"Iya, tapi maksud gue tadi itu kalau misal gue tau kabar tersebut setelah pernikahan berlangsung, gue yakin itu bakal lebih sakit"
"Ngomong-ngomong soal gila ..." belum sempat Raditya melanjutkan, ia sempat tertawa terbahak-bahak
"Dih ngapa lo? Seneng liat gue menderita?" heran Dion mendengar tawa Raditya secara tiba-tiba
"Gue jadi inget cerita Tiara pas dia ngira kalau Kak Hiro ngusir dia beneran. Waktu itu dia nyasar terus ketemu sama Orang Dengan Gangguan Jiwa. Tiara bilang, penyebab dari orang tersebut bisa sampe kayak gitu mungkin karena batal nikah. Soalnya berulang kali orang tersebut ngeluarin pertanyaan, jadi nikahkan? Gitu-gitulah pokoknya"
"Gue ngga gitu, ya, ngab"
Tawa Raditya terhenti dan diakhiri dengan mengusap air mata yang keluar disebabkan karena tawanya. "Oh ya, prihal Tiara, kenapa sampe sekarang lo masih diemin dia? Penyebabnya apaan?" Raditya yang tiba-tiba bertanya mengenai hal itu, spontan Dion langsung melempar bantal sofa tepat mengenai ke arah dirinya. "Tuh Kak Hiro, liat Kak! Dia emang suka begini lempar-lempar bantal mulu, untung ngga sampe kena mata," adu Raditya kepada Lazhirovan
"Ngga usah kayak Tiara yang dikit-dikit ngaduan! Lagian lebay banget, gue juga kalau lempar bantal ngga ke arah muka," elak Dion
"Kalau tau-tau salah sasaran gimana? Yaudah jawab pertanyaan gue dulu! Kenapa sampe sekarang masih diemin Tiara?"
"Ngaca! Gue si baru kali ini, lah sedangkan lo? Dari lahir kerjaannya diem mulu kalau ke dia. Tiara apa-apain lo juga tetep diem plus cuek"
"Gue nanya, Kak. Kenapa lo jadi banding-bandingin? Lagian gue ngediemin Tiara karena dia ngeselin, lah kalau lo kenapa? Tumben amat"
Lazhirovan kembali ikut mengeluarkan suara. "Sengeselin-ngeselinnya Tiara, gue yakin, Dit. Lo tetep sayang sama dia. Lo juga sama kayak gue dan Dio, yang berusaha untuk selalu ada dan ngejaga dia, sampe kapanpun lo bakal tetep jadi seorang kakak laki-laki yang ngga akan pernah rela kalau ada manusia lain yang berani berbuat buruk kepadanya"
***
Kini Johan, Shirin, Lazhirovan, Dion, Raditya, dan Tieeshara menghadiri sebuah pesta pernikahan. Niat awal hanya Johan, Shirin, Lazhirovan, dan Dion saja yang ingin datang, namun mengingat si pemilik acara mendesak Raditya beserta Tieeshara untuk datang juga, akhirnya mereka semua datang, walau hanya ke acara resepsinya saja
Dion dan Tieeshara menatap ke atas pelaminan. Kamu cantik, Rai ... puji Dion yang sedang menunggu giliran untuk naik ke tempat tersebut
Sarwendah ... Kita bakal tetep temenankan? lirih Tieeshara di dalam hati
Tieeshara beserta yang lain, mendengar namanya disebut oleh beberapa tamu undangan
Tieeshara menautkan kedua alis, menatap bingung ke arah kucing yang sedang dikerumi oleh orang-orang. "Kenapa nama Tiara disebut-sebut?"
"Tieeshara lucu banget, gemees mau peluukk!"
"Tieeshara sama Son jadi Adek Kakakan niihh?"
"Hah? Masa Tiara Adek Kakakan sama kucing?"
Tieeshara terkejut tatkala teringat sesuatu, ia berlari menyelak ke arah tamu undangan yang sedang mengantri. "Maaf Om, Tante ... Permisi"
Hingga sampailah Tieeshara di atas pelaminan. "Eum ... Kucing ini namanya bukan Tieeshara melainkan Sarwendah," kata Tieeshara lalu menunjukkan gelang miliknya. "Tieeshara adalah nama saya, saya pernah tukeran gelang dengan kucing ini. Gelang yang dipakai oleh Tieeshara bertulisan nama Sarwendah sedangkan gelang yang diikat di leher Sarwendah bertuliskan nama Tieeshara. Tieeshara manusia jadi ngga akan pernah menjadi Kakak beradik dengan Son, kucing milik suami Kak Raina"
KAMU SEDANG MEMBACA
TIEESHARA
Teen FictionAku telah kehilangan cahaya bintang dari seorang laki-laki bernama Starlight. Ah tidak, bagaimana bisa aku merasa kehilangan? Memilikinya saja tidak pernah, namun apakah kehilangan hanya mengenai pasangan? Lantas bagaimana walau hanya sekedar bertem...