"Assalamu'alaikum"
"Waalaikumsalam. Kak Hiro, Kak Dio, sama Kak Radit kok lama banget si?!" omel Tieeshara
"Ngga tau nih, Kak Hiro sama Kak Dio ribet, masih sempet-sempetnya ngajak foto di minimarket. Udah kayak ABG alay. Pantes Kak Dio suruh gue buat sekalian bawa tripod," adu Raditya yang dibalas decakan sebal oleh Dion. "Ck, norak lo ah. Gue kesel banget setiap upload foto di sosial media, pasti ada aja orang yang komen, "Radit kok ngga pernah ikut foto, ngga diajak, ya?" terus ada juga yang bilang, "Mentang-mentang Radit ambil jurusan fotografi, tugasnya disuruh fotoin doang." Setiap kali gue jawab, nanti di postingan terbaru bakal komen yang sama kayak gitu. Padahal mereka ngga tau kalau kita sering ajak Radit foto bareng, tapi emang dasarnya aja dia ngga mau. Hari ini gue mau upload foto kita bertiga, tapi gue ngga mau tau, ya, Dit. Abis ini lo juga harus upload"
"Ngga"
"Lah kenapa?"
"Foto itu di luar jalur postingan gue. Postingan gue cuma hal-hal yang berkaitan sama trik-trik fotografi"
"Kalau lo ngga mau, biar gue yang upload di akun sosial media lo," tekad Dion
"Maksa banget lo, Kak?!"
"Tapi kenapa beli jajanan ngga nanti aja pas kita mau pergi?"
"Ada barang yang mau Kak Dio beli, tokonya ngga searah, jadi sekalian aja beli jajanan"
Setelah semua telah siap, Johan, Lazhirovan, Dion, Raditya, dan Tieeshara pergi dengan menggunakan mobil milik Johan
"Pah, mau Hiro aja yang nyetir?" tawar Lazhirovan
"Ngga usah, Ro. Biar Papah aja"
"Tieeshara aja deehh yang nyetir"
Johan, Lazhirovan, Dion, dan Raditya menatap ke arah Tieeshara dengan bersamaan
"Tieeshara belum pernah nyetirin kalian"
"Kamu lagi ngelawak, Tir?" tanya Dion
"Boleh, yaa"
"Kamu kebanyakan mau, Tieeshara. Udah ayo, tadi minta cepetan." Johan lebih dulu berjalan mendekat ke arah mobil yang telah terparkir di depan gerbang dan masuk untuk duduk di kursi pengemudi
"Tiara ... Tiara ...." Lazhirovan menggelengkan kepala
"Asli gue tadi ngebayangin kalau sampe Tiara yang nyetir. Yaa sebenernya ngga ada yang salah si, tapi aneh aja dipikiran gue, ada empat cowok tapi kenapa harus dia yang nyetir?"
"Huh." Tieeshara berlari. "Papaaahhh, tunggu Tieeshaarraaa"
Semua berjalan dengan lancar, hingga akhirnya mereka sampai di sebuah tempat wisata
"Mamaaaa." Tieeshara berlari dan memeluk Shirin yang telah menunggu bersama dengan sang suami, Eza
"Mama, sekali lagi sorry, yaa"
Shirin tidak bertanya prihal permintaan maaf tersebut karena dirinya sudah paham. "Lain kali jangan kayak gitu"
"Hehehe, oke. Mama sama Papah Eza udah nunggu dari tadi?"
"Eum ... Ngga lamakan, Mas? Baru sekitar lima menit yang lalu." Shirin menoleh ke arah Eza dan Eza membenarkan
"Yaudah, saya pergi dulu, besok insyaallah saya jemput di sini lagi," pamit Eza
"Papah Eza, makasih udah kasih izin Mama Shirin. Papah Eza hati-hati di jalan, yaa"
"Iya, Tiara. Semoga bahagia"
Tieeshara tau, walau hanya sampai hari esok, namun memang tidak mudah jika harus melepas seorang istri untuk pergi berlibur bersama dengan mantan suaminya. Tieeshara juga sangat paham, bahwa kini Johan dan Shirin sudah tidak terikat hubungan halal alhasil Tieeshara tetap tidak akan memaksa mereka untuk bertingkah layaknya seperti pasangan suami istri. Tieeshara tau hal tersebut karena sempat bertanya kepada Humairah, ternyata Humairah menyetujui asal dengan ketentuan yang telah Tieeshara paparkan. Bahkan sebelum bertemu dan bertanya dengan Humairah, Tieeshara telah menebaknya, maka dari itu Tieeshara berani meminta kepada Johan lebih awal sebelum dirinya bertanya kepada Humairah
KAMU SEDANG MEMBACA
TIEESHARA
Teen FictionAku telah kehilangan cahaya bintang dari seorang laki-laki bernama Starlight. Ah tidak, bagaimana bisa aku merasa kehilangan? Memilikinya saja tidak pernah, namun apakah kehilangan hanya mengenai pasangan? Lantas bagaimana walau hanya sekedar bertem...