"Ngga, Ustadzah. Tiara malu"
"Malu kenapa, shalihah?"
Tieeshara menunduk tidak menjawab
"Kamu udah shalat?"
Tieeshara menggelengkan kepala sebagai jawaban, sedangkan Humairah membalas dengan senyuman. "Kamu lagi ngga berhalangankan? Kalau Ustadzah ajak shalat berjamaah mau?"
"Mau kok"
Selepas shalat berjamaah, Tieeshara menyempatkan diri untuk bertanya mengenai shalat kepada Humairah
"Ustadzah, kalau boleh Tiara tau, kenapa kita harus shalat?"
Humairah memegang serta mengusap punggung tangan milik Tieeshara, sehingga Tieeshara dapat merasakan sentuhan lembut. "Tiara, shalat itu amalan yang pertama kali dihisab. Terus kalau kita melakukan ibadah lain tapi ngga shalat, maka ibadahnya ngga sempurna"
Malam harinya, Tieeshara mendekat ke arah Lazhirovan, Dion, dan Raditya yang sedang berada di ruang tengah seperti biasa
"Tiara, tumben baru keluar kamar?" tanya Lazhirovan
"Iya, tadi Tiara shalat dulu." Kali ini Tieeshara benar-benar melaksanakan shalat, bukan seperti hari sebelumnya yang ketika Kakak-kakaknya mengingatkan Tieeshara untuk shalat, Tieeshara hanya menjawab nanti atau beralasan agar tidak dapat shalat
Hari demi hari Tieeshara lalui dengan mempelajari ilmu agama. Sampai di suatu hari, Humairah memberitahukan prihal kewajiban dalam menutup aurat. Humairah tidak ada hak untuk memaksa karena tugas Humairah hanya sekedar menyampaikan, sedangkan hidayah hanya milikNya
Sebenarnya Tieeshara sudah berkeinginan untuk menutup aurat, tapi ada hal yang membuat dirinya menunda. Bukan disebabkan kerena risih, melainkan takut dikucilkan oleh teman-teman. Apalagi sangat jarang ada murid yang mengenakan hijab di sekolahnya
Tieeshara mengambil jilbab yang biasa dikenakan di hari Jum'at, karena memang hanya itu yang Tieeshara punya. Tieeshara mulai memakainya sambil menatap diri di cermin
"Cantik"
Tieeshara mencoba untuk mensyukuri semua karunia yang telah Tuhan beri. Tieeshara sangat yakin, jika dirinya tidak mau menutup aurat, maka kecantikkannya hanya akan sampai di dunia. Namun jika Tieeshara mau belajar untuk melakukan itu, maka kecantikannya akan tetap abadi sampai kaki menapakki jannah
Tieeshara terperanjat begitu mendengar ketukan pintu. Dengan gerakkan cepat, Tieeshara segera melepas jilbab dan menyembunyikannya di bawah selimut
Tieeshara berjalan untuk membukakan pintu. "Kak Dio?"
"Kamu abis ngapain?"
"Emm ... Ngga"
"Ada tugas?"
"Ngga ada"
"Beneran?"
"Iya"
"Kalau ketauan bohong, Kak Dio bakal marah loh, ya"
"Iya, Kak"
"Yaudah makan malem udah siap, tadi Kak Dio masak steak"
KAMU SEDANG MEMBACA
TIEESHARA
Teen FictionAku telah kehilangan cahaya bintang dari seorang laki-laki bernama Starlight. Ah tidak, bagaimana bisa aku merasa kehilangan? Memilikinya saja tidak pernah, namun apakah kehilangan hanya mengenai pasangan? Lantas bagaimana walau hanya sekedar bertem...