95 • Bye Tiara dan Hai Tieesha

9 0 0
                                    

"Apa yang pernah Kak Dio sampaikan di dalam mobil tatkala ia menjemput Tiara di rumah Ho sehabis menghadiri undangan (Bab 87) dan juga apa yang baru disampaikan oleh Om Fakhri (Bab 94) merupakan benar. Mereka ngga berlebih, selama ini Tiara dan Ho yang telah berlaku demikian. Itu baru beberapa contoh yang udah dicurigai dan masih terdapat tindakan lain di luar dari pada itu, yakni dari awal cara syaitan untuk menggoda dengan berkedok saling mengingatkan di dalam kebaikan. Seolah benar padahal salah dan seolah indah padahal ngga. Ternyata kami belum berhasil untuk menerapkan prinsip menjauh untuk menjaga," monolog Tieeshara. "Temen tapi demen," kata Dion kala itu. Tieeshara menjatuhkan tubuh ke atas kasur. "Apa yang Kak Dio sampaikan mengenai persoalan antara Tiara dan Zigit dapat terulang kembali namun dengan orang yang berbeda, yakni Tiara dan Ho? Lagi-lagi memang bukan rasa kagum/suka yang salah, melainkan tindakan di balik dari adanya rasa tersebut." Tieeshara memegang kepala. "Udaahh aahhh pusinggg! Mau cepet-cepet merantau untuk mencari suasana baru dan kalau perlu sekalian menemukan diri gue yang baru pula, tapi ... gimana kalau raga mulai jauh namun isi hati tetap ada dia? Ish ini apa si maksudnya? Maksudnya gue kagum/suka Ho?! Hah, Tieeshara Kianna Tusalwa udah beralih rasa suka dari Zigit Starlight Sander ke Ahmad Baaqir Ho Mufadhal Athaillah????? Tapi menurut pengamalan bahwa setiap kali suka sama orang lain, kadang suka tetep keinget sama Zigit"

Tok, tok, tok. "Tiara"

Tieeshara terbangun dari duduknya kemudian bergegas membukakan pintu. "Iya, Ma"

"Turun ke lantai bawah dulu, yuk? Ada yang lagi nungguin kamu"

Shirin menggenggam jari jemari Tieeshara hingga tiba di ruang tamu. Setibanya di sana, Tieeshara melepas genggaman untuk mencium punggung tangan salah seorang perempuan, mendekapkan tangan di dada kepada pasangan dari perempuan tersebut, dan ... hanya menunduk tatkala melewati sang anak

Shirin dan Tieeshara ikut duduk di sana

"Langsung masuk ke topik pembahasan yang ingin disampaikan sehubungan dengan alasan datangnya kami, ya"

Shirin menyetujui

"Sebelumnya Bunda mau memastikan terlebih dahulu ke Tiara sayang, kamu bener mau kuliah di luar kota, Tir?"

Tieeshara menganggukan kepala dengan mantap

"Ketika wisuda tahfidz kemarin, tepatnya ketika kamu pergi ke rumah teman SMK, siapa namanya? Kalau ngga salah kamu memanggilnya dengan sebutan Ho, ya? Nah Mama Shirin cerita kepada Ayah, Bunda, dan Zigit, katanya kamu mau kuliah di luar kota, nah syukur ternyata kampus yang kamu mau merupakan kampus yang sama dengan kampus yang Zigit impikan. Kalau tau begitu, gimana kalau kamu dan Zigit barangan aja? Kalian mau, ya?" saran Yerisha dengan penuh harap

Tieeshara menolehkan pandangan ke arah Zigit kemudian kembali menatap ke Yerisha

"Sebentar, maksudnya barengan gimana, Bun?"

"Bukan cuma masuk ke kampus yang sama, melainkan kami mau Tiara dan Zigit bisa sama-sama saling menjaga seperti dulu lagi, apalagi kalau harus tinggal berjauhan dengan orang terdekat, yaa walau sementara aja selama kalian melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi"

"Nah, iya. Semenjak Kak Dio bener-bener mengkhawatirkan Tiara, Mama Shirin jadi ikut-ikutan memikirkan hal tersebut. Makanya Mama Shirin menyetujui saran dan ajakan dari Bunda Yerisha"

"Walau ngga bisa seperti dulu, tapi tetap bahwa hubungan pertemanan antara Tiara dan Zigit baik-baik aja. Namun bukan berarti Tiara menyetujui saran dan ajakan tersebut. Lagi pula bentuk saling menjaganya kami udah bukan seperti dulu lagi, melainkan kini adalah dengan cara menjauh. Menjauh untuk menjaga, perinsip tersebut bukan hanya berlaku untuk Zigit, melainkan juga kepada laki-laki yang bukan mahram lainnya"

TIEESHARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang