"Oh, ya— yaudah deh. Eum Kak Hiro, Kak Dio, makasih banyak buat semua jajanan sama browniesnya"
"Kakak beliin jajanan sebanyak itu bukan berarti harus dimakan dalam rentang waktu yang singkat loh, ya," pesan Lazhirovan
"Iya, Kak"
"Jangan lupa bilang makasih ke Kak Radit, tadi Kak Radit juga titip salam untuk Tiara"
Di perjalanan, Tieeshara menuruti perintah Dion untuk menghabiskan makanan yang telah dibawa dari rumah dengan raut wajah yang masam
"Udah abis!"
"Pinter," puji Dion
"Tiara kesel sama Kak Dio"
"Loh kenapa?" spontan Dion menoleh ke arah belakang
"Tiara mau makan brownies tapi sekarang udah bener-bener kenyang"
"Yaudah dimakan nanti aja"
Tieeshara menendang kursi yang ditempati oleh Dion. "TIARA MAU MAKAN SEKARANG, TAPI UDAH NGGA ADA RUANG. SEMUA GARA-GARA KAK DIO"
"Ngga sopan, Tiara," tutur Lazhirovan
Tieeshara membuka kotak brownies dan mulai memotongnya hingga berbentuk segitiga. Walau sudah kenyang, Tieeshara tetap memaksakannya. "Kalau udah kenyang jangan dipaksa, nanti muntah," pesan Lazhirovan
Benar saja, brownies yang telah Tieeshara potong belum sempat habis, namun rasa mual telah Tieeshara rasakan. Tieeshara meminta Lazhirovan untuk menepikan mobil sebentar agar dirinya dapat memuntahkan isi perut
"Nahkan dibilang juga apa"
Disela-sela memuntah, Tieeshara masih sempat-sempatnya menyalahkan Dion. Beberapa menit setelah itu, Tieeshara kembali masuk ke dalam mobil dan tertidur. Begitu juga dengan Dion yang berpindah tempat ke kursi belakang untuk menemani Tieeshara
Dion mengambil tissue untuk membersihkan sisa-sisa muntah dari arae bibir Tieeshara. Hingga akhirnya mereka sampai di sebuah pekarangan rumah Johan
"Ini Tiara mau dibangunin atau gimana, Kak?" tanya Dion kepada Lazhirovan
Belum mendapati jawaban dari Lazhirovan, Tieeshara telah lebih dulu membuka mata secara perlahan
"Kok berhenti?"
"Udah sampe, Tir"
Tieeshara sedikit agak terbelalak begitu melihat posisi Dion yang sedang berhimpitan dengan tubuh Tieeshara. "Kak Dio ngapain deket-deket Tiara? Tiara masih marah sama Kak Dio"
Dion menatap wajah Tieeshara tanpa berniat untuk menjawab
"Kak Dio"
"Hm?"
"Kenapa tadi Kak Dio ngga marah balik ke Tiara kayak biasanya?"
"Kita udah ngga tinggal satu rumah, masa mau marahan terus?"
"Tiara pasti bakal kangen sama marahnya Kak Dio"
"Dari sekian banyak moment, kenapa harus marahnya yang diinget?"
"Ngga tau, mungkin itu yang dominan di diri Kak Dio. Tiara tau, Kak Dio marah karena sayang. Kalau gitu, berarti Tiara juga harus nerima marahnya Kak Dio sebagai bukti sayangnya Tiara ke Kak Dio, ya? Tapi maaf kalau Tiara suka ngga terima"
"Maaf-maafnya udah, yuk. Ditungguin sama Papah tuh"
Lazhirovan, Dion, dan Tieeshara keluar dari mobil. Mereka mendapati Johan dan Agnesia yang sedang berdiri di depan halaman rumah, seperti orang yang sedang menunggu kedatangan tamu
KAMU SEDANG MEMBACA
TIEESHARA
Teen FictionAku telah kehilangan cahaya bintang dari seorang laki-laki bernama Starlight. Ah tidak, bagaimana bisa aku merasa kehilangan? Memilikinya saja tidak pernah, namun apakah kehilangan hanya mengenai pasangan? Lantas bagaimana walau hanya sekedar bertem...