Dio ke Tiara. Kalau kalian lagi ngerasa gagal dalam ngedidik Tiara, percaya deh, bukan kalian yang bener-bener gagal, melainkan emang Tiaranya aja yang bebel"
"Terlebih lagi emang bener buat Kak Hiro si sebagai Kakak sulung. Sorry banget, Kak, udah gede kayak gini gue sama Radit masih suka ribut, tapi kalau ngga ribut ngga seru, nanti rumah jadi sepi"
"Mana ada. Kalaupun gue sama lo ngga ribut, masih ada berisiknya suara Tiara," timpal Raditya yang sedari tadi diam tidak bersuara
"Eh iyaya. Yaudah deh sorrynya karena sampe sekarang kalau lagi marah gue masih belum bisa jaga diri apalagi mulut'
"Masyaallah ... Bangganya sama semua anak-anak Papah, kompak dalam hal baik aja, ya. Satu lagi, terus saling sayang," puji Johan
"Kalau gitu boleh dong Tieeshara tinggal bareng sama Kakak-Kakaknya Tieeshara lagi? Udah tau anak Papah saling sayang, minus Kyra, ehh malah dipisahin," ucap Tieeshara
Terdengar suara helaian napas Johan
"Gimana nih, Pah? Udah, balikin ke habitat masing-masing aja, Kyra balik lagi tinggal bareng Papah sama Mama Agnes"
"Kamu ngga kangen sama Papah, ya, Tieeshara?"
"Ngga tau"
"Sekali lagi maafin Papah, sikap Papah udah ngecewain kalian, terlebih lagi kamu"
"Huh! Yaudah makanya Tieeshara mau tinggal bareng sama Kakak-Kakaknya Tieeshara lagi, Tieeshara udah gede tau, masa Tieeshara ngga boleh nentuin pilihan hidup Tieeshara, selagi sama-sama baik kenapa ngga? Nih contohnya, coba Papah pikir, yang ngebuat Kakak-Kakaknya Tieeshara berhasil yaa karena mereka bisa sekolah, kuliah khususnya buat Kak Hiro yang udah kerja sesuai dengan apa yang mereka suka," jawab Tieeshara tiba-tiba
"Bukannya termasuk kamu yang masuk ke jurusan yang disuka? Papah ngga pernah menentang kalian mau masuk ke jurusan apa"
"Iya tapi maksud Tieeshara, Tieeshara mau break dari dunia pendidikan dulu. Setelah Tieeshara dapet gelar di akhirat sebagai hafidzah, baru deh Tieeshara mau coba ngeraih gelar untuk kepentingan dunia. Walaupun tujuan mau jadi penghafal Al-Qur'an dan kuliah bukan cuma sekedar dapet gelar. Nih ya, kalau Tieeshara dipanggil Allah untuk menghadap kepadaNya lebih dulu, seengganya Tieeshara udah berhasil memprioritaskan kehidupan di akhirat nanti. Aduuh, Papah paham ngga si?"
Johan masih terdiam dan Tieeshara masih mencoba untuk menjelaskan. "Kakak-kakaknya Tieeshara bisa ngelakuin apapun yang mereka suka, tapi masih dalam hal baik, berarti Tieeshara juga mau ngelakuin apa yang Tieeshara suka. Kalau abis lulus sekolah langsung kuliah tapi hati Tieeshara ngga mau, takutnya nanti hasilnya ngga memuaskan karena bukan landasan dari kemauan, melainkan paksaan"
Tieeshara belum mendapat jawaban dari Johan
"Jawab dong, Pah! Tieeshara janji kalau Allah masih kasih kesempatan untuk hidup, Tieeshara mau kuliah, Tieeshara mau berusaha untuk dapetin gelar sesuai dengan jurusan apa yang Tieeshara minati. Tieeshara kepengen banget bisa kuliah, tapi rasa kepengen tersebut ngga melebihi Tieeshara untuk jadi penghafal Al-Qur'an lebih awal. Kalau mau kuliah sambil ngehafal Al Qur'an mungkin bisa-bisa aja, tapi Tieeshara mau fokus satu-satu dulu supaya ngga keteteran," jeda Tieeshara. "Tieeshara juga mau pakein mahkota untuk Papah dan Mama di Surga nanti," lirihnya
"Kalau udah sampe rumah, kamu bersih-bersih, makan, baru istirahat. Mum—"
"Papah malah ngalihin ke topik pembicaraan"
"Dengerin Papah dulu, Tieeshara ... Mumpung Papah masih ada di sini, jadi nanti sore kita cari tempat yang terbaik supaya kamu nyaman menghafal Al-Qur'annya, kalau udah survei dan sekiranya cocok, baru setelah lulus kamu bisa langsung ke sana. Sekalian mau kasih bonus untuk ngebolehin kamu untuk tinggal lagi bareng sama Kak Hiro, Kak Dio, juga Kak Radit"
"INI BENERAN NGGA SI???"
KAMU SEDANG MEMBACA
TIEESHARA
Teen FictionAku telah kehilangan cahaya bintang dari seorang laki-laki bernama Starlight. Ah tidak, bagaimana bisa aku merasa kehilangan? Memilikinya saja tidak pernah, namun apakah kehilangan hanya mengenai pasangan? Lantas bagaimana walau hanya sekedar bertem...