Tieeshara refleks berdiri, mengambil tas, dan berlari menghampiri Raditya. "Eh bentar," kata Tieeshara yang tiba-tiba menghentikan langkah kaki lalu kembali ke meja makan untuk mengambil beberapa makanan. Setelah sekiranya cukup, Tieeshara merealisasikan niat awal untuk menghampiri Raditya agar tidak tertinggal. "Kaakkk Radiitttt, tunggu. Tiara mau berangkat bareng Kakak, jarang banget loh kita berangkat bareng, malah hampir ngga pernah, biasanya Kak Radit suka bareng temen"
Sesampainya di sekolah, baru saja memasuki gerbang, Raditya sudah disambut oleh beberapa guru dan satpam
Raditya memberhentikan motor yang kemudian membuka helm. Salah seorang guru mendekat ke arahnya. "Radit! Kenapa jam segini baru datang? Bukannya saya sudah menginformasikan untuk datang ke sekolah lebih awal? Paling lambat sekitar 15 menit sebelum kegiatan ujian dimulai," tegur guru tersebut
Dengan dada yang berdegup kencang, Raditya berkata, "Ma— Maaf atas kelalaian saya"
"Silakan memarkirkan motor lalu segera masuk ke dalam ruangan! Untung asesor belum masuk, coba kalau sudah? Bisa-bisa kedisplinan kamu juga jadi salah satu bahan penilaian. Belum mulai ujian sudah berbuat kesalahan, memalukan nama sekolah saja"
Sakit rasanya yang pada saat itu ikut menyaksikan sang Kakak ditegur oleh salah seorang guru dihadapan orang lain yang sedang berlalu lalang termasuk para guru lainnya beserta satpam, walau Tieeshara tahu, Raditya mendapat perlakuan seperti itu disebabkan karena dirinya sendiri
Tidak ada satupun anggota keluarga yang membalas pesan ataupun panggilan telepon ditambah harus menghadapi keegoisan Tieeshara sehingga mendapat teguran dari guru di hari ujian akibat keterlambatan. Maafin Tiara, Kak. Bukannya meminimalisir kesulitan, justru Tiara malah menambahnya, batin Tieeshara
Di tengah-tengah lamunan, Lazhirovan membuyarkan. "Tiara kok bengong? Udah malem loh, ayo buruan tidur"
"Eh— Iy— Iya, Kak"
Di pagi harinya, Lazhirovan dan Dion menepati janji untuk mengantarkan Tieeshara berangkat sekolah
Lazhirovan mengenakan baju turtleneck berwarna biru muda yang dibalut dengan jas berwarna putih, celana, dan sepatu pantofel berwarna senada ditambah adanya ikat pinggang yang melingkar, ia keluar dari dalam mobil beriringan dengan Tieeshara yang memakai pakaian seragam sekolah beserta dengan atribut yang lengkap, jilbab segi empat, sepatu berwarna putih, dan tas berwarna merah jambu yang tersampir di kedua bahu. Kemudian disusul oleh keluarnya Dion dari dalam mobil yang terparkir di belakang kendaraan milik Lazhirovan. Terlihat Dion mengenakan kemeja berwarna abu-abu dengan celana dan sepatu pantofel berwarna hitam, ditambah adanya jam yang melingkar di pergelangan tangan, tidak lupa kacamata beserta kalung yang semakin membuat terpesona
"COWOK GUEEE!" teriak histeris yang dikeluarkan oleh salah seorang siswi yang membuat beberapa orang menoleh ke arahnya. Siswi tersebut berlari menyambut kehadiran Tieeshara beserta kedua Kakak, ralat, hanya kedua Kakaknya saja
"KAK HIRO SAMA KAK DIO APA KABAAAR? UDAH LAMA KITA LDRAN"
Setelah berucap demikian, siswi tersebut memeluk tubuh Lazhirovan
"Ehh, ngapain si lo? Sana jauh-jauh! Nanti pakaian Kak Hiro lecek, abis dari sini Kak Hiro mau langsung pergi ke kantor tau," kesal Tieeshara tidak terima sambil menjauhkan tubuh siswi tersebut dari tubuh Lazhirovan. Tieeshara memang berhasil melepas pelukan, namun siswi tersebut justru malah berpindah posisi yang kali ini niatnya untuk mendekat ke arah Dion, namun gagal karena Tieeshara sudah lebih dulu mencegahnya dengan menelentangkan tangan di depan Dion. "Sekarang gantiankan mau deket-deket Kak Dio? Yeeh, centil banget"
Siswi lain melipir dan menyipitkan mata sambil menunjuk ke arah Dion. "Loh Kak Dio? Denger-denger Kak Dio ngga jadi ngelanjutin hubungan untuk ke arah yang lebih serius sama pacar yang sekarang udah jadi mantan, ya? Yaudah ngga papa, masih ada aku yang siap untuk menerima dan menemani Kakak dari 0. Abis lulus sekolah, aku rela banget bantu Kakak untuk memajukan usaha barunya. Kita berjuang bareng-bareng yaa sayaanggg"
KAMU SEDANG MEMBACA
TIEESHARA
Teen FictionAku telah kehilangan cahaya bintang dari seorang laki-laki bernama Starlight. Ah tidak, bagaimana bisa aku merasa kehilangan? Memilikinya saja tidak pernah, namun apakah kehilangan hanya mengenai pasangan? Lantas bagaimana walau hanya sekedar bertem...